035

2.4K 221 2
                                    

Vote sebelum baca ya><
Follow Instagram; jihanhrnsyh_

Semoga suka dan selamat membaca❤️

***

Gibran mengehentikan motornya didepan rumah bertingkat dua. Sekelilingnya terdapat banyak tanaman, yang membuat suasana rumah tampak begitu asri.

Melihat pintu besar yang tertutup mendadak Zaira menjadi gugup. Sudah pasti didalam ada ibunya Gibran, yang tidak ia tahu bagaimana sifat dan wataknya.
"Gib!" panggil Zaira kepada Gibran yang sudah lebih dulu berjalan didepannya.

Gibran menoleh. "Hm."

"Takut." Zaira menjawab dengan tangannya yang menarik-narik ujung bajunya.

Gibran terkekeh melihat Zaira yang begitu gugup. Ia maju menghampiri Zaira, tangannya ia gantungkan kebahu Zaira. "Santai aja kali. Lo gue bawa kerumah gue, bukan ke rumah hantu."

"Gimana kalau nyokap lo gak suka gue?" tanya Zaira. Ia menunduk menatap penampilannya sendiri.

"Nyokap gue baik tenang aja. Dia gak bakal apa-apain lo, apalagi ceweknya cakep gini." Gibran membuka pintu dengan tangan disebelahnya, tangan lainnya masih setia merangkul Zaira.

"Bunda!" teriak Gibran saat pintu sudah berhasil ia buka.

Zaira berniat menjauh dari Gibran. Tidak enak juga jika dilihat ibunya Gibran nanti kalau tangan Gibran masih setia diatas bahunya. Tapi laki-laki itu tidak memberi izin.

"Udah gak usah kemana-mana. Gue udah nyaman rangkul lo kayak gini," ucap Gibran tenang.

Losi datang dengan celemek yang ia kenakan, dan rambutnya yang dicepol asal. Tampak seperti mamah muda. "Jangan teriak-teriak kayak gitu. Ini rumah, bukan hutan," ucap Losi memperingati. Karena putra sulungnya itu selalu saja begitu. "Eh bentar, deh." Losi menatap Zaira karena merasa asing dengan wajahnya. "Ini siapa, Gib?" tanyanya menoleh pada Gibran.

Zaira tersenyum canggung saat ditatap oleh Losi. Ia melangkah mencium punggung tangan Losi. "Saya Zaira, Tante."

Losi membalasnya tersenyum senang mendengarnya. Ditambah gadis didepannya begitu sopan. "Temen kamu, Gib?" tanyanya. "Apa pacar kamu?" tanyanya lagi.

"Didoain aja biar cinta anaknya diterima," jawab Gibran usil. Kalau saja tidak didepan ibunya, Zaira sudah pasti akan mencubit sepuasnya pinggang Gibran.

Lagi-lagi Losi hanya tersenyum menanggapi. "Ayo makan dulu. Tante masak banyak juga kebetulan."

Zaira hanya mengangguk, tangannya sudah dibawa oleh Losi agar mengikutinya menjauh dari Gibran.

Namun, sebelum benar-benar jauh Losi menoleh kebelakang. "Gibran kamu mandi dulu! Baru boleh makan," kata Losi.

Gibran menghembuskan nafasnya kasar dengan setengah hati ia menuruti kemauan sang Bunda. "Itu tamunya gak disuruh mandi juga, Bun? Kan, sama baru pulang sekolah."

"Beda!" ucap Losi tidak setuju. "Dia wangi, kamu bau."

Setengah mati Zaira menahan tawanya. Ia menatap wajah Gibran yang tidak terima.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang