"Tere!" panggilnya. Sontak aku kaget, karena panggilan itu sepertinya dia juga kaget aku di sana.
Duh maafkan diriku ya Tere, kamu jadi kaget. Lucu, itu kata yang tepat untuk dirinya saat ini.
"Sini, sini, ini teman aku namanya Pras," kataku mengenalkan Pras dengan Tere.
"Pras."
"Tere."
Mereka barjabat tangan, lalu aku memberikan kode kepada Pras supaya dia bisa ngomong. Eh tapi aku juga belum ngasih tau dia, kalo Tere ini orangnya. Pras membawaku menjauh dari Tere, sedangkan Tere terlihat heran dengan semua ini.
Setelah aku menjelaskan panjang kali lebar ke Pras, akhirnya Pras mencoba bujuk Tere untuk menggantikan model yang tak bisa hadir pemotretan kali ini. Dia kaget dan sempat menolak, tapi bukan Pras namanya kalo tidak bisa meluluhkan seseorang.
Sumpah aku juga heran, kenapa bisa terpikir Tere ya olehku. Sepertinya ini takdir deh, atau cuma kebetulan aja kali ya. Pemotretan kali ini hanya bertemakan monokrom. Tepat sekali dengan outfit yang digunakan oleh Tere. Sneaker converse hitam, celana jeans hitam, serta kemeja putih dengan t-shirt hitam di dalamnya. Jadi tidak perlu tukar outfit menurutku.
Oh iya aku sejujurnya bertanya-tanya apa tujuan Tere datang ke sini. Tapi aku sempat dengar dia menanyakan kamera. Apa dia juga suka fotografi, atau bagaimana. Kok aku jadi kepo gini ya sama Tere.
"Ber, Tere udah siap nih," teriak Pras dari ruang wardrobe. Ya, Tere perlu dipoles sedikit. Lihatlah sekarang, make up tipis saja sudah membuatnya bertambah cantik. Rambutnya yang diikat kuda tadinya, sekarang sudah digerai dan diberi kesan agak sedikit berantakan. Entah apa yang dilakukan Pras, sampai dia bisa meluluhkan hati Tere.
Sepertinya moodku benar-benar bagus untuk pemotretan kali ini. Tere hanya perlu diarahkan sedikit saja dan dia selalu bisa mengikuti arahanku dan Pras.
Kali ini, Tere dipaksa menukar outfitnya oleh Pras, matanya seperti meminta tolong untukku supaya bisa melobby Pras. Sungguh aku ingin menolongnya, tapi Pras tidak bisa dibantah karena semua seluk beluk perjanjian memang Pras yang tau. Ternyata Tere memang harus memakai brand dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan kami. Untung saja, untuk masalah model mereka menyerahkan 100% kepada kami.
Tere harus memakai hoodie salah satu brand lokal yang sudah cukup terkenal. Dia sangat menggemaskan dengan hoodie yang lumayan kebesaran di tubuhnya. Justru hal itu membuat kesan aaa tidak bisa ku jelaskan, imut? Hmm atau seksi? Duh fokuss fokuus.
Sesi selanjutny dia harus mengunakan baju kaos dengan ciri khas tulisan-tulisan dari brand lokal. Banyak angle yang kuambil, Pras pun juga ikut puas dengan hasil kali ini.
"Oke, sudah cukup," ucap Pras.
"Terima kasih, untuk hari ini," sambungnya.
Pemotretan hanya berlangsung sekitar 1 jam. Dan ini sudah waktunya makan siang. Pras mengajak kami berdua untuk ikut makan siang dengannya karena dia sudah mereservasi di salah satu kafe yang juga merupakan partner kami.
Tere sedang merapikan dirinya kembali di ruang wardrobe. Ketika keluar dia seperti orang bingung. Apa yang sedang dia pikirkan ya. Aku sedang merapikan alat-alatku. Ya untuk kamera aku membawanya sendiri. Sedangkan flash dan penunjang lainnya disediakan oleh Pras.
Aku mendekati Tere yang masih terlihat bingung. "Makasih ya udah mau jadi model kami hari ini, maaf merepotkanmu," tulusku.
"Hmm iya kak, gapapa kak, aku juga terima kasih, bisa dapat hoodie ini," tunjuknya mengangkat hoodie.
"Aku mau nanya, boleh?"
"Nanya apa kak, boleh,"
"Kamu ke sini mau liat-liat kamera atau gimana?" tanyaku ragu-ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...