di culik bareng-bareng

15 4 3
                                    

Mohon komen dan vote ya... Agar aku makin semangat nulisnya. 😄

Lampu seketika hidup. Semuanya bangun. Aku masih ngos-ngosan. Teriak sekeras itu sangat melelahkan.

Mereka terbangun. Namun anehnya, mereka hanya membuka mata saja. Setelahku amati lebih lanjut. Mereka juga bernasib sama sepertiku. Tangan dan kaki mereka di ikat,bedanya mulut mereka di plester, dan mereka tiduran di lantai sementara aku duduk di kursi.

"Om Dimas!!! Acha!! Erta!! Miya!!! Kak Pandu!!! Kak Tama!! Ilausia!!!" Mereka menggeliat dan mencoba memberontak.

Aku juga berusaha, namun nihil. Ah,,aku sampai lupa orang tadi. Eh? Dimana dia?

Lampu seketika padam. "Hai! Setya? Miya? Erta? Acha? Tama? Pandu? Dimas? Ilausia??"

Kami diam, tak ada yang mencoba memberontak atau bergerak sedikitpun. Suara itu dari spiker.

Aku menutup mataku, mencoba mengingat suara ini. Suara siapa sih? Ini kenapa suaranya mirip kayak iklan tv sih? Di efek kah? Modal juga toh!

"Percuma kalian mencoba memberontak! Yang ada di tangan kanan kalian adalah gelang yang aku pasang. Dia tak bisa lepas kecuali dengan remote control yang ku pegang. Kalian mau tahu apa saja yang bisa terjadi pada kalian?"

Ini kenapa perasaan ku ga enak ya?

"Pertama ada setrum yang bisa menyetrum kalian dengan mudah. Kedua ada pelacak lokasi. Dan yang lain rahasia, tentunya..hahaha"

Aku mulai memberontak. Namun perlahan. "Percuma kamu mau melepaskan diri, setya! Tak akan bisa!"

Sial! Sadar toh? Apa jangan-jangan gelang yang di pasang di tangan kananku memberikan reaksi? Menyebalkan.

"Cobalah lolos dari sini kalau kalian bisa. Tapi ingatlah satu hal, sekarang pukul 8 malam. Kalau kalian ingin keluar dari sini. Segeralah pikirkan caranya. Atau, kalian atau bahkan Ratna tak akan selamat"

"Hei kau!! Siapapun itu! Apa mau mu? Kenapa kau mengincar kami?? Incar saja Ratna! Kenapa harus kami? Eh.. tunggu bentar!! Salah!! Maksudnya jangan incar kami maupun Ratna!! Jahat amat sih!!"

"Syut!!! Jangan berisik!! Kenapa aku mengincar kalian ya? Tentunya karena ilausia!! Siapa yang menyuruhnya membongkar semua rencana yang sudah di susun dengan rapi. Cepatlah keluar, kalau ingin selamat!"

Lampu menyala. Mereka menatapku. Aku menggeleng pelan. "Kita harus gimana? Ga ada yang punya ide kah??"

Mereka menggeleng serempak. Ah aku lupa.

"Iya aku tahu! Kalian ga akan jawab! Mulut kalian kan di plester. Maaf kan aku! Aku akan pikirkan caranya! Bersabarlah sayang! Aku pasti pulang~~"

Mereka menatap tajam ke arahku. Padahal aku ada niat baik, mau bikin suasana ga tegang banget gitu loh! Ga peka amat!

Aku melihat sekitar. Tak ada yang bisa di gunakan untuk meloloskan diri. Satu benda pun tak ada. Kosong.

Aku melihat om Dimas. Dia melirik ke arah kanan, sepertinya dia mengode ku.

Aku melihat ke arah kanannya.

Ilausia?-

"Hei ilausia!! Pikirkan cara kita lolos dari sini!!" Sengak ku.

Ilausia menatap ku bingung. Aku melihat ke arah om Dimas dia menggelenhgkan kepalanya.

"Hei ilausia!! Apa ya? Ah, iya!! Aku ga peka!! Aku ga tahu maksudnya" seruku

Mereka menatapku dan menggelengkan kepala mereka. Aku menutup mataku dengan tangan. Malu. Depan kak Pandu lagi.

Eh tunggu? Tangan?

Aku melihat kedua tangan ku. Ga di iket?

Aku menatap ke arah mereka. Mereka mendongakkan kepala mereka. Aku menoleh ke belakang. "Ratna?"

Ratna melihat sekitar. "Jangan ada yang panik atau ga nafas dengan lancar. Gelang itu bisa mendeteksi kalo kalian mulai panik atau berusaha kabur,jadi hati-hati!"

Ratna mendekat ke arah Mereka dan membantu melepaskan ikatan tali. Aku hanya diam tak berkutik.

"Gimana? Kamu bisa ada di sini?" Tanyaku setelah mereka bebas.

Ratna menatap ku. "Jangan banyak bertanya, yang penting sekarang kalian lolos!"

"Kalian? Tanpa kamu?"

Ratna mengangguk. "Ga!! Kita harus selamat bareng-bareng!!"

Ratna menatap Acha. "Kamu? Oke!"

Benarkah ingatan Ratna belum kembali? Kenapa?-

"Ikuti aku! Kita harus melepaskan gelang ini terlebih dahulu"

Ratna mengambil remote yang ada di atas meja pojok. Dia mengotak-atik nya. Namun tak ada yang terjadi.

"Sial! Baterainya ga ada,eh tunggu"

Ratna mengambil kertas kecil yang terselip di remote "carilah Baterai, semoga ketemu. Kalo enggak ya terima nasib!" Ratna mendengus.

"Kalian diamlah di tempat! Jangan ada yang bergerak. Karena kalo kalian bergerak dan menambah detak jantung kalian. Maka kita akan ketahuan"

Ratna berusaha mencari baterai nya namun nihil. Ratna melihat ke arah Kak Pandu,kak Tama, dan om dimas.

Ratna mulai mendekati mereka. Melihat mereka satu persatu. "Ketemu!" Serunya

"Saku kanan jas kamu! Ambil baterainya!" Ucap Ratna pada Kak Pandu.

Kak Pandu menurut dan mengambil baterainya. Ratna tersenyum.

Lalu baterainya ia terima dan dia mulai mengotak-atik remote nya.

Ctak!

Semua gelang terbuka. Kami menghela nafas lega.

Bruk!!!

Ratna terjatuh ke dalam lantai. Kalo Ratna ke bawah berarti masih ada ruangan di bawah. "Tunggu sebentar"

Aku menatap ke arah ilausia. "Iya! Itu bukan Ratna! Dia juga sama seperti aku! Ga mungkinlah! Ratna mereka suruh untuk bantu kita!"

"Lalu kita harus gimana?"

"Keluar dari sini dengan aman!"

"Gimana caranya?"

Ilausia menunjuk ke arah pintu. Kami segera bergegas. Kami keluar dari ruangan itu.

"Lalu gimana dengan Ratna?" Tanya Erta membuka suara.

"Entah kenapa firasat gue ga enak. Sepertinya. Kita masih harus menghadapi tantangan lagi."

Iya sebenarnya kami masih dalam ruangan, bedanya ruangan ini lebih besar. Dan, kosong.... Hanya layar putih dan ah! LCD di atas.

Kami melihat layar putih itu. Tampaklah sebuah gambar.

Hai! Kalian mau main tebak-tebakan? Kalian ingin lolos bukan? Menyelamatkan Ratna? Mustahil sih..

Ada cara kok. Kalian harus mendapatkan tantangan dulu.

Semangka+kain hijau+sate

Tebaklah, aku beri waktu 5 menit untuk menyelesaikan nya. Berjuanglah! Hahaha



MY SECOND STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang