013

2.9K 254 18
                                    

Aku hanya nulis apa yang aku mau tulis. Suka apa nggak aku tau itu sesuai selera. Tapi aku harap kalian bisa terima apa yang aku tulis🤍

Vote dan komen yuuu, kasih aku semangat 🤍

Apa Yang Kita Banggakan Kadang Tidak Seperti Apa Yang Kita Bayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa Yang Kita Banggakan Kadang Tidak Seperti Apa Yang Kita Bayangkan. Semuanya Bisa Berubah Kapanpun Dia Mau.
***

"AYAAAHH!!" pekik Zaira senang ketika melihat ayahnya— Ardan Randitana telah pulang dan kini sudah ada dihadapannya.

"Gadis cantiknya ayah," puji Ardan dengan memeluk gadisnya penuh rindu.

"Satu minggu ayah diluar kota udah kayak lama banget kalau pisah sama kamu," ucap Ardan membuat Zaira tersipu malu.

"Ayah, Za kangen ayah." Zaira merengek seperti anak kecil karena tidak mau melepaskan pelukannya.

"Ayah juga kangen sama kamu sayang." Ardan mengusap puncak kepala putri bungsunya.

"Minggir minggir gue juga mau peluk ayah," ucap Helmi menggangu, membuat Zaira berdecak kesal.

Tapi Zaira tidak boleh egois, dia harus berbagi, bagaimana pun juga Helmi juga anak ayahnya.

"Hallo anak ayah paling ganteng. Gimana kabar kamu, Hel?" tanya Ardan pada Helmi. Helmi mencium punggung tangan ayahnya lalu mereka berpelukan khas lelaki.

"Semuanya berjalan baik. Gimana kabar ayah?"

"Ayah juga baik," jawabnya tersenyum hangat.

Setelah Helmi, kini giliran Inggrid, wanita itu mencium punggung tangan suaminya lalu Ardan yang mencium kening Inggrid dan mereka akhirnya berpelukan.

"Gimana kabarmu, mas?" tanya Inggrid begitu manis.

"Aku selalu kangen kamu disana." Jawaban Ardan barusan membuat rona merah di pipi Inggrid terlihat. Meskipun sudah menikah lama, hal kecil seperti itu masih saja seperti dulu.

"Masih aja udah tua juga," cibir Inggrid lalu terkekeh.

Helmi dan Zaira saling rangkul, bahagia melihat keharmonisan kedua orangtuanya yang masih awet sampai sekarang.

"Ayo kita sarapan dulu," ajak Ardan yang disetujui oleh anggota keluarganya. Mereka memilih restoran yang tempatnya masih disekitar Bandara.

"Gimana dengan kuliah kamu, Hel? Satu minggu ini gak ada masalah, 'kan?" tanya Ardan pada anak tunggalnya, anak yang nantinya akan ia titipkan perusahaan besar miliknya.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang