Selamat membaca!!!
****
Tere pov
Drrt drrtt...
Hp Kak Berlian bergetar, menampilkan nama sang penelpon, "Sayangnya Kakak"
Aku lalu memalingkan wajah seakan-akan tak melihat tulisan yang terpampang nyata di hp kak Berlian. Aku hanya mengacuhkannya dan tak berniat berteriak lagi. Moodku tiba-tiba jatuh sejatuhnya.
Selang beberapa lama, akhirnya Kak Berlian keluar dari kamar mandi dengan baju lengkap dan kepalanya dililit handuk. Masih ada tetes-tetes sisa air yang mengalir membasahi tengkuknya.
Ia berjalan menuju kaca di sudut kamar, lalu mengambil hair dryer.
"Sini kak, aku bantuin, ntar telat lagi," aku mengambil alih hair dryer dari tangannya. Ia hanya diam dan mengambil hp nya terlebih dahulu.
"Eh kok tumben ni anak nelpon," lirih kak Berlian.
"Halo sayangnya kakak, tumben kamu nelpon, ada apa?
"....."
"Harus sekarang?"
"......"
"Yaudah, tinggal dikit lagi sih, tapi kayaknya bisa dihandle sama tim deh,"
"......"
"Iya sayang, iya, nanti kakak sampaikan,"
"......"
"Hah?"
"......"
"Iya dek, aduh mampus kakak, udah dulu ya, see ya," putusnya.
Jujur aku kesal dengan sikap kak Berlian yang ingin menjadikanku orang yang spesial tapi masih suka memanggil orang lain dengan panggilan, "sayang".
Rambut Kak Berlian belum sepenuhnya kering tapi aku meninggalkannya, aku menuju sudut ruangan lain untuk membereskan beberapa barangku.
"Tere..." panggilnya.
Aku masih mengacuhkannya. Aku pura-pura sibuk dengan koper kecilku. Tanpa aba-aba, Kak Berlian memelukku dari belakang. Aku menegang sejenak setelah itu aku mulai biasa saja. Menetralkan detak jantungku yang berulah akibat perlakuan Kak Berlian barusan.
"Kamu cemburu ya?"
Aku menoleh ke arahnya lalu kembali membuang muka serta menghembuskan napas. Aku mengacuhkannya.
"Ih jangan gini dong, beresin semua barang kamu, kita bakalan balik ke Padang, ada urusan mendadak, dan kamu harus ikut aku," titahnya.
Aku hanya menuruti perintahnya. Padahal hari ini jadwalnya tim akan keliling kembali menambah stok foto maupun video yang diinginkan oleh klien.
"Kenapa aku juga ikut?" kesalku.
"Karena ini ada sangkut pautnya sama kamu dan aku bakalan kenalin kamu ke orang spesial lainnya di hidup aku," jelasnya.
Aku hanya diam, menerawang siapa orang lain yang dimaksud Kak Berlian.
******
Berlian pov
Kalo saja Randu tidak menanyakan tentang Tere mungkin aku tidak akan peka dengan perubahan Tere. Rambutku yang belum terlalu kering langsung dibiarkan begitu saja. Ia langsung meletakkan hair dryer yang digunakan untuk menggeringkan rambutku di meja dan langsung menuju sudut ruang lain untuk merapikan barang bawaannya.
Aku hanya bisa menghela napas dan mengajaknya untuk kembali ke Padang. Untung saja rekan setim kam mengijinkan aku dan Tere untuk kembali lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk yang homophobia gak usah mendekat dulu, nanti ada waktunya kita berjumpa, tapi tak dicerita ini. Beb...