Nabila memandangi setengah bagian dari kasurnya yang kosong, tak ada siapapun. Ya, siapa yang dia harapkan selain Nuga. Terkadang ia berfikir apakah tindakan yang ia lakukan ini benar, atau malah salah.
Tak berbeda jauh dengan dirinya. Nuga pun merasakan kesepian. Sebelum tidur, ia akan selalu memandangi bagian kasur yang kosong. Meraba dan mengelus bagian yang kosong itu.
Rindu ...
Mungkin saja, itu yang sedang mereka rasakan saat ini.
Satu minggu telah berlalu. Mereka berdua hanya berkomunikasi melewati Ponsel. Hanya mendengar suara dan bertatap muka melalui ponsel. Tanpa dapat menyentuh orang yang dirindukan satu sama lain.
***
Pagi ini Nabila dan Mamanya sedang menyantap sarapan pagi mereka. Suasana terasa hangat walaupun tak ada sosok Ayah dan sosok suami bersama mereka.
"Mama mau pergi?"
"Iya. Hari ini rencananya Mama mau mengajukan surat pengunduran diri." jawab Mama.
"Mama mau mengundurkan diri?" tanya Nabila.
"Iya."
"Kenapa?" tanya Nabila.
"Ya, Mama rasa, Mama sudah cukup tua. Dan butuh waktu istirahat, bil." jawab Mama.
"Emangnya nanti Mama enggak ngerasa kesepian dirumah?" tanya Nabila.
"Kenapa merasa kesepian? Di rumah ini kan banyak pelayan. Jadi enggak bakal sepi. Lagipula, anak Mama telah menikah. Dan dia nanti akan memberikan cucu kan untuk Mama."
Nabila hanya tersenyum sumbang saat Mamanya mengucapkan kalimat itu. Semua orang mengharapkan kehadiran seorang cucu. Tapi, dia belum bisa memberikan itu semua. Apalagi, sekarang hubungannya dan Nuga kurang baik.
"Bil, kok melamun?" tanya Mamanya saat melihat Nabila melamun.
"Hmm. Enggak kok, Ma." jawabnya.
"Ma, Nabila boleh tanya sesuatu enggak?"
"Mau nanya apa?"
"Gini, Mama kan punya warisan dari Kakek dan Nenek. Memegang perusahaan sendiri. Kenapa Mama enggak pegang perusahaan sendiri aja dari pada harus menjadi Sekretaris teman Mama itu. Lagian kan, temennya Mama itu Duda. Nanti, dia naksir lagi sama Mama," ucap Nabila.
"Kamu takut Mama suka sama laki-laki lain?" tanya Mama memegang pipi Nabila.
Nabila mengangguk. Sejenak ia berfikir tadi. Mungkin saja Papanya mendadak marah dan mudah emosi karena cemburu ke Mamanya. Mama Nabila juga sering menuduh Papa.
"Sayang, cinta Mama hanya untuk Papa kamu. Lagi pula, perusahaan warisan dari Almarhum Kakek kamu itukan Mama titipkan sama Om Daren."
Mama Nabila melirik jam tangannya. "Mama pergi ke kantor dulu, ya. Udah kesiangan." pamit Mama.
"Lama enggak?"
"Ya lumayan, memangnya kenapa? Kamu mau sesuatu atau --- "
"Nabila cuma mau deket dan cerita sama Mama aja." penggal Nabila dengan sedikit manja.
"Ya udah. Nanti Mama usahain supaya pulang cepet dan kita akan cerita yang banyak," ucap Mama dengan senyum
"Mama pergi ya, sayang. Cup, bye."
"Bye, Ma."
***
"Any questions from material that I have explained?" tanya Nuga kepada muridnya.
(Ada pertanyaan dari materi yang sudah saya berikan?)

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Pilihan Allah
RomanceCerita Sudah tamat (Maret 2020) Ketika hati telah memiliki pilihan sendiri, namun Allah menghadirkan orang lain di dalam kehidupanmu. Takdir Allah itu begitu indah, meskipun kita tak pernah peka terhadapnya. Ya, itulah yang dirasakan oleh Anugrah Nu...