26. Sudah berbeda

3.1K 203 20
                                    

"Ritme jantungku masih berdetak sama, saat seseorang kembali menyebut namamu."

****

1 tahun kemudian.

Raskal menghempaskan tubuhnya pada sofa di sebelah Shanette, saat ini dia sedang berada di ruang UKM-Creative Minority.

"Kenapa lagi sih, Kal? Ada masalah sama Athena?" tanya Shanette saat melihat wajah cemberut Raskal.

"Gak, ini bukan soal Athena. Lo tau pak Mario dosen bahasa indonesia kan?"

"Tau, kenapa emangnya?"

"Tadi dia ngamuk di kelas, karena yang duduk di barisan depan kita kaum cowok, bukan cewek cantik."

"Terus gimana?"

"Itu dosen malah ngadain kuis dadakan, gimana gak kesal coba. Jawabannya juga harus persis sama kayak di buku dia, kalau gak mikirin nilai. Udah gue hajar itu dosen."

Shanette tertawa mendengar curhatan Raskal, selama 1 tahun ini Raskal dan Shanette memang semakin akrab.

"Gimana rasanya udah hampir satu tahun di Jurusan Manajemen, Kal? Untuk orang yang paling anti soal angka kayak lo?" tanya Titania.

"Gue bisa stres lama-lama, kalau bukan karena gue anak tunggal. Mana mau gue belajar seserius kayak sekarang."

"Perusahaan papa lo, nanti lo yang jadi pewarisnya," ucap Shanette.

"Hooh, makanya gue harus belajar. Kan gak lucu, kalau nanti pas perusahaan berpindah tangan eh malah bangkrut."

Shanette kembali tertawa, Raskal memang tipikal sahabat yang menyenangkan. Pantesan Galang bisa bertahan dengan manusia satu ini.

Soal Galang, Shanette sama sekali tidak mengetahui kabarnya. Sejak kepergiannya hari itu, Galang seolah lenyap dari bumi ini. Shanette selalu mencoba terbiasa, meskipun saat sendiri dia selalu berharap Galang akan kembali.

Kepingan-kepingan masa lalunya bersama Galang sudah berhasil dia lenyapkan, Galang memang telah pergi. Dan untuk saat ini, Shanette sama sekali tidak lagi berharap bahwa dia akan kembali.

Raskal mencari-cari ponselnya yang berbunyi.

"Itu hp lo Kal, di tangan." Tunjuk Titania sambil menggelengkan kepalanya.

Raskal menyengir seperti orang bego, "Gue kecapean sama MK, makanya gini."

"Galang yang nelpon, tumben banget ini manusia," ujar Raskal heboh sendiri.

"Yaudah angkat aja." Perintah Titania.

Seluruh saraf Shanette mendadak tidak berfungsi, hanya dengan mendengar nama lelaki itu kembali disebut setelah sekian lama.

"Ngapain lo nelpon gue? Baru inget, kalau masih punya sahabat di Jakarta."

"Eh nyet, gak usah ketawa lo ya. Kenapa nelpon gue."

Shanette mendengarkan dengan seksama, meskipun dia tidak bisa menangkap suara Galang.

"Apa? Lo bakalan pulang besok, seriusan? Ngapain lo pulang? Bukannya enakan di sana. Banyak cewek cantik."

DEPRESI | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang