048 [ending]

3.7K 187 2
                                    

Happy Reading❤️🥀 Jangan lupa vote dan komen❤️❤️❤️

***

Tok tok tok...

"Permisi!"

Tok tok tok...

"Permisi!" ulangnya lagi yang entah untuk keberapa kalinya.

"Sebentar!" Balasan dari dalam membuat laki-laki itu menjatuhkan tangannya, disimpan di samping celananya karena berniat kembali mengetuk pintu.

Laki-laki dengan kemeja kotak-kotak sebagai atasan yang dipadukan dengan celana jeans selutut berwarna senada itu menegakkan tubuhnya. Kedua telapak tangannya kini ia masukan pada kantung celana kanan dan kirinya.

"Cari siapa ya, Mas?" Wanita yang berusia sekita 30an itu bertanya.

"Hallo Tante." Bukannya menjawab ia malah menyapa, mencium punggung tangan wanita itu basa-basi. "Saya cari Sandra. Dia ada Tante?"

"Temennya Sandra?"

"Ia Tante. Teman satu sekolahnya," jawabnya ramah.

"Ooohh syukur Tante seneng kalau dia punya temen di sekolah barunya. Susah banget buat dia cerita tentang sekolah," cerita Ibu itu geleng-geleng kepala.

Vita Fransnada- seorang wanita yang memiliki satu orang gadis bernama Sandra. Usianya memang sudah menginjak kepala tiga sekarang. Tapi wajahnya masih terlihat muda dan sangat cantik.

"Boleh tau nama kamu? Biar Tante panggilin Sandra-nya."

"Nama saya Vadi Tante. Tapi jangan bilang Sandra kalau saya yang datang kesini. Takutnya dia gak mau nemuin saya," jawab Vadi.

"Loh kok begitu? Kenapa?"

"Hanya salah paham," jawab Vadi lagi yang kini lebih memilih berbohong.

"Yasudah Tante panggil Sandra-nya dulu," pamit Vita kembali masuk ke dalam rumahnya.

Gue gak disuruh masuk nih?. Gumam Vadi pelan.

Vadi memutar tubuhnya menatap pekarangan rumah Sandra yang dipenuhi macam-macam tanaman bunga.

"Mau ngapain kesini?"

Pertanyaan itu membuat Vadi menoleh dan benar saja sudah ada Sandra dibelakangnya. Mata Sandra terlihat bengkak dan wajahnya begitu pucat.

"Lo kenapa San?" tanya Vadi khawatir memegang kedua bahu erat.

"Sakit," jawab Sandra pelan dan mencoba melepaskan tangan Vadi yang berada di kedua bahunya.

"Oke sorry," balas Vadi yang akhirnya menjauhkan tangannya dari bahu Sandra.

Setelah tangan Vadi terlepas Sandra langsung memilih duduk dan diikuti oleh Vadi yang duduk disampingnya.

"Lo kenapa San? Baik-baik aja, 'kan?" tanya Vadi lagi.

"Gibran jauhin gue."

Vadi menghembuskan nafasnya berat saat nama Gibran yang malah Sandra sebut. Padahal ia harus menurunkan ego dan mengalah untuk Sandra. Tapi gadis itu sama sekali tidak menghargainya.

"Harusnya lo sadar kalau Gibran emang gak pernah punya perasaan lagi sama lo," ujar Vadi membuka obrolan

"Lo kalau cuma mau bahas itu mending pergi. Gue gak perlu nasehat lo," balas Sandra ketus lantas berdiri berniat masuk kembali. Pikirannya sedang kacau saat Gibran lagi-lagi mengatakan jika ia sudah tidak lagi memiliki perasaan padanya.

"Gue perlu ngomong sama lo," cegah Vadi dengan cepat memegang pergelangan tangan Sandra, "Duduk lagi," titahnya.

Dengan terpaksa Sandra kembali duduk. Ia benar-benar sedang tidak mau beradu argumen dengan siapapun. "Cepetan,"

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang