18

2.5K 234 27
                                    

Tere pov

Hujan di luar sangat awet. Aku suka hujan, teramat suka. Aku tersenyum ketika mendengar rintik hujan. Saat air hujan menyentuh bumi. Aaah aku selalu ingin berlari di tengah guyuran hujan. Sayangnya tubuhku tak sekuat itu. Tubuhku mudah terserang sakit saat aku terkena hujan.

Di sinilah aku sekarang, berada satu kamar dengan Kak Berlian. Dia masih sibuk dengan laptopnya. Memilih beberapa file foto serta video untuk diberikan kepad tim editor. Aku hanya duduk memandangnya dari balkon kamar hotel tempat tim menginap sambil menikmati hujan.

Wajah seriusnya membuatku gemas ingin mencubitnya. Kacamatanya dibiarkan sedikit melorot. Sedangkan rambutnya diikat asal, meninggalkan beberapa anak rambut yang menutupi sisi wajahnya.

Setelah pemotretan tadi siang, yang menurutku sangat menyenangkan, kami sempat berkeliling menikmati pemandangan alam kota Bukittinggi. Ya, projek yang diberikan Kak Pras mengambil latar di Bukittinggi, tapi tidak hanya di Bukittinggi saja, besok kami juga harus pergi ke Payakumbuh, Batusangkar dan beberapa tempat lainnya.

Projek ini dari pemerintah setempat untuk menunjang wisatawan berkunjung ke daerahnya. Ini juga merupakan salah satu program pemerintah provinsi untuk menaikkan pendapatan daerah.

Kami sempat terkendala dengan cuaca yang tidak bisa ditebak. Ketika tadi panas terik dan seketika hujan mengguyur ke bumi. Dan kemungkinan akan memakan waktu yang lebih lama dari estimasi yang ditentukan.

Aku memutuskan untuk beranjak ke sebelah Kak Berlian. Rasanya aku ingin menolongnya memilah-milah kerjaannya mengingat tadi ia sempat hujan-hujanan menyelamatkan beberapa properti saat hujan turun secara tiba-tiba.

Aku berinisiatif untuk memijat punggungnya hanya sekedar untuk membantu meringankan otot-ototnya yang kaku. Kak Berlian sedikit terkejut saat tanganku di bahunya.

"Eh, mau ngapain? Kamu duduk atau tidur gih!" ucap Kak Berlian.

"Aku cuma mau mijitin kak, soalnya kakak tegang banget mukanya kalo lagi kerja, rileks kak," balasku mulai memijit bahunya.

Akhirnya ia bisa rileks juga. "Gimana kak, enak gak?

"Enak kok, makasih ya, udah kamu duduk aja, aku bentar lagi kelar," titah kak Berlian sambil menarik tanganku.

Aku mematuhinya, duduk tenang di hadapannya. Ada rasa aneh yang menjalar di tubuhku. Entah perasaan apa ini, tapi aku suka, ini kali pertama aku merasakannya.

Haaah, aku menghembuskan napas secara keras.

"Kamu bosan?" tanya kak Berlian.

"Eh, e.. engga kak, aku cuma lagi mikir aja," elakku.

"Mikirin apa?" ucapnya sambil menutup laptopnya.

"Hmm itu kerjaan kakak udah kelar?"

"Bisa dilanjutin nanti, kamu mikirin apa?"

"Gimana ya kak? Aku bingung gitu, aku ngerasa perasaan aneh kalo aku lagi dekat sama teman aku kak, jantung aku deg-degan banget kalo berada di dekat dia," jelasku.

"Kamu ngerasa nyaman gak di dekat teman kamu itu, ya kayak kamu mau lama-lama di dekat dia? Gitu?" aku hanya mengganggukkan kepalanya.

"Huft, boleh aku tau orangnya?" aku hanya menggeleng. Aku gak mungkin ngasih tau sama Kak Berlian.

"Sepertinya kamu sedang jatuh cinta, sama seperti aku," jawab kak Berlian membuatku terkejut.

"Hah maksud kakak?"

"Ya gejala yang kamu rasakan itu, adalah perasaan seseorang yang sedang kasmaran."

"Bukan, maksudnya, kakak sedang jatuh cinta juga? Sama siapa? Ups maaf kak," sifat kepo ku muncul tiba-tiba, aku langsung menutup mulutku.

"Aah, dia berada disekitarku, tapi sangat sulit untuk aku gapai, dan sepertinya ia juga sedang mencintai seseorang, mungkin aku hanya bisa mencintainya dalam diam saja," jelasnya sambil melangkah menuju balkon dan menghisap rokok listriknya.

"Maaf kak," lirihku.

"Kamu gak perlu minta maaf, bukan salah kamu juga kok, oiya kamu sedang jatuh cinta dengan siapa?" tanyanya sekali lagi.

Aku hanya diam, beberapa menit, keadaan menjadi sunyi. Aku beranjak menuju balkon. Entah keberanian dari mana yang aku dapatkan. Aku tiba-tiba memeluk kak Berlian dari belakang. Tubuhnya menegang. Ia berusaha untuk membalikkan badan, tapi aku tahan.

"Aku mau kayak gini sebentar kak," ucapku.

Aku hanya ingin memastikan apakah aku benar-benar mulai nyaman dengan Kak Berlian. Benar saja, jantungku sangat tak beraturan detaknya, setiap melakukan kontak fisik dengannya. Aku suka sensasi ini. Wajahku menghangat, mungkin sudah berubah seperti kepiting rebus.

"Kak, aku...,"

Ucapanku tergantung ketika telpon genggam Kak Berlian berdering. Ia segera merogoh sakunya. Masih dengan posisi aku memeluknya dari belakang.

"Maaf, tadi kamu mau ngomong apa?"

"Ah gak jadi kak,"

Aku melepaskan, pelukanku darinya. Tanpa sadar, aku ditariknya menuju pelukannya. Ya aku suka seperti ini, dipelukan kak Berlian, ini pelukan keduanya kepadaku setelah di depan gerbang sekolah, dan masih sama, masih bisa membuatku deg-degan seperti jantungku ingin keluar.

Aku mencoba mencari posisi nyaman dalam pelukannya, aku tersenyum malu dengan posisi seperti ini.

"Tere, maaf, mungkin aku lancang, tapi kali ini aku ingin egois. Aku mau kamu jadi orang spesial di hidup aku. Maaf kalo ini terlalu terburu-buru, tapi aku jujur gak suka kalo ada orang lain yang bisa bikin kamu nyaman, selain aku. Aku mau kamu jadi pacar aku, kamu mau gak?"

Aku tertegun mendengar ucapannya. Ternyata Kak Berlian juga menyukaiku? Aaa ingin aku berteriak. Aku malu sangat malu saat tatapan tulusnya kepadaku.

"Aku tau ini aneh menurut kamu, tapi ijinkan aku untuk jadi orang spesial dihidup kamu, aku bakalan bahagiain kamu," lanjutnya lagi.

"Kak, maaf... "

.
.
.
.
.

Tbc

Maaf ya, digantung dulu, dan maaf juga partnya pendek.

Jadi gimana? Bakalan di terima gak ya si Berlian sama si Tere? Kan mereka sama-sama nyaman jiaah

Udah ah, komen dong, divote jugaa, makasih ya masih nungguin cerita aku yg gaje ini. Ini alurnya bakalan dipercepat ya. Jadi ya maklumi aja hehe byebye eperibadi...

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang