22

2.3K 205 5
                                    

Author pov

Berlian masih termenung di depan pintu utama kediaman Baskara. Tampak keraguan di wajah Berlian saat ingin masuk. Tere sudah masuk lebih dulu. Berlian memegang dadanya yang sedikit sesak akibat emosinya yang ia tahan sedari tadi. Ia tak ingin Tere melihatnya.

Randu datang memeluk kakaknya. Memberikan sedikit kesejukan untuk meredam emosinya. Randu sangat tau apa yang menjadi beban kakaknya tersebut. Ia juga tau jika Berlian sedang menahan emosinya. Terlihat jelas dari warna wajahnya yang sedikit memerah.

"Nanti kita cari jalan keluarnya, Kak, sekarang kita ke dalam dulu," lirih Randu.

Berlian mencoba untuk tersenyum menanggapi adiknya. Lalu melepas pelukan. Berlian sedikit linglung. Untung saja Randu sigap memegangi kakaknya.

Mereka akhirnya berjalan menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada Tere, Om Bas, dan tentu saja tante Arumi. Mereka masih berbincang santai. Hingga Berlian menginterupsi mereka untuk memberitahu tujuan utama kemari.

Kembali Randu menjelaskan semuanya. Dengan bukti hasil tes DNA yang menyatakan kecocokan bahwa Tere adalah anak kandung om Baskara dan tante Arumi. Arumi memandang haru ke arah Tere. Dan sedetik kemudian ia merengkuh Tere dalam dekapannya. Momen yang menyentuh siapa pun yang ada di sana.

Berbeda dengan Berlian yang hanya menghembuskan napasnya secara kasar dan gelisah dari tadi. Ini semua karena percakapannya kemarin dengan Randu dan juga Om Bas.

Flashback on

"Kak, besok Om Bas ngajak kita ketemu, bertiga di kantor. Katanya ada yang mau diomongin," ucap Randu sambil duduk di ruang kerja Berlian.

Berlian hanya berdehem. Ia sedang mempelajari beberapa berkas yang besok akan ia serahkan pada om Bas. Sudah pukul 9 malam. Berlian keluar ruang kerjanya yang berada di sebelah kamarnya. Ia melihat Tere sedang duduk di sudut kasur sibuk membaca salah satu koleksi novelnya.

"Udah malam, besok sekolah, tidur gih," suara Berlian membuatnya sedikit terkejut.

"Aku tidur di kamar Randu, besok pagi aku bangunin," lanjutnya.

"Kenapa gak tidur di sini aja kak? Kan ini kamar kakak, biar aku tidur di rumah aku aja deh," tanya Tere.

"Yaudah, aku tidur sini, kamu juga tidur di sini, besok pagi ingat, sekolah!"

Tere hanya berdehem. Meletakkan novel di rak buku di sudut kamar lalu membaringkan diri di kasur. Lampu kamar telah dimatikan. Berlian mencoba tidur dengan posisi membelakangi Tere. Begitupun Tere ia tidur dengan membelakangi Berlian. Ada rasa gelisah. Tiba-tiba rasa takut kehilangan Tere kembali menyerangnya. Sudah memasuki pukul 2 dini hari, akhirnya Berlian bisa memejamkan matanya menyusul Tere yang sudah berada dalam mimpinya.

Bunyi alarm di hp Berlian membangunkannya. Pukul 5 subuh. Ia membangunkan Tere yang masih berada di bawah alam sadarnya. Ia begitu lama memandangi wajah tidur Tere. Walaupun ini bukan yang pertama tapi rasa kagum rasa sayang selalu terpancar di wajah Berlian, mungkin itu yang orang-orang liat saat mereka melihat cara Berlian memandang Tere.

Akhirnya Berlian menghentikan hobinya tersebut memandangi wajah tertidur Tere secara diam-diam. Ia mencoba membangunkan Tere. Tidak butuh waktu lama untuk membangunkan Tere. Tidak seperti Randu yang harus dengan sentuhan, Tere akan bangun dengan cara dipanggil.

Setelah sarapan, Randu dan Berlian, mengantarkan Tere ke sekolahnya dan setelahnya mereka menuju kantor untuk bertemu dengan om Bas. Perasaan Berlian kembali campur aduk. Randu yang melihat hal tersebut langsung bertanya.

"Kenapa kak? Tadi malam kurang tidur ya? Ada yang dipikirin?"

"Gak ada, cuma perasaan kakak dari tadi malam tiba-tiba gak enak aja," jawabnya.

Hening, sesungguhnya Randu juga seperti itu, ada perasaan yang aneh menyerangnya. Sampai di kantor, Berlian segera melaporkan beberapa berkas yang menurutnya ada kesalahan. Ia berbincang cukup lama dengan Om Bas di ruangan Om Bas, sedangkan Randu sedang bersantai di ruang kerja Berlian, otaknya tiba-tiba menangkap sekelebat bayangan sewaktu kecil mereka. Sebelum kejadian kecelakaan tersebut. Wajahnya sedikit pucat mengingat hal tersebut.

Lamunannya terhenti akibat ketukan dari sekretaris Om Bas yang menyuruhnya ke ruang kerja Om Bas. Dalam hati Randu mengatakan pada dirinya sendiri semua akan baik-baik saja.

Suasana yang awalnya santai berubah tegang akibat ucapan Om Bas beberapa menit yang lalu. Randu membuang napasnya kasar. Melirik Berlian yang sama terpukulnya dengannya. Ternyata benar dugaannya. Semua yang ia takutkan akhirnya terjadi.

"Kalian ingat, kalo waktu kecil Tere sudah dijodohkan oleh Bintang?" tanya om Bas.

Randu mengangguk, benar saja. Bayangan masa kecilnya tersebut ternyata menjadi nyata. Randu menoleh pada Berlian yang menunduk dalam diam. Om Bas pun melirik kepada Berlian. Beliau membuang napas kasar.

"Om, kasih kamu lampu hijau untuk bersama Tere, aneh mungkin, tapi om gak bisa liat anak om sedih," ujar Om Bas.

Ada sedikit harapan untuk Berlian.

"Tapi ada syaratnya," lanjut Om Bas.

"Biarkan Tere mengenal Bintang, biarkan mereka saling berinteraksi, biarkan Tere memilih, dan untuk tante, itu akan jadi urusan om, mengingat orangtua Bintang adalah sahabat tante kalian. Tante pasti bakalan langsung mengenalkan mereka berdua kalo tau Tere adalah Sisi."

"Berlian terima syaratnya om, bagaimanapun keputusan Tere nantinya, Berlian akan menghormatinya."

Flashback off

******

Gimana ya kira-kira nasib Berlian? Bakalan tertarik gak ya Tere sama si Bintang ini? Terus tante Arumi gimana? Haduh ribet bener hidupmu Ber ber...

Sabar ya nak, kalo gak bisa sama Tere yaudah sama author aja ya 😂

Byebye...

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang