4

5.1K 397 3
                                    

Tere pov

Setelah tadi sore menjelang magrib, aku dikagetkan oleh kemunculan Kakak yang tadi memberikanku payung di depan mini market. Malam ini dia kembali datang menemuiku. Hanya sekedar memberikan makanan ini kepadaku. Ayam geprek mozarella dengan jus jeruk.

Jujur, aku jadi bertanya kenapa dia baik ke aku ya. Apa karena kejadian tadi, trus dia kasian liat aku gitu? Haduuuh. Aku jadi gak enak banget ini. Cara balas budinya gimana coba? Namanya aja aku gak tau. Duh bodoh banget aku, gak nanya namanya.

Alhamdulillah, cacing di perutku hari ini bisa makan enak. Terima kasih kak, duh kok aku jadi senyam senyum gini ya. Ada yang salah ini. Ingat Tere dia orang asing.

Ya, orang asing yang bisa bikin aku kaget dan grogi dalam satu waktu. Matanya yang coklat di balik kacamata yang bertengger di hidungnya yang lumayan mancung daripada hidungku. Lesung pipinya dan rambut bergelombangnya dipotong pendek dengan warna abu-abu yang sudah mulai memudar.

Aduh, kok jadi mengagumi dia sih aku. Sudah sudah, besok aku harus mulai mencari lokasi untuk merental kamera. Sekarang waktunya istirahat. Aku mematikan lampu kamar dan menyisakan lampu tumblr yang menghiasi dinding tua kamarku.

***

Aku sudah siap sedia, mengantongi alamat yang akan aku datangi untuk melihat dan merental kamera. Aku berjalan keluar rumah. Berhubung hari ini minggu, pasti angkot agak susah didapatkan. Atau naik ojek online aja ya, aaa tapi mahal banget pasti. Aku memutuskan untuk jalan ke depan komplek. Berharap ada angkot yang lewat.

Sudah lebih 25 menit aku menunggu, tak juga kunjung lewat angkotnya.

Tiiiit tiiiit...

Astaga, kaget aku. Bunyi klakson mobil yang berada di belakangku. Waduuh itu kan mobil kakak kemaren. Eh kan bener, kaca jendela mobilnya turun dan, "mau kemana?" tanyanya.

"Mau ke Jati kak," jawabku.

"Yaudah, naik, biar saya antar," ajaknya.

"Hmm, gak usah kak, aku nunggu angkot aja," tolakku halus.

"Ini hari minggu Tere, bakalan jarang angkot yang lewat, naik aja sini, biar saya antar."

Eh kok? Dia tau nama aku? Duh kok bisa? Aku aja gak tau namanya, tapi benar juga ya kata dia, udah hampir setengah jam juga aku nunggu, sepertinya gak ada salahnya deh aku ikut aja, sekalian bisa hemat.

"Hmm, ngerepotin gak kak?"

"Engga kok, saya juga mau ke Jati, tempat teman, gimana?"

"Hmm, b-boleh deh kak."

"Yaudah, naik."

Aku bergegas naik ke mobilnya, aah sejuknya, ac mobil ini seketika membuatku terasa segar. Cuaca di Padang hari ini lumayan cukup panas.

"Makasih sebelumnya, Kak," ucapku tulus kepadanya.

Tapi kok mobilnya gak jalan-jalan ya.

"Sorry ya" katanya sambil mencondongkan badannya ke arahku. Huaaa aku kaget paraah, aroma parfumnya bisa kecium dari jarak sedekat ini, maskulin tapi gak nyengat, aku suka. Dan beberapa detik kemudian dia menarik dirinya kembali. Ah ternyata seatbelt, aku belum memasang seatbeltku.

"Sekarang baru kita jalan," serunya.

Aku suka interior mobilnya, entah ini bawaan dari mobilnya sendiri atau sudah dia dimodifikasi. Warna biru baby, emblem lampu dalamnya juga biru. Kursinya pun warna biru. Mobil ini pun warna biru. Sepertinya dia suka warna biru. Lihat saja, sneakernya warna dongker, jam fossilnya juga warna dongker. Cakep juga juga dilihat dari samping.

Ia fokus mengemudikan mobilnya. Jalanan sepi. Tidak seperti hari-hari biasanya yang lumayan ramai dengan kendaraan pribadi. Mungkin juga karena masih jam 10 pagi.

"Kamu sudah sarapan?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Hmm sudah kak, tapi aku sempat beli roti di simpang komplek," jawabku.

Karena kelamaan nunggu angkot, tadi aku beli roti dulu di warung Pak Wan.

"Emang kenyang? Saya belum sarapan, kita sarapan sebentar di Ampang ya?" ucapnya.

Aku sudah menolak, tapi ya gitu, aku berakhir dengan sepiring nasi goreng, sama dengan pesanannya, tetapi dia meminta tambahan kuah kacang di atas nasi gorengnya lengkap dengan telur separo masak. Sepertinya dia sering makan di sini. Bisa diliat dengan sangat akrabnya dia dengan Ibu penjual nasi goreng ini.

"Mari makan," ucapnya.

Aku hanya tersenyum dan menyuap nasi goreng yang telah dia pesan untukku dan dirinya. Enak, itu yang bisa kujabarkan. Rasanya pas. Aku suka.

Aku berinisiatif untuk membayar makanan ini, tetapi ditolak mentah-mentah olehnya. Aku jadi semakin tidak enak dibuatnya, sudahlah aku menumpang mobilnya, dibelikan sarapan pula. Haduuuh, dan namanya, aku masih tidak tau.

Kami sudah sampai di alamat yang tertera di kartu nama tempat aku akan merental kamera. Dia berjalan duluan ke dalam, lah kok dia ikutan turun juga sih, batinku. Mungkin dia mau liat-liat juga kali ya. Sudahlah, aku turun dan mengekor di belakangnya.

"Kak, ada list harga untuk perentalan kameranya gak kak?" tanyaku ke salah satu karyawan di sini.

"Sebentar kak," ia sedang mencari brosur harga dan, "ini kak," sambil ia menyerahkan buku katalog yang berisikan list harga di toko ini. Mulai dari harga kamera, memori, lensa dan alat-alat lainnya, sedangkan aku langsung melihat list harga untuk rental kameranya aja, karena belum punya uang untuk beli kameranya, semoga suatu hari bisa, Aamiin.

Eh, kakak tadi mana ya? Kok gak keliatan, aku celingak celinguk nyari dia gak ada, perasaan tadi kan dia masuk ke sini juga. Atau ke lantai dua ya. Oiya ini toko berlantai dua ya, lantai 1 khusus untuk alat-alat sedangkan lantai 2 itu studio foto.

Ku langkahkan kaki ku menuju lantai 2 dan benar saja, dia ada di sini. Dia bersama laki-laki tampan. Sedang mengobrol. Tiba-tiba dia menoleh kepadaku.

"Tere?"

***

Tbc...

Saya masih belajar, dan mohon kritik sarannya ya.

Terima kasih 😊

Salam dari saya untuk mereka yang masih mencintai dalam diam 😉

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang