story 1

9 4 2
                                    

Mohon komen dan vote ya... Agar aku makin semangat nulisnya. 😄

"Berita baik apa sih Tya? Kepo tahu! Cepet deh bilang!" Desak Erta

"Sabar Napa seh?? Orangnya belum datang juga!"

"Siapa? Kak pandu? Kak Tama?" Tanya Acha

Apa mereka aku panggil juga ya? Kan mereka udah tahu dari awal masa mereka ga tahu sampe selesai sih- bimbang Setya

Setya mengambil handphonenya lalu menghubungi 2 nomor yang terpikir di kepalanya.

"Ok kak" ucapnya setelah pesannya dibalas.

"Siapa?"

"Ada deh!"

Tok tok tok

Setya bergegas membukakan pintu. Tampaklah 2 orang pria yang menatapnya sambil tersenyum. Setelah masuk mereka duduk di antara Setya. Kan jadi canggung.

Miya,Acha sama Erta yang duduk bertiga di depan mereka berasa aneh.

Tok tok tok

"Siapa lagi?" Tanya Miya, dengan segera dia membukakan pintu. Padahal itu rumah Setya.

"Eh?"

"Siapa Ya?" Tanya Acha. Miya menggeser tubuhnya. Dan seseorang berjalan masuk.

"Ratna??"

$$

"Jadi aku nyuruh kalian ngumpul di sini karena. Ingatan Ratna udah kembali." Mereka dengan cepat menatap Ratna yang tersenyum kikuk ke arah mereka. "Dan dia akan cerita semuanya!" Acha menatap Ratna dengan tanda tanya besar.

"Kalian mau tanyain apa?" Tanya Ratna membuka QnA

"Pertama! Sejak kapan ingatan lu kembali?" Tanya Erta

"Gue ga tahu pasti, tapi sekitar beberapa bulan lalu" ucapnya ragu

"Beberapa bulan lalu?" Gumam Acha curiga.

"Kedua! Sebenernya apa hubungan lu sama Hwan dan Han?"

"Gue.... Gue... Dulu gue di jodohin sama orang tua gue. Ayah gue jodohin gue sama Hwan dan ibu gue jodohin gue sama Han. Dan ya kalian tahu lah apa yang selanjutnya terjadi. Perseteruan! Padahal gue sama mereka berdua adalah sahabat."

"Ketiga! Kenapa lu ngubah nama lu jadi Ratna! Padahal lu Zeyli!" Tanya Pandu

"Jadi, agar, untuk, Biar Hwan ga tahu kalo gue ada di Indonesia." Jawab Ratna berbelit-belit.

"Keempat! Kenapa Rendi dan Erick kayak ga kenal sama lu? Padahal mereka mata-matanya Hwan!" Tanya Tama

"Dulu, mereka juga sahabat gue, lebih tepatnya sahabat Hwan. Tapi, karena ada masalah tentang penculikan itu. Gue pindah ke Indonesia. Ngubah nama gue. Dan ketemu kalian. Rendi dan Erick sebenarnya juga ga tahu. Mereka sama kayak gue. Pengen ngubah cap bad agar menjadi good. Tapi, kenyataan kalo mereka harus bersandiwara itu semua karena gue, iya gue"

Sebulir air mata mulai menetes dari pelupuk matanya. "Andai saat itu gue lebih milih Hwan dan bukan Han. Ini semua ga akan terjadi. Dengan bodohnya gue lebih mikirin diri gue sendiri, dan membuat orang di sekitar gue merasakan sakit. Gue takut itu akan terjadi ke kalian juga. Oleh sebab itu gue pengen kalian ga ikut campur tentang hal ini"

"Perjuangan kalian untuk mencari musuh gue, alias Hwan. Sangat gue hargai. Tapi percuma. Orang tua gue bahkan sekarang mereka lebih mendukung gue sama Hwan."

Setya dkk saling melihat dan merasa canggung. Mereka tak menyangka Ratna menyimpan beban yang sangat berat.

"Kelima! Kenapa orang tua kamu lebih setuju Hwan sama Kamu ketimbang Han. Padahal saat itu aku pernah denger Ibu kamu sangat mendukung kamu sama Han" tanya Setya bertubi-tubi

"Dulu, sebelum tragedi penculikan ibu Hwan pernah berpesan ke gue. Di hadapan orang tua Han dan orang tua gue. Beliau berpesan agar gue selalu menuruti apa kata Hwan, Tak akan membiarkan Hwan terluka atau bahkan meneteskan air matanya. Tak boleh membuat Hwan kecewa. Selalu mencintai Hwan, selalu ada untuk Hwan, dan selalu bersama Hwan apapun yang terjadi"

Mereka saling melihat lagi. Rasanya seperti tak ada yang bisa menolong Ratna dari Hwan.

"Kenapa Hwan selalu jahat sama lu?" Tanya Erta lagi.

"Dia mengidap OCD, gangguan kejiwaan."

"Obsessive Compulsive Disorder?" Entah datang darimana tiba-tiba Dimas muncul.

"Om! Kan udah aku bilang dalam kamar aja! Ga usah keluar! Nanti bucin lagi sama Miya!"

"Ngapa jadi gue?" Ucap Miya ga terima. Sambil menatap Dimas kikuk. Dimas hanya tersenyum kecil.

"Kamu sih! Temennya Dateng ga di buatin minum! Nih di minum ya" ucap Dimas sambil menaruh nampan berisi jus jeruk dan duduk di kursi tunggal yang langsung berhadapan dengan Ratna.

"Dari tadi aku nguping. Apa benar dia mengidap OCD?" Tanya Dimas layaknya seorang psikiater.

"Ya Allah!! Jujur amat! Nguping!" Seru Erta

"Kan aku di ajarkan BLA BLA BLA .."

"Gini nih! Kalo yang tua ngumpul sama yang muda! Ceramah dah pasti!" Ucap Setya malas.

"Syut!!! Jadi gimana? Dia bener ngidap OCD?"

"Iya, tapi dia udah di terapi kok, jadi ga terlalu berbahaya kayak dulu"

"Pertanyaan keenam! Ini yang selalu aku pikirkan, kenapa saat kamu di culik kamu bisa duduk di atas kursi?" Tanya Setya.

"Apa aku boleh jujur sekarang? Kalo iya





maka













































Aku bukan Ratna maupun Zeyli."

"Apa?"

Udah aku duga- batin Acha



MY SECOND STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang