12

3.5K 268 16
                                    

Tere pov

Pelajaran pertama sudah berakhir, setidaknya aku masih bisa mengusir rasa kantukku yang teramat sangat. Maklum saja aku baru tidur beberapa jam, akibat ulah tetanggaku. Tapi ya sebagai tetangga yang baik aku hanya bisa pasrah. Toh keadaannya juga tidak memungkinkan untuk aku menolaknya.

Kasian teman cewenya yang mengantarnya jika aku harus mengusir Kak Berlian dari rumahku. Dia sepertinya juga sangat kelelahan harus menyetir di tengah malam, hanya untuk mengantar Kak Berlian.

"Re, tadi diantar siapa? Gebetan?" tanya Siska teman sebangkuku. Ya dulu awalnya dia adalah adik kelasku juga waktu di SMP, karena kecelakaan sewaktu kelas 1 SMA dan aku rehat selama satu tahun akhirnya aku dan dia menjadi satu angkatan. Jadi ya mereka memanggilku tanpa embel-embel "Kak" karena aku juga kurang suka dipanggil begitu.

"Enak aja, itu tadi tetanggaku. Sekalian dia mau pergi kerja," elakku.

"Kirain, udah punya cemewew."

Aku hanya menggeleng dan menyandarkan kepala ku di atas meja. Ngantuk sekali.

"Guys, Pak Bahrul gak datang, tapi ada tugas, dikumpul minggu depan, Buk Shinta pesan jangan berisik," teriak Agung, ketua kelas.

Yuhuuu, aku senang sekali. Pak Bahrul gak datang, artinya aku bisa tidur selama dua jam mata pelajaran.

"Sis, gue mau tidur bentar ya, kemaren begadang nyari referensi untuk lomba," kilahku.

"Oke, tidur aja, itu mata lu juga sepet banget Re, ntar kalo Buk Shinta datang gue bangunin," jawab Siska, ya dia tau aku lumayan stress memikirkan lomba kali ini.

"Thanks Sis," ucapku dan kembali merebahkan kepalaku di atas meja. Hingga akhirnya aku melalang buana ke alam mimpi.

******

Ternyata hpku ada di mobil, dengan keadaan mati. Aku mencoba untuk menghidupkannya, dan ternyata low bat. Aku segera mencharger hp ku. Semenit kemudian, muncul beberapa notifikasi. Aku hanya mengabaikannya. Sekarang lebih baik aku pulang ke rumah, setelah mengantarkan Tere.

Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar, dan berbaring sejenak. Rasa kantukku tak bisa kuusir. Akhirnya aku memasuki alam mimpi.

"Kak, mama sama papa nitip adek kamu ya, jaga baik-baik. Kamu jaga kesehatan. Jangan sering begadang. Oiya, mama sama papa selalu doain kalian dari sini. Kalian jangan lupa doain kami juga ya."

Mimpi yang membuatku terperanjat kaget. Ya ini bukan mimpi pertama. Setiap aku kacau balau. Pasti bayangan orangtuaku kembali muncul. Apa yang telah aku lakukan?

Aku segera meraih hpku. Membuka satu per satu notifikasi yang masuk. Salah satunya chat dari Tania. Darimana anak ini tau nomor hp ku? Aah ini pasti kerjaan Steve.

Hai kak, gimana nyenyak gak tidurnya?

Aku mengernyitkan dahi membaca wa darinya. Astaga jadi anak ini yang mengantarkanku. Seketika aku baru menangkap kembali memoriku. Aku juga sempat menuliskan alamatku di google maps untuknya. Dengan lincahnya, jariku mengetik dan langsung mengirimnya.

Aku mencoba untuk tidur kembali, sayangnya gagal. Saat kepalaku akan menyentuh bantal, telpon dari Om Baskara membuatku harus kembali dalam posisi duduk.

'Halo om'

'Iya om, aku gak lupa kok, ini lagi baca berkasnya'

'Siap om, sebentar lagi aku jalan ke kantor'

'Iya, makasih om'

Oke baiklah, aku melupakan satu hal penting lainnya. Harusnya sekarang aku sedang duduk manis menunggu klienku di kantor. Untung saja klienku juga telat datangnya dari jadwal yang sudah ditentukan, pukul 08.00 menjadi pukul 10.00.

Aaah semua berantakan. Hanya karena memikirkan Tere, semua jadi kacau, sehebat inikah pengaruh Tere di hidupku? Membuatku tak tenang. Pikiranku melalangbuana memikirkan Tere.

Apa aku harus berkata jujur padanya? Atau aku harus mencintainya dalam diam?

******

Tania pov

Tidak seperti biasanya, gue hari ini semangat sekali untuk memulai hidup. Setelah tadi malam bisa berduaan dengan Kak Berlian, ya walaupun dianya tidur aja abis mabuk, gue juga yang memapah dia masuk ke rumah dan membaringkannya ke kasur.

Sentuhan kulitnya di kulit gue, seperti ada aliran listrik kecil yang menjalar lembut. Apa ini ya yang namanya cinta ketika kita ada di dekatnya bersentuhan secara tak sengaja dan adanya sengatan listrik yang membuat jantung kita dua bahkan tiga kali lipat detaknya.

Gue jadi senyum-senyum sendiri dibuatnya. Wajah terlelapnya, kacamata yang masih bertengger di hidung mancungnya. Rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. Semuanya bikin gue deg-degan parah.

Gue gak bisa nahan untuk tidak senyum-senyum sendiri membayangkannya.

"Woi gila lu ya? Kesambet setan jalan ni anak!" sarkas Rani sambil melempar bantal buluknya.

Gue cuma mengacuhkan ocehannya. Gue ambil hp dan mencari user name Kak Berlian di Instagram. Sayangnya susah banget nyari yang benar-benar dia. Karena rata-rata dikunci semua profilnya. Tapi gue dengan sabarnya membuka satu per satu profil. Dan ada satu profil yang berteman dengan Koh Steve dan Kak Pras. Dalam hati gue bertanya, apakah ini dia? Yaudahlah follow dulu aja. Ntar masalah bener atau engganya ini akun dia atau engga ya urusan belakangan aja.

Tak hanya sampai di situ. Gue udah minta nomornya juga sama Koh Steve. Sekarang gue berniat untuk basa-basi menanyakan keadaannya. Dengan secepat kilat. Gue mengetik dan mengirimnya langsung.

'Hai kak, gimana nyenyak tidurnya?'

Sudah hampir 2 jam gue menunggu balasan tapi tak ada balasan sama sekali. Apa berniat untuk mengirim pesan lagi, tapi gue ngengsi dong, yang tadi aja gak dibalas, trus udah chat lagi. Eh gak usah deh. Tungguin aja terus. Gue coba untuk rebahan lagi walaupun matahari sedang beranjak naik menuju pukul 12 siang. Masih ada beberapa jam lagi untuk aku bermalas-malasan. Untung saja, dosen gue ganti jadwal.

"Gue mau tidur dulu Ran, lu bangunin gue jam 2 ya."

"Lemah banget itu suara, tadi aja senyum-senyum, sekarang aja wajah kayak pakaian kusut belum di sterika," jawab Rani.

"Gak usah bacot deh."

"Iya-iya, ntar gue bangunin."

Untung aja ini orang sahabat gue, kalo engga udah gue tempeleng itu mulut. Udah tau gue lagi badmood malah diledekin. Gue mencari posisi untuk tidur. Dan detik berikutnya gue sudah melalangbuana ke alam mimpi.

******

Ribet banget gak sih guys? Satu chapter dengan tiga sudut pandang yang berbeda? Gak kan ya? Engga aja ya, maksa nih wkwk

Gue sebagai penulis yang masih labil, kadang suka sedih liat pembaca yang baru dikit gini, gak tau kenapa, jadi malas nulis. Apa gue yang baper aja ya?

Tapi tenang, berapapun pembaca, berapapun vote tiap chapternya, gue tetap nulis kalo ada idenya hahaha.

Sekian dulu ya di chapter ini, nantikan chapter-chapter berikutnya!! Jangan lupa Vote dan komennya ya gays 😎

Byebye

Terima kasih 😇

Salam dari saya untuk mereka yang masih mencintai dalam diam 😉

Oiya selamat bermalam minggu ya, kebetulan di kota gue lagi ada konser, jadi malmingnya di tempat konser aja hihihi

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang