Randu pov
Kamarin, aku telah menceritakan seluruhnya kepada Kak Berlian tentang siapa Tere sebenarnya. Ia merupakan adik kecil kami yang sempat dinyatakan hilang dalam kecelakaan pesawat beberapa tahun silam. Mengetahui ia masih hidup itu adalah bahagia tersendiri dari kami. Sebelumnya aku dan Om Baskara yang dibantu anak buahnya mencari tahu siapa yang sedang dekat dengan Kak Berlian serta mencari tahu latar belakang orang tersebut. Dan betapa terkejutnya kami ketika mengetahui bahwa Tere, adalah anak kandung Om Baskara sendiri.
Singkat cerita di sini lah aku hari ini, melihat secara langsung sosok Tere yang sudah lama tidak ku lihat. Ia sedang berbicara dengan seorang pemulung serta anaknya. Aku langsung membuang muka ketika ia melirik ke arah ku dan beberapa temanku yang sedang makan di Pasar Kuliner Padang Panjang ini. Aku tau itu Tere karena wajahnya persis dengan foto-foto yang anak buahku berikan.
Aku tersenyum melihatnya berinteraksi dengan pemulung tersebut. Tere tumbuh menjadi anak yang mandiri serta mengasihi sesamanya.
"Ran, kok lo dari tadi senyam senyum mulu sih? Liat apaan sih lo?" tanya Gilang.
"Lo liat aja arah jam 6 lo, masih ada ya orang baik?"
"Ya masih lah, kalo engga mah gak tau deh dunia ini jadi gimana? Balik yok, besok gue harus bangun pagi."
"Oiya, besok gue mampir ke lokasi lo ngejuri ya, besok pengumuman kan?"
"Iya, jam 9 malam, datang aja. Gue tunggu kedatangan lo!" ucap Gilang semangat.
Aku hanya mengacungkan jempolku ke arahnya dan berlalu menuju hotel. Beberapa model rancangan hasil workshop tadi siang hanya aku tumpuk di sudut ruangan, malas sekali rasanya untuk melihat corat-coret rancangan peserta itu. Bukannya aku tak menghargai hasil karya mereka tapi hatiku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Aku memikirkan bagaimana nanti kisah kami selanjutnya, aku, Tere dan Kak Berlian. Mungkin kali ini aku harus mengalah kembali demi kebahagiaan orang yang aku sayang.
****
Berlian pov
Setelah bertemu dengan Randu, pagi harinya aku kembali ke Padang. Aku tak sempat melihat Tere barang sejenak di sana. Randu memaksaku untuk beristirahat karena memang tubuhku tidak begitu tahan dengan dingin. Untung saja aku tak harus menyetir sendiri kali ini, ada si kunyuk Pras yang tiba-tiba muncul tadi pagi di depan kamarku dan Randu. Memang niatnya juga untuk menjemputku karena permintaan Randu, tapi tidak hanya itu, Pras ingin bertemu dengan Randu. Ya mereka memang dekat. Beberapa kali Randu pernah mendesain baju untuk Pras yang akan dikenakannya dalam perlombaan. Ya selain punya beberapa usaha, Pras juga seorang model yang acap kali tampil di Jakarta. Perbincangan mereka berdua sama sekali tidak aku mengerti jadi selama mereka berbicara aku hanya diam, mengamati adik kecilku. Hingga akhirnya salah satu utusan dari universitas menjemputnya pergi ke lokasi tempatnya memberikan seminar.
Banyak yang mengatakan bahwa wajahku dan Randu itu sangat mirip, ya namanya juga saudara kan?
Di sinilah aku berakhir, di hadapan Om Baskara dan tesisku yang sedang terbangkalai. Om Baskara mengambil tesisku dan membacanya dengan seksama. Ini semua atas saran dari Om Baskara yang menyarankan untuk melanjutkan studiku di bidang hukum. Jadi ya mau tidak mau aku harus melaluinya. Selama itu demi kebaikanku tak masalah kan?
"Sudah bagus," ucap Om Baskara. "Kapan kamu mau bimbingan sama Prof. Alnof?"
"Belum tau om, aku aja belum ke kampus sejak proposal aku acc," jawabku jujur.
"Terus kamu mau lama-lama tamatnya? Kamu itu cerdas, gak boleh disia-siain kemampuan kamu itu! Udah SMP sama SMA kamu akselerasi, S1 usia 22 tahun, itu pun karena pindah jurusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...