13

3.4K 280 13
                                    

Yang di mulmed itu anggap aja rambutnya Berlian ya gays soalnya diimajinasi gue dia suka biru sama kayak gue

Enjoy ya gays...

*****

Tere pov

Sehari ini aku memutuskan untuk bermalas-malasan setelah melakukan persiapan untuk berangkat lomba esok hari.

Mataku masih sangat mengantuk karena jujur aku gak biasa begadang. Sehari begadang butuh seharian untuk tidur. Kebo kan aku? Ya gapapa namanya juga gak bisa begadang.

Untung besok pagi gak harus masuk kelas. Jadi besok aku gak takut terlambat. Kebetulan sekolahku berubah pikiran untuk mengantarkanku langsung ke Padang Panjang yang memang lokasi perlombaanku.

Semua sudah kupersiapkan, mulai dari kamera hingga pakaian selama di sana. Betapa beruntungnya aku, bisa memiliki kamera baru yang sangat aku inginkan. Terkadang, sandiwara Tuhan sangat mengharukan.

Aku menuju tempat tidur yang sudah dari tadi memanggilku untuk menidurinya. Masih tersisa aroma parfum Kak Berlian di kasurku. Aku suka. Kejadian yang menggelikan menurutku.

Bisa-bisanya aku dan dia tidur satu ranjang. Hanya karena aku terlalu iba melihat cewe yang harus membopong Kak Berlian sendirian dan malam sudah terlalu larut. Ingin ku tertawa melihat wajah cengo Kak Berlian tadi pagi, sewaktu mengetahui bahwa ia sedang berada di rumahku. Tapi semuanya aku tahan karena harus berangkat ke sekolah.

Tetiba saja kakiku mengarah ke jendela. Rasa penasaranku muncul, apakah Kak Berlian sudah pulang atau belum? Aku melihat ke arah rumahnya, masih sama, gelap, hanya temaram lampu di simpang jalan yang menerangi rumahnya. Sepertinya dia belum pulang, mobilnya juga belum terparkir di garasi.

Aku memilih untuk kembali merebahkan diri ke kasur kesayanganku yang akan kutinggal beberapa hari ke depan. Mataku sangat berat, mungkin ini masih efek aku kurang tidur kemaren malam. Dan tanpa sadar aku sudah masuk ke alam mimpi.

*****

Pukul 9 pagi, aku berjalan menuju gerbang komplek, seperti de javu, Kak Berlian menawariku tumpangan. Aku hanya mengiyakan, toh bisa menghemat ongkos.

Harum parfumnya langsung tercium ketika masuk dalam mobilnya. Aku sangat suka. Dan pakaiannya sangat resmi, blazer dan celana dongker, serta baju dalaman berwarna putih. Seperti ada yang berbeda dengannya. Aah benar saja, rambutnya. Ia mengganti model rambut dan warnanya, dark blue.

"Ngapain kamu merhatiin saya dari tadi?" tanyanya tiba-tiba.

"Eh, gak kak, cuma merhatiin rambut kakak aja," jawabku jujur.

"Gak suka ya? Ntar saya ganti lagi kalo kamu gak suka!" tegasnya.

"Suka kok kak, suka banget malahan!" jawabku.

"Kalo orangnya, kamu suka gak?" pertanyaan Kak Berlian.

"Hah? Maksudnya?" aku gak ngerti ini arahnya ke mana.

"Ya, kamu suka gak sama saya yang seperti ini penampilannya?" tanyanya lagi.

"Ooh, suka kok kak, lebih fresh!"
jawabku.

"Oke!" singkatnya dengan tersenyum ke arahku, menampilkan lesung di pipinya.

Seketika aku terkesima dengannya. Seperti ada yang menggelitik dalam perutku. Aku suka dengan perasaan yang baru kali ini aku rasakan. Aneh. Tapi aku menyukai rasa ini.

Aku akhirnya membuang muka ke arah jendela dengan perasaan aneh yang ada dalam diriku. Gak mungkinlah. Gak mungkin aku suka sama Kak Berlian.

*Flashback on*

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang