9

3.7K 282 4
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, aku dan Tere memilih untuk diam. Hanya alunan musik pop, edm dan indie yang mengalun silih berganti menghiasi kebisuan ini. Hingga tak terasa kami sudah sampai di depan rumahnya. Dia langsung turun dan berterimakasih untuk hari ini. Aku hanya tersenyum tulus padanya.

Aku tak langsung ke rumah, ku putar kembali si biru, sepertinya aku butuh kopi untuk mengendorkan syaraf dan aliran darahku agar kembali normal. Setibanya di kawasan pondok, di salah satu kedai kopi milik temanku. Aku langsung memilih menuju lantai dua posisi di sudut ruangan. Mengingat besok adalah hari senin, jadi tempat ini tak begitu ramai. Hanya ada beberapa gerombolan anak muda yang ngalor ngidul. Dan beberapa lagi mengerjakan tugas atau mungkin skripsi.

Setelah memesan kopi susu dan beberapa cemilan, aku menyibukkan diri melihat galeri di hpku. Siapa lagi kalo bukan Tere yang menjadi objek jepretanku. Aku tersenyum bahagia jika mengingat kejadian yang tak direncanakan tadi. Mulai dari bisa berangkat bersamanya, sarapa, hingga menjadi partnerku minggu depan. Ternyata Tuhan punya kuasa yang besar atas semua kebetulan ini. Semua atas terjadi atas izinnya. Jadi, aku sebagai hamba-Nya hanya akan menjalani skenario-Nya.

Alunan musik di cafe ini juga membuatku tersenyum, lagu yang dinyanyikan oleh Andmesh, judulnya Ku Mau Dia.

Kumau dia tak mau yang lain
Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku

Biarkan kumenjaganya sampai berkerut dan putih rambutnya
Jadi saksi cinta kepadanya
Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia

Kumau dia tak mau yang lain
Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku

Bukan ku memaksa oh Tuhan
Tapi ku cinta dia
Kumau dia

Ku mau dia
Dan hanyalah dia

Ya, ku mau Tere. Seketika aku tersenyum kecut mengingat rasa ini. Rasa terlarang yang tulus untuknya. Gak pernah aku seperti sebelumnya. Begitu bimbang atas hati ini.

Saat sedang asik-asiknya menghayati kehidupan. Steve datang, yups dia adalah pemilik cafe ini. Dan dia yang mengantar pesananku langsung ke mejaku.

"Ini nyonya pesanannya dan ini hadiah dari kami karena Anda adalah pelanggan setia," ucapnya sambil menuangkan soju.

"Lah ni bocah, kopi gue mana? Kok malah soju sih? Gue lagi gak pengen minum ini," tolakku.

"Yaelah bro, gue tau lu lebih butuh ini daripada kopi. Udah minum aja, kalo lu mabok, ntar gue paketin lu ke rumah."

"Lu kate gue barang apa ya, main paket-paketin segala."

"Ber, ada yang mau kenalan sama lu! Makanya gue nyamperin elu," bisik Steve.

"Banyak gaya lu!"

"Beneran bro, tadi dia liat lu naik ke sini. Lu sih tadi gue panggil malah maju terus jalannya," oceh Steve.

"Siapa emangnya sih? Gak biasanya elu mau gini, sampe nyamperin gue segala, trus nyogok gue sama ini," ucapku sambil menganggat botol soju yang ia bawa.

"Tania, anak Hukum juga bro, tapi junior kita sih lebih tepatnya. Dia sering nanyain elu ke gue, terus waktu lu datang tadi, dia minta dikenalin sama elu," jelasnya.

"Oh, Tania, yang pernah jadi modelnya si Pras itu?" tanyaku.

"100 buat elu, iyaa, dia. Kayaknya dia naksir sama elu deh, ngotot banget pengen dikenalin sama lu, bro."

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang