30. Lengkara

31.8K 4.4K 635
                                        

Rintik hujan yang tengah berjatuhan menyadarkanku akan sebuah ketidakpastian. Aku terdiam, namun pikiranku tengah berusaha keras menganalisis perlakuan Pak Doyoung akhir-akhir ini kepadaku. Ia semakin terang-terangan menunjukan rasa perhatiannya. Bukannya Aku kepedean, namun perempuan mana yang tidak akan tersentuh hatinya dengan perlakuan manis yang dilakukan oleh Pak Doyoung.

Padahal sebelumnya ia sangat dingin kepadaku, berbicara pun seperlunya.

Tapi sekarang, ia mulai banyak berbicara kepadaku. Baik itu saat bertemu langsung, ataupun saat melakukan panggilan lewat telepon.

Kesendirianku kali ini rupanya tak berlangsung lama, karena sekarang ada Mark yang tengah menghampiriku. Di belakangnya ada Somi dan Jaemin. Mereka bertiga memang satu ruangan.

Somi berlari dari kejauhan sembari merentangkan kedua tangannya. Ia sangat menggemaskan, namun terkadang sangat menyeramkan jika sedang jengah dengan Jaemin ataupun teman laki-lakinya yang lain.

"Ra, gimana tesnya tadi?" Somi mulai bertanya kepadaku.

Aku mengangguk sambil tersenyum kepada Somi. "Alhamdulillah Som, lancar." Kutatap sejenak netra Somi yang kini tengah meredup. "Kenapa Som?"

Somi dengan cepat menggelengkan kepalanya berkali-kali dan kini sepasang matanya menyimpan linangan air mata yang jika tidak dilihat secara teliti tidak akan terdeteksi. Lantas Aku mengusap punggungnya untuk menenangkan. Sementara itu, Jaemin dan Mark yang kini mulai menyadari pergerakanku pun mulai memasang tatapan penasarannya.

Jaemin masih berdiri di hadapan Somi dan kini ia menatap Somi sambil menyeruput kopinya."Dont cry, dont be shy neng Somi." Tak tertinggal nada jahil dalam setiap ucapannya.

Somi langsung memukul lengan Jaemin tak keruan. "Jaem! Berisik deh, bukannya nenangin, kesannya lo malah ngeledekin."

Jaemin mengerucutkan bibir lalu ia mengusap-ngusap lengannya. "Galak banget macan Kanada."

Kedua bahu Somi sudah naik turun tanda ia sudah kesal level maksimal kepada Jaemin. "Jaem, gua hitung sampe tiga kalau lo ga cabut dari sini, gua patahin kaki lo!"

Kedua bola mata Jaemin sontak membelalak. Ia pun membungkukan badannya kepada Somi, setelah itu berlari kocar-kacir tak tentu arah.

Mark hanya terkekeh melihat tingkah Jaemin barusan. "Mau aja si Jaemin dikibulin sama si umang."

"Apaan lagi si Umang?! Lo nyebut gue umang?!!" Somi tengah mengendalikan napasnya yang semakin kesini semakin memburu. Mark pun terkekeh geli sampai menunjukan deretan giginya yang rapi.

Tak heran jika Somi marah saat dipanggil si umang oleh Mark. Karena si umang itu orang kurang sehat yang berkeliaran jarang pakai celana.

"I'm sorry sweety. You look adorable." Ujar Mark sambil tersenyum kepada Somi.

Somi mengerucutkan bibirnya lalu ia memukul Mark dengan sebuah buku.
"Shut up, jerk!"

"So rude babe!" Kata Mark sambil memberikan botol air mineral kepada Somi.

Somi menerimanya lantas ia menenggak air mineral itu sampai habis setengahnya. Setelah itu ia langsung cegukan.

Aku memijat-mijat tengkuknya secara berkala. Lantas Somi pun menghela napasnya lalu membiasakan diri lagi untuk mengobrol dengan kami berdua. Walau wajahnya masih merah karena menahan cegukan yang tak kunjung henti.

"Jadi, kenapa Som?" ujarku yang masih memijat-mijat tengkuknya.

Somi bersendawa panjang setelah itu ia langsung tersenyum lega. "Enak banget, abis cegukan langsung sendawa. Rasanya sekarang perut gue lega banget."

MTMH | DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang