pilih yang mana????

11 3 1
                                    

Mohon komen dan vote ya... Agar aku makin semangat nulisnya. 😄

Ratna berlari sekencang-kencangnya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya dia sampai ke rumah dengan selamat.

Ratna menghentikan taksi dan segera naik ke taksi. Saat di dalam mobil dia sudah tak bisa menahan segalanya lagi. Air matanya mengalir deras begitu juga muntahan darah yang dia bendung dari tadi.

Supir taksi memperhatikan Ratna. Dia segera menepikan mobilnya, dan keluar. Ratna tak menghiraukan si sopir. Badannya seakan tak punya tenaga lagi.

Ratna hanya ingin hidup.

"Tapi kemungkinan kamu bisa saja tak selamat, karena kehabisan darah. Aku mohon ke rumah sakitlah. Kau butuh darah tambahan. Sweetheart."

Ratna menutup matanya. Air matanya sudah tak bisa lagi ia bendung, sakit.

Tak lama si supir membuka pintu mobil. Ia membawa tissu basah dan kering beserta kaos hitam.

"Ini nak, buat bersihin darahnya. Sama ganti baju ya. Saya nanti balik lagi" Ratna menatap si supir taksi. Dia mengangguk.

Ratna segera berganti pakaian dan membersihkan sisa darah di wajahnya.

Tak lama si supir taksi kembali membawa air mineral dan memberikannya kepada Ratna.

"Bawa saya ke rumah sakit SEMANGAT JIWA"

$$

Ratna memberikan beberapa uang ke supir itu. Dia segera menghampiri salah satu suster.

Brukkk

Setelahnya Ratna jatuh pingsan.

Semua orang berbaju biru mengelilingi Ratna. Mereka memeriksa keadaan Ratna.

Han dan Hwan langsung terbang ke Indonesia bersama Troy setelah mendapat kabar dari omnya Ratna.

Rendi dan Erick juga sudah di beritahu. Namun mereka tak boleh memberitahu siapapun. Termasuk Setya dkk.

Miya mendengar pembicaraan Rendi dan Erick dengan Han. Dia merasa sangat menyesal karena tak membantu Ratna.

Seisi kelas masih sangat ramai. Mereka membicarakan Alice, Ucup, dan Ratna. Seakan itu menjadi topik paling panas.

"Kira-kira setelah bikin heboh kek gitu dia kemana ya?" Tanya Syifa

"Mati kali!" Jawab Mina asal

"Jaga mulut lu!" Ucap Miya dingin.

Setya dkk melihat perubahan sikap Miya. "Lu kenapa Miy? Sensi amat!"

"Diem aja deh lu!" Miya beranjak pergi. Namun tangannya di cekal Setya. "why?"

"Harusnya lu pegang tangan orang lain saat ini, kasih dia harapan bukan ketidakpercayaan"

Miya segera pergi ke ruang guru dan ijin pulang karena sakit. Padahal itu hanya alasan karena dia ingin menemui Ratna.

Setelah sampai ia segera datang ke ruangan Ratna. Tak ada satupun orang di sana. Itu semakin membuat Miya merasa bersalah.

"Apakah saya boleh menjenguk pasien bernama Ratna?" Tanya Miya pada salah satu suster yang lewat.

"Boleh, tapi mohon jangan buat keributan, kondisi pasien masih sangat lemah, dia kritis"

Miya mengangguk yakin dan segera masuk ke ruangan Ratna.

Ratna terbaring lemah dengan banyak alat media di sekitarnya. Miya mendekati Ratna dan  duduk di kursi samping ranjang Ratna.

"Maaf ya, gue ga bisa bantu lu. Gue tahu, lu pasti akan ngelakuin yang terbaik buat kita semua. Demi selamatkan Rendi lu rela menderita kek gini. Ratna, gue yang jahat di sini. Karena gue ga bisa bantu lu. Sorry"

"Maksudnya?"

Miya menatap ke arah pintu. Di sana Erick dan Rendi berdiri sambil menatap Miya penuh tanda tanya.

Miya akhirnya buka suara. Dia menceritakan semuanya kepada Erick dan Rendi. Rendi menggenggam tangannya erat. Kenangan akan Ratna yang mengatakan bahwa ia takut Rendi kembali seperti dulu terulang kembali.

"Ratna beneran ngelakuin itu?"

"Iya, gue takut kalo sampai dia..."

"Ga! Dia pasti selamat."

"Mungkin"

"Maksud lu?"

"Gue udah tahu semuanya dari awal. Gue juga tahu kalo Ratna sering muntah darah akhir-akhir ini. Tapi gue cuek aja. Dan gue sekarang baru tahu alasannya. Jauhin dia Ren! Dia bahaya!"

Rendi menunduk, dia memikirkan banyak hal sekarang. "Temuin Ratna, lihat kondisi dia sekarang. Kalo lu ga berubah pikiran. Lu bukan manusia" ucap Miya sambil menepuk bahu Rendi dan pergi untuk pulang.

"Sono! Gue mau beli makan dulu!"

Rendi berjalan gontai, tapi setelah mengingat semua yang Ratna ucapan dia berhenti melangkah. Rendi segera berlari secepatnya keruangan Ratna.

"Ratna?"

Rendi masuk kedalam ruangan dan duduk di samping Ratna.

"Maafin gue ya, gue tahu kok. Lu perduli sama gue. Sorry banget. Gue mau lu bangun dan rusuh lagi." Rendi menggenggam tangan Ratna dan menangis.

"Bucin!"

Rendi melihat ke arah Ratna. "Udah sadar?"

"Udah bucin! Makanya jangan ngeyel kalo di kasih tahu! Bucin!!" Seru Ratna

"Dah ga usah ngajak ribut. Tidur aja. Istirahat. Pasti sakit! Udah tidur!"

"Aelah!" Ratna memejamkan matanya.

"Mereka ga tahu"

"Maksudnya?" Ratna membuka matanya.

"Mereka sepertinya juga di jebak"

"Entahlah, gue capek. Pengen sleeping"

Rendi memperhatikan wajah Ratna, tampak jelas dia sudah sangat lelah. Wajahnya pucat pasi. Ingin rasanya Rendi menemui Alice. Tapi, Rendi takut kalo misalnya dia akan luluh pada Alice.

"Do what you want to do, don't think about me."

Rendi melihat ke arah Ratna. "Maaf"

Rendi berlari sekencang-kencangnya. Dia hanya ingin menemui seseorang sekarang.

Rendi POV

Gue ga tahu apa yang mau gue lakuin. Gue takut. Jujur, maaf Na. Tapi gue juga pengen sama Alice. Sorry.

"Alice!!" Panggil Rendi

Alice menoleh, dia tersenyum ke arah Rendi. "Ada apa Ren?"

"Bisa buatkan aku minum? Minum yang sama yang di minum Ratna?"

"Maksudnya apa?" Tanya Alice

"Kamu meracuni Ratna? Alice? Benar?" Tanya gue lembut

Alice tersenyum. "Kamu sudah tahu? Ah, itu sangat menyenangkan! Kamu tahu? Saat dia mulai memuntahkan darah, itu rasanya adalah sebuah kebahagiaan untukku." Alice tersenyum remeh.

"Kenapa kamu melakukannya?" Gue menatap Alice tak percaya.

"Ren, lu itu bodoh ya? Atau emang lu tuh ga punya otak? Gue udah bikin hidup lu serasa di neraka woy! Tapi kayaknya lu yang bodoh! Masih percaya sama gue" Alice melipat tangannya.

"Bodoh!" Alice pergi, entah kenapa hati gue sakit. Ini semua salah gue.

"Alice!!!" Panggil gue

"Gue mohon sama lu!! Kasih gue obat agar Ratna bisa sembuh!! Gue mohon!!!" Gue berlutut dihadapan Alice.

Alice tersenyum. " Kalo gue ga mau gimana? Udah sih! Dia juga ga akan mati. Cuma menderita aja. Sabar ya"

Alice benar-benar pergi. Gue ga tahu lagi, yang gue pikirin sekarang gimana caranya Ratna sembuh. Dia harus hidup.

Alice, iya gue bodoh. Bodoh karena udah percaya sama lu! Lihat aja, lu bakal dapet balasan dari apa yang lu lakuin.

"Good by, Alice. I shall repay to each one according to his acting"

Rendi POV end

MY SECOND STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang