Mohon komen dan vote ya... Agar aku makin semangat nulisnya. 😄
Miya POV
Gue ga tahu mau bilang apa lagi. Ratna, dia lebih milih diem, jujur gue takut kalo dia balik kayak dulu lagi. Saat dia lupa ingatan dulu, jujur gue kehilangan dia.
Ratna itu baik, tapi emang sifatnya buruk. Dia juga bar bar. But dia itu sahabat paling baik yang gue punya. Walaupun kadang gue pengen nenggelamin dia ke Samudra Pasifik.
Setya, Acha, Erta gue ga tahu kenapa kalian bersikap dingin ke Ratna. Percaya ke Alice? Gue masih bertanya-tanya, kenapa kalian lebih percaya sama Alice ketimbang sama Ratna.
Gue ga tahu alasannya. Tapi yang buat gue takut adalah saat dimana kita benar-benar ga saling kenal. Gue kangen kita yang selalu berlima. Gue kangen kita yang selalu bercanda bareng. Gue kangen semua hal yang udah kita lakuin.
Gue juga setuju sama Ratna, Alice bukan orang yang baik. Gue setuju banget. Tapi gue ga ada bukti untuk itu. Ratna, maaf ya. Gue ga bisa bantu lu.
Acha, lu yang paling deket sama Ratna. Apa lu ga bisa ngertiin Ratna atau dengar penjelasan dia? Dia juga berusaha untuk itu. Gue tahu lu juga berusaha, tapi ada aja alasan kalian ribut, aneh tapi lucu. Tapi sekarang itu semua hilang.
Setya, lu kenapa juga sih? Biasanya lu yang paling semangat kalo tentang Ratna. Lu kenapa? Lu ga kasihan sama dia? Bukannya elu yang paling dekat sama dia? Walau ga sedekat Acha, tapi lu juga orang yang penting bagi Ratna.
Erta? Lu juga kenapa? Kalo boleh jujur sebenernya diantara kita, lu yang paling dewasa. Ta, lu juga Deket sama Ratna. Lu selalu jadi sasarannya Ratna. Karena elu yang paling sabar di antara kita. But now? Why?
Dulu kita pernah bilang. Kalo Zeyli balik jadi Ratna, kita ga akan bikin dia kecewa. Tapi kenyataannya? Fake?
Sekarang gue mikir, apa lebih baik membuat Ratna menjadi Zeyli atau membuat Zeyli mejadi Ratna?
Terlalu menyakitkan saat gue tahu, kalian lebih milih Alice orang yang bahkan belum kalian kenal lebih dari 10 hari. Dan Ratna yang udah kalian kenal bertahun-tahun. Kalian ga percaya dia?
Huft, gue pengen ke kamar mandi. Kebelet
Miya POV end
Ratna berjalan untuk membeli minum. Bahunya tak sengaja menyenggol bahu Alice. Alice terjatuh, kejadiannya tepat di depan kelas. Semua memperhatikan Ratna dan Alice.
Ratna tak ada niatan sedikit pun membantu Alice. Alice meringis kesakitan. Setya dkk menghampiri Alice dan membantunya berdiri.
"Alice kamu gapapa?" Tanya Setya
Alice menggeleng pelan, matanya menatap Ratna takut. Ratna menatap Alice datar. Dia terlalu muak dengan akting gadis manis di depannya ini.
"Na, please deh! Kamu bisa bilang maaf kan?"
"Kenapa harus gue?"
"Lu yang salah!"
"Kalo gue merasa salah gue bakal bilang maaf, tapi gue sama sekali ga merasa bersalah tuh"
Erta maju selangkah, amarahnya sudah tak bisa dibendung. Ratna hanya menatap mereka datar, benar-benar tanpa ekspresi.
Erta mendadak mundur. Ratna tiba-tiba batuk dan mengeluarkan darah.
"Eh? Itu kenapa?
"Darah coy!!"
"Ratna kenapa?"
"Eh itu darah woy!!""Ratna?" Desis Setya dkk bersamaan.
Ratna lari keluar kelas dan membasuh wajahnya di wastafel. Dia memegang kepalanya yang sakit. "Gue harus kuat, Han dan Hwan udah usaha" Ratna meneteskan air matanya.
Ratna mengingat sesuatu, dia tahu betul penyebab dia sering muntah darah akhir-akhir ini.
Ratna menatap dari Jendela Setya dkk yang perhatian ke Alice.
Hpnya berdering tanda telepon masuk. Dia segera mengangkatnya.
"Maafkan aku, tapi tak ada obatnya. Aku sudah konfirmasi dengan Troy. Dia bilang itu akan sembuh tapi perlu waktu yang lama." Ucap Hwan dari telepon.
Amarah Ratna memuncak. Ratna menggenggam tangannya erat. Dia mematikan telepon sepihak. Kakinya berjalan cepat ke arah Alice.
Melihat kedatangan Ratna yang tiba-tiba dan penuh amarah Alice segera berdiri.
Plak!!!
"Sakit ga?" Tanya Ratna sambil tersenyum walau matanya sudah meneteskan air mata.
Alice melihat Ratna sambil memegang pipinya. "Sakit ga?" Tanya Ratna sekali lagi.
"Na lu apa-apa sih??"
"GUE TANYA SAMA DIA!! BUKAN SAMA LU!! LU BISA DIEM GA??" Teriak Ratna ke Erta.
"Lu ga tahu apa yang gue alami! Jadi gue saranin lu diem!" Ucap Ratna tajam.
Setya memegang lengan Erta untuk menenangkannya.
Ucup berjalan ke arah Alice dan memeluknya. Dia menyuruh Alice tenang
"Berusaha jadi kakak tiri yang baik ya?" Ucap Ratna angkuh sambil melipat tangannya.
"Gue ga tahu lu ada dendam apa sama dia, tapi ga dengan nampar dia di depan umum kek gini!"
"Ouhh!!" Ratna menutup mulutnya dan menelan sesuatu. "Jadi gue harus gimana? Nampar dia diam-diam atau masukin racun ke air minumnya? Pasti asik tuh! Udah pernah nyoba kan?"
Ratna kembali menelan. Tangannya memegang kepalanya yang mulai sakit dan dadanya yang mulai sesak.
"Lu bisa bunuh gue dengan kayak gini, tapi lu ga bisa dapet kebahagiaan yang dulu lu dapetin" ucap Ratna.
"Apaan maksud lu Na?" Tanya Rendi dari ambang pintu.
Ratna menatap Rendi dalam. "Percaya sama gue, lu bakal nyesel. Sama kayak dulu. Dan ketika itu tiba. Gue ga bisa pastiin gue bakal ada di samping lu saat itu juga. Sorry but nothing."
Ratna keluar dari kelas. Dia bertemu dengan Miya. Miya memperhatikan wajah Ratna yang pucat. "Na??"
"Makasih udah mau percaya sama gue, gue minta maaf" ucap Ratna sambil berusaha menyeka air matanya.
"Maksudnya? Itu bener lu na? Ga mungkin!! Ratna"
"Miy, gue juga pengen selamat. Gue pengen kayak dulu lagi, but no!! By"
Miya melihat kepergian Ratna dengan nyeri di ulu hatinya. Jadi benar, Ratna meminum racun yang seharusnya untuk Rendi. Racun yang di buat oleh Alice.
Namun yang tahu hal itu hanyalah Hwan dan Han. Yang sekarang pergi ke Jerman untuk mencari obat penangkal racun tersebut.
"Ratna, gue yakin lu bakal sembuh. Trust me because you my best friend"
-----
Kepercayaan itu sulit di dapet, terlalu dramatis ga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SECOND STORY
Teen FictionKehidupan sekolah yang biasa aja tapi lebih menarik karena adanya para cowok yang gabutan. suasana kelas yang selalu heboh dan penuh mahkluk aneh berjenis kelamin cowok yang nyebelin nya minta ampun. disatukan dalam sebuah kelas IXc. kelasnya Setya...