24. Saat Bahagia

37.4K 5K 654
                                    

Ara's pov

Mengendap-ngendapkan kaki perlahan ke arah kanan, lalu memajukannya sedikit ke arah tangga, kudapati Pak Doyoung tengah memasang wajah kesal, dahi mengerut, dan matanya terkunci pada layar ponsel untuk durasi yang cukup lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengendap-ngendapkan kaki perlahan ke arah kanan, lalu memajukannya sedikit ke arah tangga, kudapati Pak Doyoung tengah memasang wajah kesal, dahi mengerut, dan matanya terkunci pada layar ponsel untuk durasi yang cukup lama.

Pak Doyoung masih belum menyadari keberadaanku yang tengah tersenyum lebar sembari mengibas-ngibaskan lengan.

Karena masih tidak dihiraukan, aku pun memilih untuk meminum air mineral dari botol yang tengah kugenggam. Beberapa  teguk telah usai. Rasanya air mineral yang biasanya hambar pun terasa manis jika meminumnya sambil memandangi wajah tampan Pak Doyoung.

Netra berkelana pada sebuah jam tangan warna merah yang tengah melingkar. Detik demi detik telah berlalu menjadi kumpulan menit. Terhitung lima menit sudah kuhabiskan untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah.

Namun, sang figur indah itu belum juga bereaksi, dahinya masih berkerut mulutnya berdecak tak karuan seperti sedang kesal terhadap sesuatu.

Tak! Jari-jemari ini bergerak secara acak diantara kumpulan besi berwarna hitam yang menjadi peyangga. Nihil. Suara yang kubuat pada tangga ini tak mampu menyadarkan Pak Doyoung dari dunianya.

Ia malah semakin merenung entah memikirkan apa. Aku tak bisa menerka karena tak tahu apa-apa. Sehingga aku pun memutuskan untuk membuka obrolan dengan Pak Doyoung yang masih diam.

 Sehingga aku pun memutuskan untuk membuka obrolan dengan Pak Doyoung yang masih diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bapaaak lagi apa nih? Dari tadi fokus banget ke hp, sampai ga nyadar ada Ara disini." Aku tersenyum lalu menatapnya.

Tubuh Pak Doyoung yang awalnya kaku, kini menjadi lebih relaks. Dia sedikit meregangkan tubuhnya, merapikan rambut menggunakan jari-jemarinya. Lalu matanya balik menatapku. Begitu dalam, sampai aku terhanyut dalam tatapan hangat itu. Matanya seolah tengah tersenyum.

Padahal bibirnya hanya menyunggingkan senyuman tipis. Tapi sangat manis.

"Kenapa kamu ada disini?" tanyanya tanpa membalas pertanyaanku yang tadi.

MTMH | DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang