Author pov
Hasil dari tes DNA yang dilakukan beberapa hari yang lalu sudah keluar. Tere yang sudah tak dapat menahan rasa keingintahuannya langsung saja menuju mobil Berlian yang berada di parkiran. Setelah mendapat telpon dari Om Bas, Berlian langsung memberitahu akan segera menuju kantor dan tak lupa pastinya sang pemeran utama harus ikut.
Berlian menggeleng melihat tingkah gadisnya itu. Ya bagaimanapun ia juga penasaran dengan hasilnya. Tapi melihat tingkah Tere seperti itu malah terkesan menggemaskan di mata Berlian.
Hening, Tere diam, begitupun Berlian. Mereka seperti terhanyut dalam pikiran masing-masing. Perjalanan jadi sangat lambat. Akibat atmosfer yang berbeda kali ini.
Saat mereka berhenti karena macet ya maklum saja ini jam pulang kerja. Membuat jalanan juga semakin sesak. Bunyi klakson yang bersaut-sautan di luar sana tidak mereka acuhkan. Mereka lebih fokus bagaimana bisa secepatnya menuju kantor Om Bas untuk mengetahui isi hasil tes yang sudah ditunggu selama 2 hari belakangan.
Setelah bermacet-macetan, mereka akhir ya telah tiba dan langsung menuju ruang kerja Om Bas di lantai dua yang bersebelahan juga dengan ruangan Berlian. Di sana sudah terdapat Om Bas dan Randu, memang tante Arumi belum diberitahu apa-apa, ini juga atas permintaan Om Bas karena jika nanti kenyataan tak sesuai harapan Tante Arumi tak perlu merasa sakit lagi, kehilangan lagi. Sudah cukup mereka melihat betapa terpuruknya beliau beberapa tahun lalu.
Kini semua memandang ke arah Tere, ia sedang menggenggam amplop putih yang masih tersegel tersebut. Ia sekilas menatap ke arah Berlian. Berlian hanya tersenyum membalasnya. Sedikit ia membuang napasnya agak kasar.
Dan detik berikutnya kertas yang ia pegang pun luruh ke lantai, bersamaan dengan hilangnya keseimbangannya. Untung Berlian dengan sigap memegang kedua bahunya sehingga ia tak harus menjatuhnya bokongnya ke lantai.
Randu mengambil surat yang terjatuh tersebut lalu memeluk Om Bas yang masih menegang di tempatnya. Samar terdengar bisikan dari Randu, "Om, dia beneran Sisi."
Om Bas pun menangis dalam diam. Ia tidak percaya bahwa takdir membawa putri semata wayangnya kembali. Menyelamatkan putrinya yang dinyatakan sudah tewas dalam kecelakaan pesawat. Pujian terhadap Tuhan tak henti-hentinya ia ucapkan.
Berlian yang mendengar kabar itu, membawa Tere ke dalam pelukannya. Ia memeluk adik kecilnya itu. Tere menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Berlian. Entah takdir yang harus disalahkannya atas kejadian ini atau ia harus berterimkasih atas takdir ini. Tere masih sesegukkan. Om Bas pun sudah agak mendingan. Randu yang sudah yakin bahwa Tere adalah anak kandung Om Bas terlihat sangat bahagia.
Berlian berbisik dalam peluknya pada Tere, "kamu gak mau peluk papa kamu?" Tere menganggukkan kepalanya serta mulai melepas pelukannya pada Berlian. Ia menghapus air matanya dengan kasar lalu berhambur memeluk Om Baskara yang tak lain adalah papa kandungnya.
Sungguh pemandangan yang mengharukan. Setelah sekian lama dipaksa berpisah karena takdir. Kini takdir kembali yang menyatukannya. Skenario Tuhan sangat baik memainkan peran atas manusia.
Setelah berbincang tentang banyak hal. Om Bas mengajak anak-anaknya untuk makan malam ke rumah. Beliau juga sudah memberitahukan istrinya bahwa akan ada kejutan untuknya malam ini dan akan ada perayaan kecil-kecilan.
*******
Tere pov
Sepanjang perjalanan menuju rumah Om Bas, hmm maksudku papaku. Aku hanya diam, sesekali menatap genggaman tangan Kak Berlian yang tak lepas sejak tadi. Ia sangat bahagia melihat semua kejadian ini. Ya, aku ternyata adalah anak kandung papa Bas yang hilang dan dinyatakan tewas akibat kecelakaan pesawat.
"Kamu adik kecil aku, aku gak mau kamu pergi lagi, aku akan jagain kamu," ucap Kak Berlian kepadaku.
"Aku gak akan lepas genggaman aku lagi sama kamu, cukup sekali aja kamu hilang, aku gak mau lagi!" ucapnya lagi.
"Aku gak kemana-mana kak, aku ada di sini di samping kakak," aku mencoba menenangkannya.
Saat itu juga aku baru menyadari perubahan raut wajah kak Berlian. Ia sedikit gusar, cemas dan aku tidak bisa mengartikan maksud dari sorot matanya itu. Ini kali pertama aku melihat kak Berlian serapuh ini. Apa yang membuatnya seperti ini?
"Aku akan selalu jagain kamu," lirihnya kembali.
Tak lama kami telah sampai dikediaman orangtuaku. Mobil om Bas sudah terparkir di sana, berarti sudah ada Kak Randu dan keluargaku di dalam sana. Mereka memang berangkat lebih dulu untuk memberitahukan kabar tersebut kepada Tante Arumi. Ada perasaan gugup kali ini. Aku sangat gugup untuk masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah yang tampak sangat damai tapi entah mengapa aku sangat amat gugup. Untung saja, di sampingku ada Kak Berlian yang masih setia menggenggam tanganku, sangat erat. Ya seperti ada kekhawatiran juga dalam dirinya. Tapi ia tetap tersenyum ke arahku dan mengajakku untuk masuk.
Kami berjalan beriringan menuju pintu utama. Dan tiba-tiba saja, Kak Berlian melepas genggamannya dan membuka pintu tersebut. Aku kaget dengan sikapnya barusan. Saat aku ingin bertanya. Kak Randu sudah menarikku untuk langsung menuju ruang tengah. Meninggalkan Kak Berlian yang masih berdiri di depan pintu. Ia membuang mukanya. Perasaan apa ini?
******
To be continued hehehe
Maaf ya, gantung kayak hubungan kamu sama dia cieeee gak enak kan digantung? Makanya jujur aja kali. Kalo suka bilang suka kalo gak yaudah
Ketemu dilain waktu, semoga virus covid-19 ini cepat mereda ya, kalian semua jaga kesehatan ya :)
See yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...