Nabila bermain dengan jarinya, sepanjang perjalanan dia tidak tenang. Melihat jalanan yang semakin lama semakin familiar membuat dia ragu. Nuga yang melihat gelagat istrinya segera meraih tangan itu untuk menenangkan.
Wajah pria itu tersenyum, lalu kembali fokus ke jalan. Tubuhnya terasa lelah karena pekerjaan tadi malam, berada di madrasah sampai pukul dua siang dan harus menyetir untuk menuju kekediaman Nabila.
Semakin dekat dengan tujuan, Nuga semakin merasa bahwa keluarga Nabila mungkin keluarga yang berada. Mereka memasuki komplek perumahan elit, dia berdecak kagum dan merasa rendah karena statusnya. Sesekali ia memandangi Nabila yang masih terlihat khawatir.
"Rumah Papa dan Mama beneran disini?" tanyanya.
"Iya. Kenapa?" tanya balik Nabila.
Nuga berdekham dan melihat penampilannya sendiri.
"Enggak," jawabnya singkat.
Mobil mereka berhenti di depan rumah mewah dengan pagar berwarna kuning emas yang menjulang tinggi. Ia melirik istrinya sebentar, apakah istrinya ini anak orang kaya. Harusnya ia menanyakan hal tersebut terlebih dahulu. Kehidupan yang sangat jauh dengan kehidupannya.
"Klakson aja," ucap Nabila.
Nuga menuruti ucapan Nabila. Gerbang itu di buka oleh seorang satpam. Ia menenguk salivanya dan berdecak kagum. Ini bukan rumah, tapi ini sebuah istana. Ia melajukan mobil dan mereka berhenti di depan pintu masuk.
Seorang satpam datang menghampiri mereka ketiak turun.
"Selamat datang Non Nabila, Nyonya dan tuan sudah menunggu dari tadi," ucapnya.
"Iya."
Nabila meminta Nuga menyerahkan kunci mobil mereka agar diparkirkan. Nabila menggandeng Nuga untuk masuk. Pintu yang besar itu langsung terbuka. Para pelayan yang ada di rumah berbaris di sisi kiri dan kanan menyambut kedatangan mereka. Lagi-lagi Nuga tercengang dengan penyambutan ini. Sedangkan Nabila risih, tidak biasanya ia pulang disambut dengan meriah seperti ini.
"Welcome to home, Nabila," ucap Mama yang berdiri di ujung.
Ia langsung memeluk Nabila dan menciumi anaknya dengan ciuman yang bertubi-tubi. Tiba-tiba saja air matanya jatuh melihat sang anak yang mengenakan hijab. Disampingnya ada sang suami, dengan pakaian kemeja dan tuxcedo. Nabila bisa menebak jika sang ayah baru saja pulang kerja.
"Ma," ucap Nuga bersalaman begitu pula yang ia lakukan terhadap Papa mertuanya.
"Oke, kita langsung ke ruang makan aja ya. Kalian pasti lapar kan?" ucap Mama.
Keduanya mengikuti langkah suami istri itu. Nabila menatap keduanya dengan curiga, tidak Seperi biasanya mereka akur. Lihatlah Papanya, dia merangkul sang istri dengan mesra. Apakah semua ini nyata atau hanya sandiwara mereka saja untuk menyambut kedatangan anak menantunya.
Nuga masih terpesona dengan usia rumah ini. Meski diluar rumah berwarna putih, tapi di dalamnya penuh dengan warna emas yang mengkilap. Ia tidak berani banyak bicara di depan Nabila. Sampailah mereka di meja makan yang penuh dengan hidangan. Ada lilin dan juga bunga plastik sebagai hiasan di meja ini.
Pelayan yang berdiri disana menarik kursi utuk di duduki. Nuga merasa ini seperti pelayanan hotel bintang lima. Serbet juga mereka letakkan di atas paha. Mereka dilayani dengan penuh perhatian.
"Anggur tuan?" tanya pelayan tersebut.
"Terima kasih. Tapi saya enggak minum itu," ucap Nuga.
Pelayan itu mengerti, ia beralih ke Nabila dan hendak menuangkan minuman itu tapi Nabila menolak. Tidak mungkin ia meminum minuman itu lagi. Namun berbeda dengan Papanya. Lelaki itu langsung menyeruput anggur tersebut dengan satu tegukan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Pilihan Allah
RomanceCerita Sudah tamat (Maret 2020) Ketika hati telah memiliki pilihan sendiri, namun Allah menghadirkan orang lain di dalam kehidupanmu. Takdir Allah itu begitu indah, meskipun kita tak pernah peka terhadapnya. Ya, itulah yang dirasakan oleh Anugrah Nu...