So sebelum baca, votenya dulu kakaaak ^.^
Typo bertebaran...
Selamat membaca :)********
Tania pov
Hari ini aku akan bertemu dengan Kak Pras, membahas kerja sama yang akan berlangsung bulan depan. Aku berharap Kak Berlian juga ikut serta dalam kerja sama ini. Ya, benar aku sangat ingin bertemu dengan Kak Berlian. Terakhir bertemu aku yang mengantarnya pulang dalam keadaan mabuk. Dan setelah itu, Kak Berlian sangat sulit ditemui. Aku sempat bertanya pada Kak Pras dan ia pun tidak mengetahui keberadaan Kak Berlian.
Semoga hari ini aku bisa bertemu dengannya, batinku.
Sejujurnya aku tidak sedang dalam keadaan baik. Setelah beberapa hari yang lalu aku sempat pingsan akibat kelelahan. Kak Pras juga sudah menyuruhku untuk tidak ikut tapi aku bersikeras untuk ikut karena ini juga salah satu projek besar yang diikuti oleh beberapa agensi model ternama. Dan aku menjadi salah satu model yang akan diikut sertakan di bawah naungan agensi Kak Pras. Jadi aku tak ingin mengecewakannya.
Aku telah selesai memoles wajahku yang sedikit pucat dan kembali mematut diri. Aku harus tampil profesional walaupun kondisiku belum terlalu pulih. Hp yang ku letakkan di nakas berbunyi, menampilkan nama 'Ko Steve', sepertinya ia telah sampai.
"Halo Ko."
"......."
"Iya, bentar Ko."
Aku segera menyambar clutch dan kunci mobil, aku tak ingin Ko Steve murka. Mengingat aku yang telah mengganggu jadwalnya untuk memintanya menemaniku ke studio Kak Pras.
"Lama banget sih Nia," protes Ko Steve.
"Ya namanya juga dandan Ko, koko ganteng deh malam ini," jujurku memujinya.
"Percuma aku ganteng, kamunya gak bakalan suka juga," balasnya.
Aku hanya tertawa mendengarnya. Yap, Ko Steve tau jika aku tak punya ketertarikan akan lelaki. Jadi segagah apapun lelakinya aku benar-benar tidak tertarik. Ko Steve adalah salah satu manusia terbaik di hidupku ketika dunia mengejek serta mencemoohku, ia selalu ada di sampingku. Terkadang aku akan meminta bantuannya untuk menjadi partnerku di berbagai acara, jadi ya aku tidak menjadi bullyan teman-temanku yang lain.
Seperti hari ini, aku memintanya untuk menemaniku ke tempat Kak Pras ia tak keberatan. Aku beruntung sekali. Ko Steve sudah aku anggap sebagai saudaraku, malaikat pelindungku. Apalagi ketika ia mendapat kabar bahwa aku pingsan, ia menjadi orang terdepan yang menemaniku selama di rumah sakit.
"Beneran udah mendingan?" tanya Ko Steve saat berhenti di lampu merah.
"Udah kok, Ko, percaya sama aku, aku beneran udah sehat," bohongku. Sebenarnya aku sedikit pusing. Tapi aku mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
"Tadi udah makan kan? Obatnya udah diminum kan?" tanyanya lagi.
"Udah kok, koko ku sayang," jawabku.
Ia hanya berdehem dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Selang 15 menit kami sudah sampai di studio Kak Pras dan di sana sudah ada beberapa make up artis yang aku kenal, aku menyapa mereka dan Ko Steve dengan setia mengapit lenganku, Koko ku satu ini sangat poaesif sekali melihat aku yang agak terseok ketika menaiki tangga tadi.
Meeting kali ini terasa amat lama karena aku tidak mendapati Kak Berlian bergabung di tim Kak Pras. Ada rasa kecewa tapi di satu sisi aku harus profesional mengingat karir ku sedang naik-naiknya. Banyaknya jadwal pemotretan membuatku jadi sedikit lalai tentang kesehatan. Hal itulah yang tidak akan aku ulangi karena aku akan kembali menyusahkan agensiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...