037

2.3K 193 28
                                    

Vote sebelum baca yaa;))
Follow Instagram; jihanhrnsyh_

***

Kini SMA Gunadarma sedang melangsungkan kegiatan ujian akhir semester, dimana hari ini adalah hari terakhir.

Diruangan delapan menampung 40 siswa dari kelas yang berbeda-beda disatukan. Didepan ada pak Marga yang sedang duduk mengintai. Hari ini ia sedang menjadi pengawas disana.

"Shhhtt, shhhttt, Ral, Ral." Pelan-pelan Henry memanggil Geraldi yang berada disampingnya. Namun terhalang oleh satu orang yang entah siapa. "Ral, Ral," panggilnya lagi tapi yang dipanggil tidak juga kunjung menoleh.

Henry menghembuskan nafasnya kasar lantas memanggil temannya yang lain. Yang tidak jauh duduk dibelakangnya. "Nan, Nan."

Nanda menoleh, menatap Henry yang sudah ia tahu pasti ingin menanyakan jawaban.

"Nomor dua, dong, nomor dua," bisiknya dengan telunjuk dan jari tengahnya terangkat. Mempertegas kalau saja Nanda tidak mendengar suaranya yang dibuat sangat pelan.

"Henry!" panggil pak Marga. Henry sontak menoleh, menatap Pak Marga cengengesan. "Ada apa?" tanya Pak Marga dari depan kelas.

"Ini, Pak, barusan mau pinjem Tipe-X sama teman saya. Salah, nih, salah Pak jawaban saya," bela Henry berharap Pak Marga bisa percaya.

Tapi nihil, karena Pak Marga malah bangkit dari duduknya dan menghampiri Henry. Dalam duduknya Henry mulai merasa panas dingin, teman-temannya sudah pasti menoleh dan menatapnya.

Pak Marga mengambil kertas putih didepan Henry dengan kasar yang menghasilkan bunyi. "Apanya yang salah kamu! Orang ini masih kosong semua," tanya Pak Marga datar.

"Ehh... itu Pak buat dia." Tangan Henry menunjuk teman sebangkunya dikala ulangan. Entah siapa namanya, yang ia tahu pasti adik kelasnya.

"Dih, apaan, deh. Gue punya sendiri gak usah pinjem punya orang," sanggah gadis disamping Henry dengan ketus.

Kedua tangan Pak Marga ditaruh dipinggangnya, dengan kertas ulangan Henry yang masih ia pegang. "Apa? Mau alasan apa lagi kamu?" tanyanya menatap Henry sangar.

"Jadi, pak, sebenarnya saya itu-"

"Nyontek!" potong Dinata dengan suara keras.

Henry menatap ke sumber suara dan mendapati Dinata yang cengengesan. Teman laknat memang.

"Tadi manggil-manggil Geraldi, tuh, pak. Mau nanya nomor dua katanya," ucap Gibran ikut-ikutan mengompori.

"Diem kalian! Dia dapet hasil contekannya dibagi juga nanti sama kalian," ketus Pak Marga membuat siswa tertawa.

Dinata menatap Pak Marga takjub. "Bapak memang paling tau tentang kita."

"Sobek aja sobek, Pak," kompor Gibran semangat. Tanpa peduli pak Marga yang sudah menyuruhnya diam. Dinata juga turut bahagia. Nanda dan Geraldi memilih diam dan Henry susah siap memakan teman-temannya nanti jika ulangan telah selesai dilaksanakan.

"Disobek juga gak guna orang gak ada isi," kata Pak Marga. "Kerjakan dulu,entar saya sobeknya kalau udah selesai."

Henry langsung memasang wajah kecutnya, sedangkan teman-temannya malah tertawa. "Capek-capek saya berjuang, tapi endingnya malah nyakitin," ucap Henry memegang dadanya.

GIBRAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang