Setelah satu setengah jam perjalanan, aku sudah sampai di penginapan yang disediakan oleh panitia perlombaan. Aku merapatkan jaket karena ulah cuaca yang dingin ditambah angin yang berhembus cukup kencang. Ya maklum saja, kota Padang Panjang ini memang lebih dingin dari kota Padang. Jadi tubuhku perlu penyesuaian sedikit.
Serangkaian acara akan segera dimulai pukul 1 siang ini. Jadi, sebelum perlombaan dimulai, para peserta diberikan beberapa materi, ya seperti seminar gitu. Perlombaannya itu sendiri akan dilakukan esok hari. Dan pengumumannya di malam jumat.
Aku menikmati setiap acara yang dilangsungkan. Setiap materi yang diseminarkan juga bervariasi. Semua membuka jendela cakrawalaku. Dari teknik dasar fotografi, lighting, teknik pengambilan gambar, dll.
Aku dan peserta lainnya juga ada sesi hunting bersama dengan beberapa tema yang diberikan dan ini juga merupakan salah satu perlombaan. Masing-masing peserta diperbolehkan mengirim dua karya per temanya.
Kebetulan aku mendapatkan tema human interest. Aku dan peserta lainnya dengan tema yang sama diperbolehkan menggambil gambar di pasar kuliner yang ada di Padang Panjang ini.
Tanpa diduga, aku seperti melihat Kak Berlian dan salah satu juri perlombaan sedang bercengkrama. Apa aku yang salah liat atau aku yang berhalusinasi. Aku tidak ambil pusing. Karena yang terpenting aku harus bisa memenangkan perlombaan ini.
Setelah lelah berkeliling dengan cuaca yang lumayan lebih dingin, aku akhirnya menemukan objek foto yang pas dengan temanya. Seorang ibu yang duduk di bahu jalan dengan anaknya yang sedang lahap menyantap sate. Sang ibu hanya menatap sang anak yang begitu bahagia memakan makanannya. Sesekali ibu tersebut mengusap matanya. Aku tidak tinggal diam, aku langsung mengabadikan momen tersebut. Lalu aku menghampiri beliau.
"Malam, Buk, lai buliah awak mangecek jo ibuk?" permisiku. (Malam, Buk, boleh saya mengobrol dengan Ibuk?)
"Apo tu nak?" jawab Ibuk tersebut. (Apa nak?
"Dari tadi wak caliak, baa kok sadiah bana Ibuk nampaknyo?" (Dari tadi saya perhatikan, kok ibuk terlihat sedih sekali?)
"Baa ibuk ndak ka sadiah nak, iko hari ulang tahun si buyuang, syukur alhamdulillah tadi siang lai banyak dapek hasil manjua plastik, jadi bisa mambalian makanan yang katuju dek inyo nak oi," jawab si Ibu dengan air mata yang menggenang.
(Bagaimana tidak sedih nak, hari ini ulang tahunnya si buyung, syukur alhamdulillah tadi siang banyak dapat hasil menjual plastik, jadi bisa beli makanan yang dia mau.)"Alhamdulillah," seraya aku mengusap kepala si bocah laki-laki yang sedang berulang tahun itu.
Aku lalu permisi untuk pamit sebentar meninggalkan mereka. Aku berjalan menyusuri beberapa kios dan membeli satu kue ulang tahun untuk si anak tadi. Aku kembali membawa kue yang sudah kunyalakan lilin di atasnya. Memberikan kejutan untuk si Ibu dan buah hatinya tadi.
Setelah waktu yang diberikan hampir habis, aku pamit untuk kembali ke mess.
"Buk, awak pamit dulu yo buk, semoga ibuk jo anak ibuk sehat taruih yo," aku menyalami si Ibu dan akhirnya berlalu kembali ke mess. (Buk, saya pamit dulu ya, semoga ibuk dan anak ibuk sehat selalu ya).
Satu lagi pelajaran hidup yang aku dapati hari ini. Jangan lupa bersyukur atas apa yang kita dapatkan. Senyuman terus mengembang di wajahku mengingat pertemuan kecil nan singkat tadi. Pelajaran berharga gumamku sambil melihat hasil jepretanku tadi.
Sesampainya di mess, aku langsung mengirimkan file foto yang sudah aku pilih. Dengan sedikit melakukan pengeditan, lalu aku beri judul dan deskripsinya, segera aku mengirimnya. Dalam hati aku selalu berdoa semoga ada karyaku yang masuk nominasi dan memenangkannya.
Tak terasa, malam ini adalah malam terakhir kami, para peserta di sini dan itu tandanya malam ini adalah malam puncak dari sederetan kegiatan dan malam pengumuman pemenang lomba. Dan sebagaimana yang telah diputuskan oleh juri, para peserta hanya boleh mengirimkan dua karya per tema yang diberikan. Aku dengan tema human interest berharap bisa memenangkan perlombaan ini.
Aku tidak henti-hentinya berdoa dalam hati. Beberapa menit sebelum pengumuman, pintu aula baru terbuka. Aku terkagum. Aula yang tadi siang masih polos, sekarang sudah dipenuhi oleh hasil foto para peserta dengan tema masing-masing yang sudah ditentukan.
Para peserta langsung menyebar melihat dan mencari hasil karya mereka, tak terkecuali aku. Aku mencari ke arah tema human interest. Tapi kakiku malah berkhianat ke arah tema landscape atau pemandangan. Sepertinya aku melihat sosok Kak Berlian lagi. Ketika aku ingin menghampirinya, ia menghilang. Apa aku benar-benar berhalusinasi? Ah gak mungkin ada dia di sini. Lalu aku berkeliling melanjukan melihat hasil karya dari yang lain.
Aku sengaja tidak kearah tema yang ku dapat. Karena aku sedikit tidak pede dengan hasil karyaku yang biasa-biasa saja. Akhirnya lampu panggung pun menyala. Ada beberapa box yang ditutup dengan kain serba hitam.
Riuh bergemuruh, senyap seketika. Pembawa acara naik ke atas panggung. Serangkaian acara sudah bergulir. Kini waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Pengumuman pemenang serangkaian lomba yang diadakan. Satu per satu nama disebutkan. Yang menjadi puncak adalah pemilik 3 box yang masih tertutup kain hitam. Tepuk tangan bergemuruh ketika 3 box tersebut dibuka secara bersamaan.
Aku diam membeku melihat hasil fotoku menjadi salah satu dari 3 box tersebut. Pembawa acara memanggil namaku dan lagi ketika aku ingin melangkah menuju panggung, aku kembali melihat seseorang yang sangat mirip dengan Kak Berlian sedang tersenyum ke arahku. Lalu ia pergi berlalu begitu saja. Seperti ada yang salah dengan otakku. Mengapa aku selalu melihat dia? Aaaah ada apa ini?
Tapi dilain sisi, aku sangat berbahagia, karyaku menjadi salah satu pemenang puncak dalam perlombaan kali ini. Aku terharu. Kami diberikan waktu untuk menyampaikan perasaan kami masing-masing. Aku speechless dengan semua ini. Aku tidak henti-hentinya mengucap syukur atas penghargaan ini.
Semua penghargaan telah selesai diumumkan. Para peserta kembali ke mess masing-masing karena besok pagi akan diadakan sarapan bersama sebagai penutup serangkaian acara. Lucu juga ya, biasanya makan malam bersama tapi di sini malam sarapan bersama, batinku.
*****
Akhirnya aku kembali ke Padang. Selama perjalanan dari Padang Panjang ke Padang, tidak henti-hentinya aku mengucap syukur atas penghargaan yang aku dapatkan, aku bisa mengharumkan nama sekolahku di tahun akhir aku bersekolah di sini. Dan hadiah yang aku dapatkan juga bisa untuk menunjang kehidupanku sehari-hari. Alhamdulillah.
Dan sampai di rumah, aku kembali harus berkemas untuk persiapan besok, sabtu, harus pergi bersama Kak Berlian, menjadi partnernya. Tak terasa rasa kantuk menyerangku. Memaksa tubuhku untuk beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga. Semoga besok semua berjalan lancar. Aamiin...
*****
Oke, part ini selesai. Aneh gak? Gak kan?
Ayo itu siapa lagi yang dilihat sama Tere? Tere halu atau gimana itu? Atau jangan-jangan Tere mikirin Berlian terus ya? Duh mulai sarap anak orang gegara Berlian.
Udah ah, semoga enjoy deh ya dengan cerita abal-abal gue ini. Ini cerita gak bakalan cepat berakhirnya oiya dan ini ceritanya juga ringan kok, gak berat-berat amat, cukup cerita hidup gue aja yang berat hiks...
Ada yang nanya kan, kenapa Tere hidup sendiri? Itu karena orangtuanya Tere itu anak tunggal, mama papa Tere itu anak tunggal, jadi gak punya sanak saudara yang deket ya gays. Tere itu hidupnya mandiri sekali karena dia juga anak tunggal hiks. Kasian gak sih? Yaudah sih kan sekarang ada Berlian eh(?)
Kalo Berlian, dia hidup berdua sama adeknya, tapi adeknya ini lebih sering di Jakarta daripada di Padang. Ntar juga bakalan ada part dimana adeknya Berlian muncul, sabaar ya gays :)
Sekian dulu part kali ini, jika ingin bertemu lagi dipart-part selanjutnya, ayo di vote dan dikomen, dishare juga manteep ini hihihihi
Byebye
Terima kasih 😇
Salam dari saya untuk mereka yang masih mencintai dalam diam 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...