Nuga Pov
Aku menelusuri setiap sudut kamar ini. Sepi, tak ada sosok ataupun bayangan dari dirinya. Hanya ada pakaian kemejaku dan celana yang sudah di setrika tergeletak di atas kasur. Pasti ini sudah di siapkan Nabila. Setelah menganti pakaianku aku menuju kearah dapur. Tapi di sana hanya ada Ummi dan Marwah yang sedang memasak.
"Nabila mana, Mi?" tanyaku.
"Udah pergi tadi. Katanya dia mau buka Cafe lebih awal. Dia bilang maaf karena enggak nunggu kamu pulang dari Masjid." jawab Ummi.
"Oh gitu."
Selama mengajar fikiranku tak fokus. Nabila, wanita itu mudah sekali naik-turun emosinya. Ku fikir setelah bercerita semuanya dia akan mengerti dan faham tapi nyatanya ia sangat cemburu. Cemburu berat. Dan bahkan tadi pagi ia pergi tanpa menungguku.
"Kalian kerjakan saja tugas yang saya kasih itu. Kalau sudah kumpul di meja." perintahku kepada anak-anak santri.
"Baik Ustadz."
Aku keluar dari kelas. Berdiri sejenak di dinding pembatas. Menatap jalan yang ada di bawah. Aku mencoba menelpon Nabila, namun hanya suara operator telpon yang kudengar. Aku bergelut dalam fikiran ku sendiri.
"He, kok lo malah ngelamun bukannya ngajar." tegurnya.
Aku menoleh dimana suara itu berasal. "Kamu ngapain ada di sini?" tanyaku kepada Al.
"Gue ngajar disini."
"Hm, sejak kapan?" tanyaku sedikit terkejut.
"Sejak hari ini." jawabnya.
"Lo kenapa ngelamun. Mikirin Halimah?" tanyanya.
"Untuk saat ini bisa enggak, enggak usah sebut nama itu dulu." Ucapku.
"Loh, kenapa ?"
"Kemarin Nabila denger yang kamu omongin."
"Dia denger semuanya?" tanya Al
"Kayaknya sih, iya. Tadi malam dia minta aku ceritain tentang Halimah." jawabku
"Mulai dari awal lo ketemu sama Halimah?" tanya Al.
"Iya, sampai kita berpisah."
"Wah, parah. Alamat, bro." Ucap Al sedikit frustasi.
Aku menatapnya. Apa maksud kalimat Al. Seakan tahu akan mimik wajah yang ku tampakkan. Ia langsung menjawab.
"Nabila pasti marah banget sama lo, Ga. Lo cerita tentang Halimah dari awal ketemu sampai kalian berpisah."
"Ya tapikan dia yang minta," ucapku.
"Ya cerita yang secukupnya aja. Jangan semuanya."
"Lebih baik cerita semua supaya dia tahu siapa itu Halimah."
"Tanpa sengaja, lo udah nyakitin hati istri, lo."
Aku diam saat dia mengucapkan kalimat itu. Benarkah Nabila marah dan kecewa tentang kejadian tadi malam.
***
Author POV
Tek ...
Tek ...
Tek ...
Itu suara perpaduan antara telenan dan pisau. Nabila mengiris bawang itu dengan melamun. Ia memikirkan setiap perkataan suaminya tadi malam.
Tek ...
"Auw ... " ringisnya. Mata pisau itu mengenai jari telunjuk Nabila.
"Bu Nabila. " tegur pegawai yang berada disamping Nabila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Pilihan Allah
RomansaCerita Sudah tamat (Maret 2020) Ketika hati telah memiliki pilihan sendiri, namun Allah menghadirkan orang lain di dalam kehidupanmu. Takdir Allah itu begitu indah, meskipun kita tak pernah peka terhadapnya. Ya, itulah yang dirasakan oleh Anugrah Nu...