Aku mencoba mencari seklar lampu. Aku mencoba meraba dengan mata tertutup. Dan saat lampu menyala. Jantungku rasa ingin meloncat keluar. Aku kaget dengan teramat sangat. Ini bukan kamarku. Dan siapa dia yang memunggungiku?
Astaga, apa yang aku lakukan tadi malam? Kepalaku masih sangat sakit efek alkohol yang aku minum. Baru kali ini aku seperti ini. Cewe di sebelahku menggeliat. Jam weker yang ada di ujung ranjang berbunyi. Membuat si cewe yang tadi memunggunginya mengubah posisi tidurnya sambil mematikan jam wekernya. Ia perlahan duduk. Aku hanya bisa terhipnotis dengan gerakannya. Ya, dia ternyata Tere.
Kenapa aku bisa sekamar dengannya? Aku masih sangat ingat jika tadi malam aku berada di cafe milik Steve. Dan kini aku kenapa ada di sini?
Apa ini halu? Aku mencoba mengucek mataku. Mencubit pipiku. "Aww" sakit ternyata. Refleks Tere melihat ke arahku. Ia hanya memasang wajah datar. Dan langsung menuju kamar mandi. Meninggalkanku yang masih bingung dengan semua kejadian ini.
Aku mencari hp ku, sayang tak bisa aku temukan. Aku harus menelpon Steve, apa dia yang mengantarku? Tapi tidak mungkin, dia tau dimana rumahku. Apa aku menyetir dalam keadaan mabuk dan menggedor-gedor pintu rumah Tere?
Aaah kepalaku sakit sekali. Aku mencoba untuk menyender ke tembok yang penuh ditempeli oleh foto-foto. Sepertinya ini adalah hasil karya Tere. Ada salah satu yang membuatku terpaku, melupakan sakit yang teramat sakit di kepalaku.
Foto pemandangan sunset atau sunrise aku juga tak tau pastinya, begitu cantik. Dan seorang anak kecil membelakangi sinar matahari, siluetnya sangat pas. Pencahayaannya membuatku terpukau.
Seketika aku terkejut, Tere memberikanku kopi hangat. Entah kapan dia keluar kamar dan membuatkanku kopi. Tak lupa ia sudah memakai seragam lengkap. Tapi yang membuatku salah fokus adalah matanya. Sangat sayu. Bisa ku tebak ia tidak cukup tidur. Aaah apakah ini karena aku?
Aku memukul kepalaku dn mengutuk diriku sendiri, kenapa bisa berakhir di rumah Tere.
"Kak, ini kopinya mau diambil atau engga?" sindirnya.
"Eh, iyaa, ma...makasih," gugupku.
"Hmm.... Tere?"
"Iya," jawabnya sambil menuju rak bukunya di sudut kamar.
"Maaf," singkatku. Aku tidak berani berkata-kata lagi untuk menanyakan kenapa aku sampai berakhir di sini.
"Ya kak," juteknya.
"Aku harus pergi ke sekolah," lanjutnya lagi.
Ini anak kok jutek banget ya? Duh aku ngga ngelakuin apa-apa kan ya sama dia. Batinku.
"Ah iya, maaf, aku akan pergi," lirihku.
"Kunci mobil kakak, ada di meja depan," sambungnya.
"Aku boleh antar kamu ke sekolah? Supaya kamu gak telat," aku mencoba menawarkan untuk mengantarnya.
"Hmm," dia sempat berfikir dan melirik jam dindingnya.
"Boleh!" singkatnya. Ya aku tau, ini sudah hampir jam 7 pagi. Dan sekarang hari Senin.
Ada sedikit kelegaan di hatiku. Setidaknya dia tidak menolak ajakanku. Meminum sedikit kopi yang ia berikan membuat mataku melek kembali. Kopinya enak. Aku suka.
"Kak, cuci muka dulu! Ada ilernya itu," ejeknya.
Sedetik kemudian, aku lihat ia sedikit tertawa sambil memakai sepatunya. Aku langsung ngacir ke kamar mandi yang ada di kamar Tere.
