17. Take You Home

38.3K 5.4K 808
                                        

Rambut tertiup angin dan ekspresi wajah yang tak keruan adalah dua hal yang berkombinasi untuk menjabarkan konsekuensi dari cepatnya laju motor Mark saat ini.

Aku berulang kali memukul punggung Mark, tapi dia masih tak memedulikan aksi berontak yang sekarang tengah dilakoni olehku. Anehnya dia hanya tertawa dengan sangat lembut di balik helmnya. Mark Lee memang aneh.

Normalnya, jika orang-orang dipukuli itu pasti akan marah, sedangkan Mark, malah tertawa dan tersenyum, dapat kulihat kini ia sedang memamerkan senyumannya lewat kaca spion. Dan aku hanya membalasnya dengan cara menonggoskan gigi. Mark Lee malah semakin tertawa.

"Mark!" Aku sudah kesal dengan Mark yang selalu bercanda jika sedang mengendarai motor. Apalagi sekarang ia sedang mengendarai motor dengan sangat kencang.

"Ra?" Rupanya sekarang Mark Lee sudah berhenti tertawa.

Aku menatapnya, meskipun Mark tengah fokus dengan setirnya. "Kenapa?"

"Gak jadi..."

Sindrom tidak jelas seorang Mark Lee tengah kambuh. Dan pada akhirnya aku lebih memilih untuk bungkam. Hari ini sungguh lelah, penuh dengan kejutan, dan berbagai kejanggalan. Aku terlalu lelah untuk mencerna semuanya, apalagi tentang Pak Doyoung.

Dalam keheningan ini, tiba-tiba ada sesuatu yang tengah menyerang rasa penasaranku. Kenapa Mark bisa tahu kalau aku ada di cafe tadi?

Apa mungkin Mark Lee bekerja sampingan menjadi seorang mamang gojek? Kenapa timingnya bisa tepat sekali?

Rasa penasaranku semakin membuncah, dan akupun mulai mengambil ancang-ancang untuk berteriak kepada Mark. Karena jika aku berbicara dengan biasa-biasa saja, nantinya tidak akan terdengar, karena suara bising kendaraan yang ditumpangi sekaligus yang berlalu-lalang.

"Mark? Lo jadi mamang gojek?"

"Hah?"

Karena terlanjur kesal dengan tingkat kepekaan indra pendengar Mark yang rendah, akhirnya sekarang aku memilih untuk berteriak lebih kencang lagi. "MARK LO JADI MAMANG GOJEK?"

"HAH APAAN RA?!"

Sabar, aku harus sabar, karena orang yang sabar akan berjodoh dengan orang yang tampan mapan dan beriman.

"MARK LO JADI MAMANG GOJEK?"

"Hahaha, kagaklah Ra, kalo jadi ojeg online juga gua bakalan bikin brand sendiri. Namanya Super Mark."

Sebenarnya aku tidak ingin tertawa sedikitpun dengan leluconnya. Entahlah, dari nada bicaranya Mark saat ini dapat kusimpulkan bahwa laki-laki itu tengah memberi lawakan kepadaku, tapi yang menjadi problematikanya adalah tidak ada unsur kelucuan di dalam leluconnya.

"Iya Mark, bagus nama brandnya."

"Oh jelas lah, Mark Lee!"

Kini aku hanya bisa memutar bola mata seraya meniup-niup poni.

"Ra?"

"Apa Mark?"

Mark terkekeh kemudian menggeleng, "Gak jadi."

Hm. Jung Ara adalah wanita yang sabar.
Tolong ingatkan hal itu kepadaku.

"Ra?"

Sialan, ini anaknya Pak Lee Jongsuk sebenarnya kenapa? Karena tingkahnya barusan, aku mulai kehilangan kendali.

"Nonton sahabat tapi romantis, yuk?"

"Bagus tuh filmnya." imbuhnya kemudian.

Aku sedikit tersentak dengan ajakan Mark yang terlalu tiba-tiba itu. Pasalnya, kenapa genre film yang menjadi pilihannya cheesy seperti itu? Saat ia memberikan kado ulang tahun waktu itu pun, teman tapi menikah? Dan sekarang sahabat kok romantis?

MTMH | DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang