Aku harus menjawab apa? Pertanyaannya itu seakan menusuk tepat di ulu hatiku.
Kenapa pria selalu menanyakan hal-hal yang sudah jelas jawabannya sih?
Sepertinya mayoritas dari mereka sangat suka dengan salah tingkahnyakaum wanita.
"Ara?" Kini Pak Doyoung malah semakin mendesakku dengan panggilannya.
"Nggak! Ara gak cemburu!" antonimnya maksudnya, sudah jelas aku cemburu, tapi dia masih saja bertanya. Biar saja aku mengelak untuk saat ini. Aku tidak mau terlihat seperti budak cinta yang lemah dihadapan Pak Doyoung.
Pak Doyoung malah semakin mendekatkan wajahnya kepadaku. Dengan menggemam bibir bawah, dapat kusimpulkan bahwa ia tengah meragukan jawabanku yang tadi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa tidak jujur, hm?" Suaranya masih mengalun lembut memandu indra pendengaranku yang masih terkejut dengan semua ini.
Sungguh aku tidak percaya dengan semua perubahan tingkah Pak Doyoung yang terlalu tiba-tiba. Semua ini seperti gertakan peristiwa hiroshima dan nagasaki. Terlalu mendadak, dan sangat sulit untuk mengantisipasinya.
"Pak!" Aku berteriak seraya mendorong kedua bahunya sekuat tenaga.
Masalahnya jika aku tidak menghindar darinya, bisa saja aku kesulitan bernapas, karena melihat wajah tampannya dari jarak sedekat ini. Apalagi harum lembut tubuhnya selalu menghipnotis hidungku.
Untuk menghindari pertanyaan Pak Doyoung yang sulit untuk kujawab kebenarannya. Aku pun lebih memilih meninggalkan Pak Doyoung untuk menghampiri Bu Taeyeon dan pria yang bernama Baekhyun itu.
Aku tersenyum kemudian sedikit membungkukan tubuh saat melewati mereka berdua, hingga aku duduk tepat disamping Bu Taeyeon. Beliau tersenyum kemudian mengelus puncak kepalaku.
"Ara? Maaf ya kalau gak nyaman, tapi tolong, jangan bilang tentang rumah tangga ibu kepada anak-anak kalau kamu reunian SMP."
Aku segera menggelengkan kepala berkali-kali sebagai tanda penegasan bahwa aku tidak akan melakukan hal yang dicemaskan oleh Bu Taeyeon. "Ara gak mungkin gibahin Ibu ke anak-anak kelas, semua ini kan privasinya Ibu. Jadi, Ibu tenang aja ya, gak usah khawatir."
Bu Taeyeon tersenyum lagi, "Makasih Ra, kamu memang murid Ibu yang paling pengertian."
Kali ini Bu Taeyeon memberikan piring berisi makanan. "Makan dulu Ra, masa cuma Ibu aja yang makan."
Aku tersenyum begitu cerah kepadanya. "Eh iya Bu, makasih banyak, kebetulan Ara lagi lapar."
Dapat kudengar sekarang pria yang tengah duduk disamping Bu Taeyeon terkekeh geli karena mendengar perkataanku barusan.
"Lucu sekali, anak didik kamu, Yeon." Suara Pak Baekhyun sangat lembut, sampai aku bisa membayangkan jika ia tengah bernyanyi pasti akan membuat pendengarnya merasakan kenyamanan.