******
Tere pov
Jam weker yang sengaja aku stel sebelum tidur tadi, berhasil membuatku terbangun. Aku langsung menuju kamar mandi. Bersiap untuk pergi sekolah mengingat sudah pukul setengah 6 pagi. Aku sudah berpakaian seragam lengkap. Aku baru ingat ada Kak Berlian di kamarku.
Aku sedikit tertawa dengan perilakunya. Dia celingak celinguk, memukul kepalanya sendiri. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Aku menuju dapur membuat dua gelas kopi yang kurasa harus aku minum untuk menghilangkan ngantuk yang teramat sangat ini. Baru tidur beberapa jam dan harus berangkat ke sekolah mengingat sekarang adalah hari Senin. Upacara sekolah.
Aku kembali ke kamar dengan segelas kopi untuk Kak Berlian. Dia masih sibuk memukul-mukul kepalanya, entah karena pusing akibat mabuk kemaren atau apa aku juga ngga ngerti dan ngga ambil pusing juga hahahaha aku tertawa dalam hati dong.
"Kak, ini kopinya mau diambil atau engga?" sindirku yang dari tadi sudah memanggilnya.
"Eh, iyaa, ma...makasih," gugupnya.
"Hmm.... Tere?" lanjutnya.
"Iya," jawabku sambil menuju rak buku di sudut kamar.
"Maaf," singkatnya. Dia tidak melihat ke arahku. Ia hanya tertunduk.
"Ya kak," singkatku sambil menahan tawa.
"Aku harus pergi ke sekolah," sindirku supaya ia segera balik ke rumahnya yang ada di depan rumahku.
"Ah iya, maaf, aku akan pergi," lirihnya.
"Kunci mobil kakak, ada di meja depan," ucapku.
"Aku boleh antar kamu ke sekolah? Supaya kamu gak telat," tawarnya.
"Hmm," aku berpikir dan melihat jam dinding.
"Boleh!" jawabku singkat. Ya karena aku takut terlambat. Dan ujung-ujungnya nanti akan dihukum.
Dia meminum kopinya dalam diam.
"Kak, cuci muka dulu! Ada ilernya itu," jailku muncul seketika.
Melihat wajah paniknya, aku tertawa sambil memasang sepatu sekolahku di ruang tengah. Dia langsung masuk menuju kamar mandi yang ada di kamarku.
Selepas dia pergi ke kamar mandi kembali tawaku pecah. Melihat dia salah tingkah, sifat jailku muncul untuk menjailinya.
Aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Kak Berlian pun sudah muncul kembali dari kamar mandi dengan wajah lumayan fresh, tidak seperti tadi malam yang kacau.
"Sebentar ya, Re, aku panasin mobil dulu, sambil ambil baju ganti di mobil," katanya.
"Oke," singkatku masih dengan sok jutekku.
Dia kembali dengan baju yang sudah berganti, lah? Dia ganti baju di mobil? Haduh ni manusia kok ajaib juga ya. Kenapa gak ganti di dalam aja coba? Yaudah sih.
"Yok!" ajaknya.
Aku mengunci pintu dan menutup pagar, lalu masuk ke mobilnya. Harum. Indera penciumanku langsung bergembira dengan aroma mobil Kak Berlian, sepertinya ia sempat menyemprotkan pengharum di mobilnya. Sudahlah, yang penting aku diantar olehnya ke sekolah. Dan semoga tidak terlambat. Aamiin. Aku berdoa dalam hati.
********
Cieeee pasti pada nebak-nebak mereka mau ngapain kan? Di chapter sebelumnya? Huahahahah maafkan diriku yaa. Ya kali kan. Gak tau itu si Berlian udah menang banyak dalam keadaan mabuk? Di antar sama Tania, terus tidur seranjang sama Tere. Duh mau deh jadi Berlian. Dibikinin kopi pula. Nikmat mana lagi yang kau dustai wahai Berlian...
Udah ah, segini dulu. Kalo dapat ide lagi langsung update kok. Doakan otakku menangkap ide ya. Kebetulan tadi dapat ide waktu ngajar anak-anak hihihihiii
*****
Akhir kata, saya sebagai penulis meminta vote dan komen dari readers ya, sarannya juga ya gays...Bye bye 😊😊
Terima kasih 😇
Salam dari saya untuk mereka yang masih mencintai dalam diam 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...