030

2.4K 203 9
                                    

Sebelum baca vote kuyy

Sebelum baca vote kuyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gadis cantik, kulit putih, dengan rok diatas paha sedikit baru saja keluar dari toilet. Panggilan alam beberapa menit yang lalu membuat ia terpaksa meninggalkan kelas menuju toilet pagi-pagi.

Saat berbelok menuju kelasnya ia melihat Henry yang sedang berjalan sendiri. "Henry!" panggil Zaira mencoba berlari, agar bisa berdiri disamping Henry- salah satu teman dekat Gibran yang tidak sengaja ia temui sebelum jam pelajaran berbunyi.

"Oh elo. Kenapa?" tanyanya. Ia sedang membenarkan kancing bajunya yang dari lapangan belum ia kancing kan karena kegerahan selepas ikut main basket sebentar. Meskipun tidak mengikuti ekskulnya, dia tetap bisa memainkan bola orange itu dengan benar.

"Gibran gak masuk lagi, ya?" tanya Zaira langsung.

"Iya, nggak," sahut Henry singkat tanpa menoleh sedikitpun. Masih fokus pada kancingnya.

Zaira menghembuskan nafasnya. Ternyata memang benar jika Gibran tidak lagi masuk sekolah. "Sebenarnya ada apa, sih, Hen? Cerita ke gue, dong, jangan nutupin dari gue. Lo pasti tau sesuatu, kan?"

"Gue gak bisa cerita, bukan hak gue juga buat ceritain. Lo bisa nunggu Gibran yang cerita sendiri sama lo, jangan tanya gue mulu," ucap Henry. "Satu lagi, Za. Gue harap lo jangan berhubungan terlalu jauh sama Vadi, apapun bisa terjadi tanpa lo tau."

"Kenapa? Karena dia musuh Gibran?"

"Kalau emang lo beneran sayang sama Gibran, cuma ngejauh dari dia, lo pasti bisa, kan?" tanya Henry menatap Zaira.

Zaira menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti keseluruhan ceritanya. Ia seperti orang asing yang dipaksa berbaur dengan suasana yang baru. "Gue gak pernah ngerti ada apa antara Gibran sama Vadi. Gue dipaksa ngejauh dari orang tanpa dikasih tau alesannya."

"Gue kantin dulu udah laper," pamitnya lalu pergi membiarkan Zaira dalam kebingungannya sendirian.

***

Gibran bersama Kaisha berjalan berdampingan di lobi rumah sakit untuk bertemu dengan dokter yang menangani Losi kemarin. Membicarakan bagaimana kabarnya dan apa yang harus dilakukan sebaiknya. Gibran sangat tidak mau jika ia terlambat mengambil tindakan, takut nantinya malah jadi membahayakan.

"Lo gapapa, Kai, gak masuk sekolah?" tanya Gibran menoleh pada sepupunya yang berjalan disampingnya.

"Gak masalah. Cuman sehari doang, gue juga udah izin tadi."

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang