21. The Path Traveled 2

304 24 15
                                    

Mencoba memaafkan dan mengulang semua kisah indah ini, akan jauh bermakna daripada memupuk kebencian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mencoba memaafkan dan mengulang semua kisah indah ini, akan jauh bermakna daripada memupuk kebencian.
~Kyra Zehra~

Hari ini Ree dan Kyra bersiap mengunjungi kota tempat pertama kali mereka bertemu. Ya, kota pahlawan alias Surabaya. Sudah dua hari Kyra pulang ke rumah setelah acara baikan mereka berdua. Ree pun tampak jauh lebih baik. Banyak sekali harapan baru yang dia langitkan. Salah satunya menikah dengan Kyra secepat mungkin. Dan kalian jangan lupa datang ke acara resepsi mereka, ya!

Kyra pun kembali dekat dengan kedua orang tuanya. Semua kesalahpahaman di antara mereka sudah lebur. Dua hari kemarin Kyra dan keduaorangtuanya benar-benar sudah bisa saling menerima dan memaafkan. Tidak ada orang tua yang ingin berlaku pilih kasih. Apalagi saat ini Kyra benar-benar menjadi anak semata wayang. Bu Mutia dan Pak Rendra pasti begitu bahagia mendengar kabar baikan Ree dan Kyra.

Aku tunggu di Aroma, ada yang tertinggal di sana.

Ree is typing ....

[Siap bos cantik]

Gombal!!!

[Tunggu ya, Miss you]

Ree is offline
Last seen at 14.15

Kyra menyendok lagi gelato dengan varian baru dari racikan tangan Lucyana sambil menunggu Ree. Kyra harus memastikan banyak hal saat Aroma dia tinggal ke Surabaya.

"Ada lagi yang mau diingetin ke gue, Bos!" Sindir Stevi yang mengambil piring kotor dan berjalan menuju pantry. Kyra hanya tersenyum dan menikmati gelatonya lagi dengan santuy.

"Tadi gue udah ngomong berbusa-busa gitu. Lo gak paham juga?" Pertanyaan Kyra dibalas dengan cibiran dari Bram dan Marko. Stevi keluar dari pantry, melepas celemek, dan duduk di depan bosnya. Kyra makin acuh dan terus menikmati gelato.

"Paham, Ra." Stevi membenarkan letak poni dan rambutnya yang tidak berantakan, ini hanya alibi untuk mengusir rasa grogi. "Kamu yakin mau ikut ide gila ini?" tanya Stevi dengan suara memelan dan Kyra mendelik. "Ra, kamu tahu resiko terburuknya, kan?" imbuh Stevi khawatir.

Kyra mengambil selembar tisu yang tersedia pada meja, mengelap bibirnya dari bekas gelato hingga beberapa warna lipstiknya ikut menempel pada tisu. "Ini bukan ide gila, Stev. Kami semua di Malang tidak ada yang tahu tentang keberadaan anak itu. Masih ada banyak kemungkinan, Stev. Jalan yang ditempuh pun harus dengan menemukan anak itu. Kuncinya ada di situ semua."

"Dan lu ingin anaknya mati atau hidup?" Pertanyaan Sarkas dari Stevi seolah adalah rentetan kalimat yang bercokol dalam otak Kyra. Kyra bukan orang yang kejam. Meski ada dua sisi sebenarnya dalam hatinya yang berperang. Dia ingin anak Kyla meninggal dan satunya ingin anak dari Kyla hidup dan tumbuh menjadi keponakannya yang lucu. Kyra memasok udara banyak-banyak untuk mengusir kegundahan hati.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang