"Saling sayang kemudian saling meninggalkan. Itulah drama remaja zaman sekarang."
*****
Seperti biasa klub merupakan tempat yang paling sering dikunjungi bagi sekelompok berandal sekolah. Mabuk-mabukan, merokok, dan pastinya ada beberapa yang anti cewek meskipun kebanyakan memang berniat untuk cuci mata.
Galang sedari tadi asik merokok meskipun ada seorang cewek yang duduk di sebelahnya. Namanya Retalisia Alghena yang merupakan sahabat Galang
"Itu cewek kayaknya baru pertama kali gue liat di club," ujar Raskal, sahabat Galang sejak SD.
"Mana?" Galang yang semula sedang merokok memfokuskan pandangan ke objek yang Raskal tunjuk.
Galang mencoba mengenali gadis itu, setelah beberapa saat Galang akhirnya ingat. Dia berpamitan kepada Raskal dan Reta.
"Shanette, ngapain lo di sini?"
Shanette yang hendak meminum minumnya jadi terhenti karena kehadiran Galang.
"Suka-suka gue lah, ini klub bukan punya lo, kan?" tanya Shanette dengan nada tidak suka.
"Bukan sih, tapi ini kali pertama gue liat lo di sini, lo kenapa? Lo masih depresi gara-gara gagal nikah."
"Gue gak pernah gagal nikah, lo gak usah sok tau sama kehidupan gue. Sana pergi!" Shanette mengibaskan tangannya untuk mengusir Galang.
"Gak, lo ikut gue sekarang."
Galang menarik paksa Shanette untuk keluar dari klub, tidak hanya sampai di situ. Galang juga memaksa Shanette untuk masuk ke mobilnya. Shanette memberontak namun usahanya gagal.
"Galang, lo mau bawa gue kemana! Gue gak mau pergi, gue mau di klub aja."
"Bagus deh kalau lo masih inget nama gue. Asal lo tau, klub bukan tempat yang bagus buat cewek, mendingan lo diem aja. Gue gak bakal aneh-aneh kok, cukup duduk anteng di posisi lo. Nanti lo juga tau gue bawa lo ke mana."
Shanette memutuskan untuk mengalah, percuma saja dia melawan, Galang juga tidak akan mendengarkan ucapannya.
Setelah dua puluh menit, mereka sampai ke tempat tujuan. Jelas saja Shanette tau tempat ini, tempat di mana seminggu yang lalu dia ingin melakukan aksi bunuh diri namun gagal karena kehadiran Galang.
Shanette yang awalnya masih bengong tersentak kaget saat Galang menautkan jemarinya. Dia mengenggam tangan Shanette, membawanya menaiki tangga untuk menuju lantai teratas atap gedung.
Shanette melihat tangan Galang dan merasa jika tangan Galang begitu hangat dan membuat darahnya sedikit berdesir.
"Kita sampai. Tempat di mana kita pertama kali ketemu. Lo pasti masih ingat, kan?" tanya Galang dengan menaikkan sebelah alisnya.
Shanette hanya mengangguk saja, Shanette berjalan semakin ke pinggir dan dia bahagia bisa melihat penjuru Jakarta dari atas gedung. Sangat indah dengan banyaknya gemerlap lampu yang bisa membuatnya tersenyum.
"Lo suka? Sebenarnya dari atas sini lo bisa teriak supaya perasaan lo lega, bukan bunuh diri sih. Gue kalau kesel dan pengen marah-marah ya ke sini buat teriak. Cuma pas pagi seminggu yang lalu gue ke sini pengen lupain emosi. Eh gue malah ketemu lo, dan gue sampek lupa buat teriak. Karena setelah liat lo entah kenapa ada rasa bahagia."
"Lo ngomong apa, sih! Gombal mulu." Shanette masih fokus menatap pemandangan yang terpampang di hadapannya saat ini.
"Lo bisa teriak di sini Shanette, lo bisa ungkapin semuanya, gue siap buat dengerin keluh kesah lo."
Shanette hanya menatap Galang sebentar, lalu gadis itu menarik napasnya dan berteriak dengan suara lantang.
"Gue benci sama diri gue sendiri karena gak bisa masuk kampus yang gue inginkan! Gue benci karena gue gagal masuk UI! gue benci sama diri gue sendiri karena udah bikin mama sama papa kecewa. Gue benci Shanette Ambaswra."
Galang mendekat dan merangkul pundak Shanette.
"Jadi gara-gara ini lo pengen bunuh diri?" tanya Galang.
"Gue bodoh, gue gagal masuk UI, gue gagal jadi dokter, gue udah bikin mama sama papa kecewa. Gue anak tunggal, cuma sama gue mereka menaruh harapan besar, tapi gue gagal, gue gak bisa bikin mereka bangga. Gue benci sama diri gue sendiri sekarang."
"Hei." Galang menangkup pipi Shanette. "Lo mungkin gagal tahun ini, tapi lo pasti bakal bisa masuk UI tahun depan. Lo masih punya kesempatan Shanette, lo bisa coba lagi tahun depan, bukan hanya lo yang gagal tapi banyak juga orang lain di luar sana yang sekarang juga berada di posisi yang sama kayak lo. Tapi mereka gak gampang menyerah, mereka masih bisa berpikir positif buat coba lagi tahun depan bukan malah berpikiran buat bunuh diri. Gue tau mama sama papa lo pasti kecewa, tapi lambat laun mereka bakalan bisa nerima kenyataan itu kok. Mungkin saat ini mereka hanya syok aja, seharusnya lo tetap semangat, yakini mereka bahwa tahun depan lo masih punya kesempatan dan lo bakalan berhasil buat masuk UI. Lo harus tanamkan tekad di diri lo sendiri, bukan patah semangat kayak sekarang."
"Kalau tahun depan gue juga tetap gagal gimana? Gue harus apa? Tetap berpikir positif bahwa masih ada tahun depannya lagi? Kalau ngomong emang gampang, Lang. Tapi coba lo berada di posisi gue, ngeliat teman-teman gue yang bisa masuk kampus yang mereka mau, sedangkan gue? Gue gak bisa apa-apa. Mama sama papa gak pernah lagi ngobrol sama gue, gue gak punya siapa-siapa sekarang. Semua memilih pergi ninggalin gue saat gue terpuruk kayak sekarang. Apa gue masih bisa mikir positif setelah semua orang menjauh? Apa gue masih bisa berpikir positif bahwa tahun depan gue bisa masuk UI?"
Shanette menggelengkan kepalanya, "Gue gak bisa Lang. Hidup gak sesimpel itu, ini bukan dunia fiksi, ini bukan kisah Salma yang gagal masuk kedokteran dan sukses masuk sastra di tahun selanjutnya. Ini kehidupan nyata, Lang. Kehidupan nyata gak bakalan seindah novel fiksi ataupun film, kehidupan nyata itu mengerikan."
Galang meletakkan tangannya di pundak Shanette.
"Lo punya gue sekarang, Sha. Lo bisa berbagi keluh kesah sama gue, gue bakalan tetap sama lo. Gak bakalan ninggalin lo," ujar Galang.
"Apa gue bisa percaya? Lo cuma orang asing yang datang di kehidupan gue. Mama sama papa gue aja gak peduli. Tapi lo yang asing malah bertingkah peduli, gue gak perlu belas kasihan lo." Shanette memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Pokoknya gue bakalan terus di samping lo, terserah lo mau terima kehadiran gue atau enggak. Intinya gue bakalan terus ngikut kemana pun lo pergi. Lo bisa coba lagi tahun depan sama gue, gue juga bakalan berusaha buat masuk UI. Kita bisa berjuang sama-sama Shanette."
"Lo serius bakalan ada di samping gue terus?" tanya Shanette dan Galang mengangguk cepat. "Apa gue bisa pegang omongan lo barusan?" Shanette kembali bertanya.
"Gue janji bakalan ada di samping lo terus, gak bakalan biarin lo sendirian. Lo bisa pegang Janji Galang Abiputra." Galang menjulurkan jari kelingkingnya.
Shanette tersenyum tipis dan menautkan jari kelingkingnya.
"Gue pegang janji lo, kita bakalan berusaha biar bisa masuk UI sesuai impian kita. Kita masih punya banyak waktu buat belajar. Gue harap tahun depan gak bakalan jadi kegagalan yang kedua buat gue dan gak bakalan jadi kegagalan yang pertama buat lo. Kita berjuang sama-sama, Shanette dan Galang akan bersama untuk berjuang."
Shanette tersenyum manis, sedangkan Galang hanya tersenyum tipis menutupi suatu hal yang belum bisa dia jelaskan.
****
Lanjut Gak?Vote&comment😊
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESI | COMPLETED
Novela JuvenilLove Yourself #Series1 Bagaimana jadinya? Jika Shanette Ambaswra anak tunggal yang menjadi kebanggaan keluarga karena segudang prestasi yang dia dapatkan harus menelan kenyataan pahit saat namanya tidak tercantum di jalur SNMPTN dan juga SBMPTN? Men...