14. Sassy

39.1K 5.5K 2.4K
                                        


"Pak!"

Pak Doyoung hanya diam seraya menatapku dengan tatapan intensnya. Sikapnya sungguh membingungkan, kenapa dia harus seperti ini disaat aku mencoba untuk melupakannya.

Tangan kekarnya masih menggenggam telapak tanganku. Tapi, sepertinya dia tidak sadar karena sekarang ia sangat tenang.

Hanya jantungku yang berdegup kencang.

Karena tak mendapatkan respon sedikitpun darinya. Sekarang aku lebih memilih untuk melepaskan tautan tangan kami. "Pak..."

"Tolong, jangan bersikap seperti ini, meskipun saya sangat menyukai bapak, tapi─" Ada jeda sejenak dalam penuturanku. Lalu aku menatap netranya dalam-dalam seolah memberitahunya, bahwa aku sudah menyerah.

"Saya─tidak serendah itu, untuk menyukai dan mendekati pria yang sudah beristri."

Raut wajah Pak Doyoung yang tadinya datar, kini berubah menjadi lebih bersahabat. Rambut halusnya yang kini─bertebaran karena angin sore itu perlahan membelai keningku. Aku bisa merasakan kehalusan rambutnya, karena sekarang jarak diantara kami memang sangat dekat.

Bahkan jika Pak Doyoung memajukan tubuhnya sedikit lagi, mungkin hidung kami sudah bersentuhan.

Posisiku sekarang bersandar pada tembok di samping cafe, sementara Pak Doyoung tepat berada dihadapanku. Sedekat itu hingga aku bisa melihat bayangan diriku sendiri pada netranya yang indah.

Tatapannya untuk detik ini sangat sulit untuk dipahami. Dia terlalu misterius, tertutup, dan sulit untuk ditebak.

Beberapa menit telah kami lalui dengan saling berdiam diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa menit telah kami lalui dengan saling berdiam diri. Membiarkan tatapan dan hembusan napas yang teratur berpadu menjadi satu untuk menemani rasa sepi.

Kini aku memberanikan diri untuk menatap netranya lamat-lamat. Seakan mencari jawaban yang terkunci didalam sana.

Tapi nihil, hal itu tak berhasil. Karena aku tidak menemukan yang kumau, karena Pak Doyoung sangat pintar dalam hal mengendalikan ekspresinya. Aku dapat bertaruh, bahkan aktor terkenal pun akan kalah dengan kemampuan pengendalian ekspresi guru fisika ini.

"Pak! Tolong jawab saya!"

"Jangan diam terus pak saya bingung."

"Saya mau pulang!"

Tiga kalimat itu meluncur dengan ringan dari mulutku yang sedaritadi hanya diam.

Aku sudah tak bisa mengendalikan emosiku, semua ini terlalu membingungkan. Sikap Pak Doyoung sangat membuat pusing, persis saat kita menaiki wahana rollercoaster. Kadang dibawa untuk terbang tinggi meneriakkan semua euforia, dan kadang dibawa untuk meluncur kebawah untuk ketakutan dan berteriak. Rasa kesal dan bingung akan senantiasa menyelimuti kalian, jika saat ini tengah berada diposisiku. Sungguh.

Pak Doyoung membuka masker hitamnya. Lalu ia menyibakkan rambut yang menghalangi penglihatannya menggunakan jari-jemarinya.

Sialan!

MTMH | DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang