35. Harusnya Jujur

7.9K 446 33
                                    

Semenjak kejadian Halimah yang pingsan secara tiba-tiba di Pesantren tersebut. Nuga menjadi sangat bersalah kepada wanita itu. Bahkan, untuk menebus kesalahannya. Ia selalu mengontrol kesehatan Halimah.

Sudah tiga hari ini, Nuga pulang malam. Setelah selesai mengajar di pondok. Ia berusaha menyisihkan waktu sedikit untuk menjenguk Halimah di rumah sakit.

Ia tidak pernah memberitahukan hal ini kepada Nabila karena tak ingin jika Nabila berfikir yang tidak-tidak. Sudah terlalu banyak derita yang Nabila alami. Ia tak mau membebani Nabila dengan masalah Halimah.

Malam ini, saat ia pulang kerumah. Nabila tengah tertidur pulas. Menatap wajah Nabila, meneduhkan hatinya. Nuga mendekat kearah Nabila. Perlahan, ia membelai wajah itu dengan lembut. Ia tidak ingin membuat Nabila terjaga dari tidurnya.

Puas menatap wajah istrinya, Nuga pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dingin air yang membasahi badannya membuat fikiran Nuga menjadi sedikit sejuk.

***

Matahari telah menggantikan tugas Bulan. Pagi ini, seperti biasanya. Nabila tengah menyiapkan sarapan untuk Nuga. Dia sangat telaten menaruh lauk-pauk diatas piring Nuga.

"Mas, nanti kamu pulang malam lagi?" tanya Nabila.

"Kayaknya sih, iya." jawab Nuga.

"Kok sibuk terus?" tanya Nabila.

Nuga tidak menjawab, iya melirik-lirik takut mata Nabila.

"Mmm, kerjaan aku banyak, jadi aku pulang malam lagi. Tapi enggak lama lagi, kerjaan yang menumpuk itu akan selesai."

"Oh," sahut Nabila lesu.

Sebenarnya hari ini ia ingin mengajak Nuga Dinner romantis sekaligus memberitahukan tentang kehamilannya.Tapi melihat kondisi suaminya yang terlalu sibuk itu. Nabila mengurungkan niatnya.

Usai sarapan, mereka berdua pergi ke tempat kerja masing-masing. Nuga mengendarai motor sedangkan Nabila mengendarai mobilnya.

Cafe Nabila sekarang mengalami kemajuan. Ia memperluas Cafenya sedikit. Nabila mengecek pengeluaran dan pemasukan dari Cafenya itu. Kepalanya kembali pusing melihat angka-angka disana.

Ia melepaskan kacamata yang ia pakai. Nabila memijat pelipisnya secara perlahan.

'Sudah jam 12 siang.' gumamnya saat melihat Jam dinding.

Ia berdiri dari duduknya dan membereskan semua perlengkapannya. Ia berjalan keluar dari ruangannya.

"Tok, Titok." panggil Nabila.

Titok yang berada di arah dapur langsung menuju ketempat Nabila memanggil.

"Iya bu, ada apa?" tanya Titok.

"Saya keluar dulu, mau shalat. Kamu jaga ya. Suruh yang lainnya juga shalat nanti." pinta Nabila.

"Siap bu."

"Oke, saya pergi dulu ya." Titok mengangguk.

Nabila berjalan kearah parkiran yang berada di samping cafenya. Parkiran itu hanya tersedia untuk dia dan para pegawai. Hal ini dikarenakan tempatnya sedikit sempit, karena Cafe Nabila berada dipinggir jalan.

Mobilnya telah melenggang, meninggalkan area Cafenya. Nabila menuju masjid terdekat tapi, jalanan kearah Masjid itu sedikit ramai. Bahkan mengalami kemacetan. Ini aneh, biasanya kemacetan sering terjadi saat pagi dan sore hari.

Kamu Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang