7

4.2K 328 3
                                    

Tere pov

Di sinilah aku berakhir, ruang VIP di salah satu restoran yang ada di kotaku. Aku harus menjadi model dadakan, mendapatkan uang saku, serta kamera seri terbaru. Oh iya satu lagi, aku menjadi partner kak Berlian akhir bulan ini.

Akhirnya aku tau nama kakak itu, Berlian. Aku pun tau karena Kak Pras yang menyebut namanya. Ya, aku dibujuk oleh Kak Pras, lebih tepatnya dipaksa untuk menjadi model hingga menjadi partner Kak Berlian. Jujur, aku sangat senang bisa dapat kamera model terbaru ini. Di lain sisi aku sangat tidak enak hati. Tau kan gimana rasanya? Ya campur aduklah ya. Aku takut terikat tapi mereka meyakinkanku kalo ini semua tidak terikat. Hanya jika aku menginginkannya, aku bisa ikut dengan mereka. Betapa beruntungnya aku? Setelah ketidakberuntungan menimpaku beberapa tahun ini.

Kak Berlian sedang merokok di luar sana, jujur aku sedikit kaget melihatnya. Bukan berarti aku tidak suka, hanya sedikit terkejut saja. Aku jarang melihat seorang cewe merokok di kota ini. Aku memperhatikan gerakannya. Dia sangat tenang. Sedetik kemudian tatapan kami bertemu. Ya aku bisa melihat jelas senyumannya. Aku jadi sedikit kikuk dan mengalihkan pandangku ke sembarang arah, akhirnya memainkan hp menjadi pilihanku.

Tak lama, dia masuk, dan mengajakku untuk pergi dari sini. Sudah sejam kami di restoran ini. Aku sebenarnya masih sedikit canggung untuk membuka obrolan. Sepertinya dia tau dan akhirnya dia buka suara.

"Jadi, bagaimana? Tawaran Pras? Kamu bisa akhir bulan ini?" tanyanya.

"Hmm, bisa kak, insyaAllah," jawabku.

"Gak terpaksakan? Jujur aku jadi gak enak sama kamu, tadi udah dijadiin model, terus aku juga mengajak kamu untuk jadi partner aku?"

"Aku gak enak karena kamera ini kak, kalo untuk jadi model tadi atau jadi partner kakak, aku gak keberatan sama sekali," jujurku.

"Pras kalo udah suka sama seseorang, dia bakalan baik sama orang itu. Dia ngasih kamu kamera karena mungkin udah suka sama kamu, apa lagi kita gak perlu nyari atau ngundur waktu pemotretan karena kamu," jelasnya.

"Suka? Maksudnya kak?"

"Ya suka sama kamu, bukan masalah dia cinta atau gimana. Dia itu bisa baca karakter orang waktu pertama ketemu. Kamu bukan yang pertama. Pernah juga waktu itu, kamu tadi ketemu kakak yang pakai kacamata di bawah tadi kan?" tanyanya.

"Iya kak, aku tadi nanya kamera sama kakak itu,"

"Namanya Riri, dia itu baru sekali ketemu sama Pras, waktu itu kita baru mau buka toko yang di Jati itu. Jadi, kita lagi nyari-nyari perlengkapan yang kurang. Kebetulan Riri kerja di salah satu toko yang kita datangin. Dia lagi kena marah karena ada barang yang jatuh, sebetulnya itu bukan kesalahan dia, tapi dia berani ganti rugi. Di sana managernya udah marah-marah dan langsung mecat dia. Pras dengan santainya nyuruh manager itu cek cctv, singkat cerita, memang bukan salah Riri. Pras langsung ngajak Riri keluar dari toko itu dan ngajak dia kerja dengan kita sampai sekarang dan ganti rugi itu barang yang jatuh.

Pras itu orang baik, jadi kamu jangan berfikiran dia ada maunya dibalik itu semua, selama saya sahabatan dengannya, dia orangnya tulus banget. Dan kamu gak perlu sungkan atau gak enak hati sama dia," Kak Berlian menjelaskan panjang lebar dan terakhir dia senyum ke arahku.

Aaah, setelah aku mendengar hal tersebut, aku sedikit merasa senang. Ternyata masih ada orang baik seperti Pras. Aku juga bahagia sudah bertemu Kak Berlian yang baik padaku.

"Kak, aku mau nanya boleh?"

"Boleh, silahkan."

"Hmm, kenapa kakak mau ngajak aku jadi partner kakak?"

"Oh itu, tadi kan saya udah liat beberapa hasil jepretan kamu juga, terus tadi saya juga liat kamu foto sama salah satu teman, Mas Radit, jadi ya sebelum liatin hasil foto kamu ke Pras, saya chatan dulu sama Mas Radit, sambil kirim hasil jepretan kamu itu. Eh dianya rekomendasiin kamu langsung. Makanya tadi saya juga liatin ke Pras, terus Prasnya juga suka, yaudah itu aja."

"Mas Raditya yang fotografer itu juga kak?" tanyaku tak percaya.

"Iya, yang foto sama kamu itu, dia salah satu teman kuliah saya," jawabnya.

Whaaat? Mas Radit temannya Kak Berlian, kan Mas Radit ini salah satu fotografer terkenal. Juga juri dalam lombaku besok ini. Siapa sih sebenarnya Kak Berlian ini? Jujur aku penasaran. Tapi akan terlihat tidak sopan jika aku menanyakan latar belakang dirinya.

"Ada lagi yang mau kamu tanyain ke saya? Karena kita udah sampai tujuan," ucapnya membuyarkan pikiranku.

"Loh, kok kita udah sampai di sini aja sih Kak?"

"Ya gapapa, saya lagi malas balik ke rumah, atau kamu mau kita balik aja?"

"Eh bukan gitu kak, aku senang banget malahan, tapi," belum sempat aku ngomong dianya udah keluar dan bukain pintu untukku.

"Ayo turun dan jangan lupa bawa kamera kamu," ajaknya.

Aku pun gak bisa nolak dan turun juga. Jujur, aku sudah lama tidak ke sini. Pemandangannya, deburan ombaknya yang tak sekencang di pantai Padang. Di sini lebih luas untuk bermain air. Di ujung sana juga ada patung Malin Kundang dan berbagai sovenir dijajakan dari baju kaos hingga pernak pernik perhiasan. Ada juga wahana bermain mpv, flying fox, dan beberapa tempat untuk bersantai.

"Mau nyebrang ke sana gak?" tanya Kak Berlian ke arah Pulau Pisang.

Pulau Pisang itu bisa di sebrangi dengan berjalan kaki kalo pasang sedang surut.

"Boleh kak, tapi gak lagi pasang kan kak? Kalo lagi pasang mending gak usah."

"Bentar, saya tanya orang itu dulu," perginya menghampiri lelaki paruh baya yang sepertinya penduduk sekitar sini. Tak lama dia pun menghampiri ku kembali.

"Yok!" ajaknya sambil menarik tanganku.

***

Tbc yak

Apakah yang akan terjadi di Pulau? Apakah mereka selamat menyebrang ke Pulau tersebut?

Tunggu di part selanjutnya ya..

Mohon komen dan jangan lupa vote ya...

Terima kasih 😇

Salam dari saya untuk mereka yang masih mencintai dalam diam 😉

Yang penasaran sama yang mana namanya pulau Pisang, itu ada di media ya 😊

Tere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang