22. Beruntungnya Aku

7.9K 429 4
                                    

Siang ini Nabila dikejutkan dengan kedatangan kedua orangtuanya. Papa dan Mamanya nampak kompak datang ke Cafe dengan pakaian berbahan batik. Entah ada angin apa Papanya bisa menyempatkan diri mampir ke cafe nya.

"Kenapa kamu enggak bilang ke Papa kalau kamu punya usaha sendiri?" tanya Papa. Saat ini mereka tengah berada diruangan Nabila.

"Gimana Nabila mau cerita kalau Papa aja sibuk sama dunianya Papa." jawab Nabila.

"Lagian Papa tahu dari mana kalau Nabila punya usaha ini?" tanya Nabila.

"Hm, sayang. Maaf ya, Mama tadi keceplosan bilang ke Papa." sahut Mamanya.

"Mama." ucap Nabila berbisik.

Papa melihat Nabila yang menatap Mamanya. "Papa suka kalau kamu buka usaha sendiri, berarti kamu sudah bisa mandiri. Tapi suami kamu, apa dia juga menikmati hasil usaha ini?" tanya Papa Nabila. Namun bagi Nabila itu adalah sebuah sindiran.

Alih-alih menjawab, Nabila malah balik bertanya, "Papa kenapa nanya kayak gitu sih?"

"Ya enggak apa-apa. Kalau dilihat-lihat, Cafe kamu ini kan ramai. Penghasilan dari cafe kamu ini pasti besarkan. Dan jika dibandingkan dengan gaji seorang pengurus pondok ... " papa mengantungkan kalimatnya.

"Mas Nuga enggak pernah minta uang dari Cafe ini, dia juga setiap bulannya ngasih uang belanja buat aku, kata Mas Nuga Uang dia adalah uang aku tapi kalau uang milik aku ya punya aku sendiri." Ucap Nabila.

Papanya seakan tak percaya dengan ucapannya dari Nabila. Mana ada dizaman sekarang laki-laki tak ikut menikmati hasil kerja dari istinya apalagi uang penghasilan istrinya lebih besar dari penghasilan dirinya.
Tanpa banyak pertanyaan, Papa Nabila mengalihkan pembicaraannya.

"Oh begitu, bagus kalau begitu. Kamu udah ngontrak?" tanya Papa.

"Udah." jawab Nabila

"Papa mau lihat kontrakan kamu. Sekarang." Ucap Papa.

Nabila mendengus kesal. Kenapa Papanya sekarang jadi begini. Overprotektif mungkin julukan yang tepat untuk Papanya.

Nabila membereskan peralatannya dan menelpon Nuga agar tak menjemputnya karena ia akan pulang dengan Papa dan Mama.

***

Papanya menatap rumah kontrakan milik Nabila, terlihat begitu kecil dari luar.

"Ayo, Pa, Ma. Masuk." ajak Nabila.

"Ini kontrakan kamu dan Nuga?" tanya Mama.

"Iya Ma, ayok masuk." ajak Nabila sekali lagi.

Mereka mengikuti langkah putri satu-satunya itu. Setelah membuka kunci kontrakan Nabila membuka pintu itu perlahan. Bisa dilihat jika kedua orantuanya itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan ini. Ternyata bagian luar dan dalam tak berbeda jauh.

"Papa sama Mama duduk disitu dulu. Nabila bikin minum." Ucap Nabila.

"Lesehan maksud kamu?" tanya Papanya.

"Menurut Papa?" tanya balik Nabila.

"Nabila tinggal dulu. Sekalian mau angkat jemuran di belakang."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Nabila pergi meninggalkan kedua orangtuanya.

"Anak kita setelah menikah kenapa jadi melarat gini sih,Ma?" tanya papa .

"Pa, jangan ngomong kayak gitu. Mama yakin Nabila pasti bahagia dengan Nuga," ucap sang Mama.

"Bahagia, bahagia. Kamu kira bahagia bisa buat dia hidup enak apa. Lihat kontrakan ini, kecil, supek, enggak ada Ac. Ini bukan hidup Nabila banget, Ma. " Papa Nabila terus saja protes dengan kontrakan yang disewa Nuga.

Kamu Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang