028

2.5K 195 25
                                    

Semoga harimu menyenangkan!🤍 Vote dan komen cerita ini( ◜‿◝ )♡

Bagaimana Pun Caranya, Yang Namanya Kehilangan Tentu Menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana Pun Caranya, Yang Namanya Kehilangan Tentu Menyakitkan.

***

Vadian—siswa SMA Paramarta itu kemarin malam tiba-tiba datang ke rumah Zaira. Jelas saja gadis itu dibuat bingung. Pertemuan awal mereka tidak baik tapi mengapa Vadi tiba-tiba saja bersikap baik pada dirinya.

"Untung gak telat gue jemput lo," ujar Vadi ketika Zaira sudah berada didepannya. Ia tersenyum dibuat-buat. Mana bisa laki-laki menyebalkan seperti Vadi mau repot-repot untuk selalu tersenyum.

"Maunya apa sih?" tanya Zaira ketus. Ia kesal tiba-tiba saja mendapat pesan bahwa laki-laki itu sudah ada di sekolahnya, padahal tidak memiliki janji apa-apa.

"Jemput lo, kan?" Vadi balik bertanya membuat Zaira malas mendengarnya.

"Kita gak ada janji, Vad, lo ngapain jemput-jemput gue segala?"

"Lo anggota dewan pake harus janji-janji segala?" balas Vadi membuat Zaira semakin kesal.

Zaira membuang nafasnya kasar. "Bukan gitu maksudnya. Lo kan bisa ngomong semalam."

"Buruan naik gak usah ribet," ucap Vadi menoleh ke jok belakang.

"Gak, males, masih ada angkot atau taksi juga kok sekitaran sini."

"Keras kepala banget sih, lo," ujar Vadi membuat Zaira menatapnya sinis.

"Kenapa emang? Masalah buat lo, ha?" tanya Zaira tajam. "Lagian gue bingung kenapa lo bisa tau nomor hp gue. Siapa yang ngasih?"

"Jangankan nomor telpon, alamat rumah lo aja gue tau, kan?" tanya balik Vadi. "Udah gak usah puji gue. Gue tau kok kalau gue keren," ucapnya lagi.

"Percaya diri yang terlalu tinggi," cibir Zaira.

"Wihhh rame nih, ada apa ribut-ribut?"

Zaira menoleh kebelakang karena merasa tidak asing dengan suara itu, dan benar saja ada Henry, Dinata, Nanda dan Geraldi yang kini berada dibelakangnya.

Henry mengukir senyum miringnya dengan bertepuk tangan santai. "Vadian ... Vadian ... Berani juga ternyata lo dateng kesini lagi," ujar Henry, "gak malu?"

Vadi hanya terkekeh pelan. "Gue mau jemput Zaira nih kesini. Ada masalah?" tanya Vadi menekan kata Zaira ketika menyebutkan, menyiratkan suatu arti.

Keempat lelaki itu lalu menatap Zaira bingung. Ada apa dengan mereka? Mengapa bisa mereka saling mengenal.

"Vadi siapa lo, Za?" tanya Dinata kearah Zaira.

"Dia temen gue," potong Vadi menjawab sebelum Zaira yang berniat menjawab.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang