021

2.6K 247 19
                                    

Langsung aja ke cerita aja ya wkwk. Tapi jangan lupa buat vote sama komennya!🤍

Genggam yang sudah ada, sebelum perpisahan datang untuk menyadarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genggam yang sudah ada, sebelum perpisahan datang untuk menyadarkan.

***

Gerbang SMA Paramarta begitu padat oleh para siswa yang telah selesai menonton pertandingan. Tubuh kecil Zaira dapat bersembunyi dibalik orang-orang yang berbadan lebih besar dari dirinya.

Kini yang dia inginkan hanya pulang, untuk meluapkan segala emosi dalam dirinya. Beberapa kali ia memejamkan matanya, menahan air mata yang kapan saja bisa turun. Ia tidak ingin terlihat lemah, meskipun hatinya begitu sakit. Benar kata Dinata, status itu penting. Kini Zaira cemburu tanpa ikatan.

"Zaira."

Ia menoleh perlahan dan mendapati teman satu kelasnya berada disamping dirinya. Putri.

"Kenapa disini? Lo gak balik bareng Gibran?"

Tempat Zaira berdiri sekarang tepat di halte SMA Paramarta, dia sedang menunggu angkutan umum bersama beberapa siswa lainnya. Ia ingin cepat pulang, meluapkan tangisnya disana.

Zaira hanya tersenyum lalu menggeleng pelan.

"Lo udah ketemu sama cewek yang namanya Sandra?" tanya Putri lagi.

Zaira hanya diam saja. Perasaan memang tidak pernah bisa dibohongi. Gadis itu memang menyukai Gibran.

"Gue gak kenal Sandra," jawab Zaira bohong. Dia tidak ingin menunjukkan sakit hatinya pada siapapun, termasuk juga Putri.

"Tapi lo liat Gibran tadi sama cewek, kan?"

Zaira tidak membalas perkataan Putri karena ia tahu Putri sedang memanas-manasi dirinya.

"Udah gue bilang kan tadi? Kalau lo jangan kaget kalau liat sesuatu," ucapnya lagi masih tidak Zaira balas.

"Za balik bareng kita buruan masuk!" teriak Kaisha dari mobil yang dia tumpangi dan Gareta yang berada disampingnya.

"Duluan aja gue naik angkot," jawab Zaira menolak.

"Buruan jangan kelamaan," balas Gareta tak sabaran.

Zaira membuang nafasnya kasar lalu tetap masuk, teman-temannya yang keras kepala akan tetap memaksanya untuk pulang bersama mereka.

Mobil melaju, Zaira duduk dibelakang sendiri menatap jalanan lewat jendela yang tertutup.

"Gue gak tau kalau Sandra balik lagi ke Jakarta dan masuk Paramarta," ucap Kaisha akhirnya memecahkan keheningan.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang