041

2.4K 193 30
                                    

Vote dulu dong, oke?
Follow Instagram: jihanhrnsyh_

HAPPY READING❤️❤️

***

Jan pulang sekolah berbunyi lebih awal. Membuat sebagian siswa sudah pulang. Kecuali anggota OSIS dan beberapa siswa yang sukarela ingin membantu, seperti Zaira, Kaisha dan juga Gareta. Sebenarnya hal itu terjadi karena Kaisha yang akan pulang bersama dengan Gery dan meminta teman-temannya menemani menunggu.

Beberapa hari lagi akan diadakan pentas seni sebelum kenaikan kelas. Kalau siswa menyebutnya hiburan besar-besaran setelah pusingnya belajar dan juga ulangan. Tapi siswa kelas dua belas menyebutnya acara penyambutan sebelum ujian. Menurut opini masing-masing sebenarnya.

Zaira melangkahkan kaki menuju Gibran yang sedang duduk bersama teman-temannya di pos satpam, sebelum kembali menemui kedua sahabatnya. "Yakin lo mau nunggu?"

"Iya, sekalian sama yang lain juga." Gibran menoleh, menunjukkan teman-temannya yang berada di pos satpam

Ah, iya, perihal keputusan semalam. Zaira benar-benar pada keputusannya. Tidak akan memberi jawaban yang pasti hingga satu minggu kedepan. Hal itu benar-benar Gibran gunakan agar Zaira bisa percaya lagi kepadanya.

"Yahh, jadi ngerepotin banyak orang, dong, kalau kayak gini." Zaira menatap Gibran merasa bersalah, "Pulang aja, deh, gapapa beneran."

"Gak usah ngerasa gak enakan gitu. Kita juga emang disuruh bantu-bantu disini sama Pak Handoko biar dapet nilai tambahan katanya."

Malu? Jelaslah. Zaira sudah kegeeran lebih dulu tadi. Menyebutkan jika dirinya ditunggu teman-teman Gibran. Tapi itu pun karena Gibran tidak bicara!

"Yaudah kalau gitu gue ke yang lain dulu," pamit Zaira tampak buru-buru.

"Bentar," Gibran menahan lengan Zaira sebelum gadis itu benar-benar pergi. "Entar kalau mau balik chat dulu biar bareng." Zaira mengangguk membalas dan melenggang pergi menjauh.

"Woy, sini!" panggil Gibran pada keempat sahabatnya.

Mereka berempat beranjak berdiri menghampiri Gibran. Baju seragam mereka sudah keluaran tidak beraturan, kancing bajunya sengaja dibuka memperlihatkan kaos hitam yang ketat.

Haha authornya memang menyukai laki-laki seperti itu. Laki-laki dengan seragam putih dengan kancing teratas yang terbuka, dan memperlihatkan kaos hitam. Keren sekali, bukan?

"Bantuin apaan kita?" tanya Gibran pada keempatnya.

"Tanya OSIS sana. Mereka pasti lebih tau apa yang harus kita kerjain," kata Geraldi menjawab.

"Rooftop aja lah mending. Males bantu-bantu gue. Keenakan anak osisnya entar. Malah gue yang capek," jawab Henry malas. Ditambah lagi pak Handoko menyuruhnya membantu OSIS. Henry benar-benar tidak minat. Setelah kejadian ketahuan merokok Henry benar-benar tidak menyukai OSIS lagi.

"Bantu-bantu bego disuruhnya juga. Nilai kita tuh perlu di perbaiki. Kalau ketauan bisa mampus kita!" balas Dinata ngegas.

"Pak Handoko gak bakalan tau tenang aja. Entar pas pulang kita ngomong dulu sama dia. Pura-pura kerja," jawab Henry dengan santainya. Ia tidak pernah peduli pada apapun.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang