19. Belajar Mandiri

8K 397 11
                                    

Aroma obat-obatan menggelitik hidung Nabila. Ia membuka matanya perlahan. Mengedarkan pandangannya ke semua sisi. Tak ada siapapun, hanya dirinya yang sekarang tengah berbaring lemas.

Krek!

Nabila menatap kearah pintu yang terbuka. Di sana ada Mama dan Papanya yang masuk secara bersamaan. Mereka berdua berjalan mendekat kearah ranjang pasien tempat di mana Nabila berbaring.

"Sayang, kamu udah sadar?" tanya Mama.

"Hm."

"Tapi kok aku ada di rumah sakit?" tanya Nabila.

"Tadi malam badan kamu panas banget, di luar batas normal bil. Makanya Nuga bawa kamu ke rumah sakit." jelas Mama Nabila.

"Mas Nuga sekarang dimana?" tanya Nabila.

"Dia udah Papa usir dari sini." jawab Papanya.

"Loh, kenapa di usir?" tanya Nabila kaget.

"Ya karena dia enggak becus jaga kamu. Ada mobil malah pakek motor butut dia. Lihat sekarang, kamu jadi sakit gini kan gara-gara kena hujan." jawab Papanya.

"Tapikan itu mau aku, pa."

"Ya tetep aja Papa enggak suka."

Nabila mendengus kesal. Ia melirik tali infus yang melekat di punggung tangannya. Dengan emosi ia melepaskan infus itu.

"Mau kemana, bil?" tanya Mama.

"Mau cari Mas Nuga. " jawab Nabila.

"Jangan keras kepala. Kondisi kamu belum stabil." Ucap Papa menahan tubuh Nabila.

"Papa jangan ngalangin aku dong. Aku paling cuma demam biasa dan sebentar lagi pasti sembuh. " Ucap Nabila.

"Nabila, dengerin kata Papa kamu, nanti Mama yang akan kabari Nuga buat dateng ke rumah sakit." Ujar Mama yang membuat Nabila menjadi sedikit lebih tenang.

"Mama apaan sih?" protes Papa.

"Bener ya, Ma."

"Iya sayang, sekarang kamu istirahat dulu. Sebentar lagi sarapan datang."

Nabila mengangguk dan kembali berbaring di atas ranjangnya. Kedua orangtunya itu saling beradu mulut. Meskipun samar-samar iya dengar, tapi telinga Nabila masih mendegar ucapan dari kedua orang tuanya.

Pagi telah berlalu, sekarang sudah pukul satu siang. Nabila masih menunggu Nuga meski rasa pening di kepalanya menggerilya.

Papanya juga masih setia menunggu dirinya. Pria itu tengah duduk di kursi sembari bergelut dengan pekerjaannya.

"Harusnya kalau Papa masih ada pekerjaan. Kerjain di kantor aja." saran Nabila.

"Terus ninggalin kamu sendiri di sini." ucap sang Papa masih fokus kearah laptopnya.

"Biasanya juga kalau aku sakit enggak perduli. Nenek yang selalu rawat aku kalau aku sakit. Dan sekarang --- "

"Dan sekarang Papa yang akan rawat kamu." Ujar sang Papa memotong ucapan Nabila.

"Kemarin kemana aja, kok sekarang baru adanya?" tanya Nabila miris. Papanya menatap sang anak yang juga sedang menatapnya.

"Pa, aku kan udah ada suami. Biar dia yang rawat aku." sambung Nabila.

"Enggak. Papa enggak akan biarin kamu ketemu sama dia."

"Papa kenapa jadi gini sih?" tanya Nabila mulai kesal.

"Yang buat kamu sakit kayak gini siapa? Dia kan. Laki-laki miskin yang enggak punya apa-apa. Mau-maunya kamu sama dia." Ucap sang Papa.

Nabila diam menahan amarahnya. Kenapa suaminya selalu di hina oleh sang Papa.

Kamu Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang