Berlian pov
"Kak, udah siap?" tanya gadis yang selama beberapa bulan ini menjadi tempatku berkeluh kesah.
Ia benar-benar membuktikan ucapannya, ia selalu berada di dekatku dalam keadaan apapun. Randu sudah mengetahui kedekatanku dengannya. Dan ia tidak mempermasalahkannya, nyatanya ia juga ikut berkomunikasi dengan gadis tersebut.
Hari ini setelah aku menghindarinya, aku akan mendatangi kediamannya bersama gadis di sebelahku ini. Dia menatapku dengan penuh rasa sayang. Aku pun demikian, aku kembali memeluk tubuhnya dan mengucapkan banyak kata terima kasih karena sampai saat ini ia selalu ada di sisiku walau dalam keadaan yang sangat jauh dari kata baik.
Aku menghilang bukan tanpa sebab, aku sempat drop akibat kelelahan. Semua kegiatanku, ku lipat gandakan hanya untuk mengalihkan rasaku pada gadis pencuri sebagian hatiku. Akhirnya aku harus diasingkan ke tempat terpencil untuk menjalani pengobatan. Dan aku beruntung gadis yang bernama Tania selalu berada di dekatku atas persetujuan Randu, pacarnya alias adikku sendiri.
Lucu bukan? Randu ternyata salah satu teman lama Tania dan benih-benih cinta diantara mereka sepertinya sangat cepat bertumbuh. Aku tak mempersalahkan hal tersebut. Mereka berhak bahagia. Benar bukan? Setiap manusia berhak bahagia termasuk aku, kamu, kalian semua.
Randu paham betul sebelumnya Tania menaruh hati padaku. Ia tak mempermasalahkannya. Biarkan cinta tumbuh dengan sendirinya dan ia berjanji akan selalu memupuk cinta itu. Bak gayung bersambut, Tania pun dulu sempat dekat dengan Randu sebelum Randu hilang dari peredaran, ya ketika ia harus ke Jakarta mengurus butik mama.
Tania dan Randu sudah bersatu. Apakah aku dan Tere dapat bersatu juga? Semua masih menjadi teka-teki Tuhan.
*****
Tere pov
Hari kelulusan telah berjalan dengan lancar, beberapa foto karyaku menghiasi ballroom lokasi kelulusan. Sekolahku sangat pengapresiasi karya-karyaku. Dan ada sedikit rasa sedih saat melihat salah satu karyaku terpampang di atas panggung, siluet seorang gadis yang tengah duduk melihat ke arah sunset di salah satu pantai di kota Padang.
Ya, itu adalah siluet dari Kak Berlian yang ku ambil secara diam-diam tentunya. Ada perasaan yang tak bisa diungkap saat melihat foto tersebut. Foto tersebut dipilih melalui voting anggota club fotografi. Lebih tepatnya semua karya yang dipamerkan adalah hasil voting yang dilakukan oleh klub fotografi di sekolahku. Hari ini bukan karyaku saja yang dipajang, ada beberapa karya lainnya, seperti karya klub kaligrafi, klub seni lukis, dll.
Perpisahan berjalan dengan lancar hingga akhir. Orangtuaku sudah berada di lobby untuk menjemputku, padahal aku sudah mengatakan bahwa aku bisa pulang sendiri. Aku sudah hapal dengan mobil yang sekarang berada di depanku, ya ini mobil papaku. Aku langsung berjalan ke pintu penumpang.
"Bagaimana acaranya?" ya ini adalah suara yang sangat aku rindu. Suara Kak Berlian. Aku terdiam sambil menatapnya yang masih memamerkan senyum tipisnya.
"Pakai seatbeltnya, kita pulang sekarang," tambahnya.
Aku langsung memakai seatbelt dan mencoba mengatur detak jantungku. Aromanya yang selama ini aku rindukan akhirnya menjalar tanpa permisi masuk dalam rongga hidungku. Nyaman, itulah yang kurasakan.
"Gimana perpisahannya?"
"Hmm, lancar kok," jawabku singkat.
"Bagus deh."
Aku hanya diam, mengatur posisi dudukku agak sedikit rebahan.
"Kalo ngantuk, tidur aja, kayaknya bakalan lama ini macetnya," ucapnya. Ya, macet karena sehabis hujan, jalanan banjir. Itu penyebab macet.
Aku masih diam, bukannya tanpa alasan, tapi aku hanya tak ingin goyah lagi dalam pesonanya.
"Maaf," itu bukan suaraku, melainkan suara Kak Berlian.
Aku menoleh ke arahnya, ia melihat ke arahku, dan aku bingung dibuatnya, "maaf untuk apa?" tanyaku.
"Untuk beberapa bulan ini aku menghindar dari kamu, semenjak malam itu, aku gak punya nyali untuk berhadapan sama kamu, dan jujur aku tersiksa sama perasaan aku sendiri. Selama aku menghilang, aku merenung, banyak hal yang aku pikirin."
"Dan aku udah mikirin segalanya, apapun keputusan aku, semoga kamu bisa nerimanya," senyumnya padaku.
Aku masih mencoba berpikir apa maksud dari ucapannya. Aku hanya diam, tanpa membalas ucapannya. Setelah itu, tidak ada lagi perbincangan antara aku dan Kak Berlian.
"Udah sampai, kamu gak mau turun?"
"Oh, iyaa, maaf, aku ngelamun."
Aku langsung melepas seltbeat dan turun, saat masuk ke dalam rumah, aku menemukan perempuan yang dipeluk Kak Berlian waktu itu, serta Kak Randu, dan tentunya kedua orangtuaku.
"Ma, Pa, kok tumben pada ngumpul?" tanyaku.
"Eh, udah pulang, gimana perpisahannya? Lancar?" tanya mama.
"Lancar kok ma."
"Kita bakalan makan malam sambil ngerayain kelulusan kamu hari ini, kamu bersih-bersih dulu gih," suruh papaku.
"Oke, pa, aku ke kamar dulu ya semuanya, Kak Randu, Kak?"
"Tania," jawabnya. Akhirnya aku tau nama perempuan tersebut.
"Permisi semuanya," sambil aku berlalu menuju kamar.
Perasaanku berubah tidak enak melihat semuanya sedang berkumpul. Aku mencoba membuang semua pikiran-pikiran negatif dan mencoba tetap positif. Setelah 30 menit aku beberes, aku langsung turun menuju ruang keluarga. Tampaknya mereka sedang bersenda gurau. Berbeda dengan Kak Berlian yang tampak sedikit sedih (?)
Aku mengambil duduk di sebelah mama papa.
"Jadi, kamu kapan berangkat Berlian?" tanya papaku.
"Berangkat? Berangkat kemana?" potongku.
"Jadi kamu belum bilang sama Tere, Ber?" sergah mama.
Dia hanya tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakin tidak gatal sama sekali.
"Jadi, Berlian itu, mau lanjutin studinya di luar, kemaren itu dia sibuk ternyata ngurus semua keperluannya selama mau studi di luar," jelas mama.
Seakan ada petir yang menyambar ke ulu jantungku. Aku tak bisa berkata apa-apa. Apa sekali lagi aku harus merelakannya pergi?
Apa takdir selalu mempermainkan seperti ini? Kenyataan apa lagi yang akan terucap malam ini?
***********
Hai hai hai...
Kembali lagi bersama saya, pendek ya? Ya maap hihihi
Lama tidak bersua, bagaimana keadaan kalian semua?Jadi gini, cerita ini mungkin akan tamat 1-2 bagian lagi, penasaran gak sama akhirnya? Sama, saya juga wkwkwk
Oiya selagi cerita ini belum tamat, mungkin bisa mampir ke cerita saya yang lain, kebetulan ada yang one shoot gitu alias cerita pendek, mana tau ada yang minat, bisa langsung cek aja ya
Segitu dulu, see you next chapter ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...