"Jangan datang bila hanya sekedar singgah, karena akan ada hati patah lewat sebuah sapaan berujung perasaan."
******
Shanette mengembuskan napasnya berkali-kali, mencoba menetralkan detak jantungnya. Dia juga menghapus sisa-sisa air mata yang semula jatuh membasahi pipinya akibat menangis.
Shanette turun dengan langkah pelan mencoba untuk tidak menimbulkan suara yang akan membuat papa atau mamanya tau. Ruang tamu terlihat sepi, mungkin mama dan papanya sudah beristirahat.
Shanette membuka pintu pagarnya dan mendekati Galang yang masih duduk di atas motor, lelaki itu masih sibuk berkutat dengan ponselnya dan belum menyadari kehadiran Shanette.
"Ada apa?" tanya Shanette.
Galang menyimpan ponsel ke dalam saku jaketnya, dia turun dari motor dan berdiri di hadapan Shanette.
Tanpa aba-aba Galang meraih tangan Shanette, menggulung lengan baju yang dipakai Shanette, Shanette ingin mencegah namun tidak bisa saat Galang menatapnya dengan tajam seakan ingin membunuh.
"Ini yang namanya lo gak butuh gue lagi? Ini yang lo lakuin supaya bisa ngalihin rasa sakit? Gue salut Sha. Gue kira lo beneran udah baik-baik aja, tapi kalau kayak gini? Apa masih bisa di sebut baik-baik saja? lo lebih milih lukai diri lo sendiri daripada berbagi keluh kesah sama gue? Gue ada di sini sebagai sandaran lo, lo gak usah pakai topeng pura-pura baik di depan gue, karena sekalipun lo lagi berada di kondisi terapuh. Gue bakalan tetap ada di sini buat lo, gue gak bakalan kemana-mana."
Shanette menarik tangannya dari genggaman Galang, namun hasilnya nihil karena Galang semakin mempererat genggamannya.
"Lepas, Galang," ucap Shanette.
"Sejak kapan?" tanya Galang, Shanette mengernyitkan dahinya bingung.
"Sejak kapan lo limpahin rasa sakit lo ke self injury? Lo tau, kan? Sekali udah nyoba lo bakalan sulit buat berhenti, ini sama aja kayak lo kecanduan sama narkoba. Seharusnya lo bisa pikir baik-baik Sha sebelum ngelakuin hal yang membahayakan kayak gini."
"Bukan urusan lo, gue ngelakuin ini semua buat kebaikan gue sendiri. Lo urusin aja hidup lo." Shanette lagi-lagi memberontak minta dilepaskan.
"Sha." Galang mengenggam kedua tangan Shanette "Gue ada di sini buat lo, bisa gak lo buka mata diri lo sendiri. Masih ada gue di sini, masih ada gue yang akan terus bertahan dan gak bakalan ninggalin lo sendiri, soal mama dan papa lo mungkin mereka masih kecewa, tapi mereka akan lebih sangat kecewa kalau tau lo ngelakuin hal yang gak berguna kayak sekarang. Apa self-injury bisa mengubah semuanya? Apa dengan self-injury lo jadi keterima di fakultas kedokteran? Apa dengan self-injury mama papa lo gak bakalan kecewa lagi? Lo salah besar Sha, lo udah salah langkah.
"Dengan lo kayak gini yang ada orang tua lo semakin kecewa sama lo, seharusnya yang harus lo lakuin berjuang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, berusaha supaya mama dan papa lo gak kecewa untuk kedua kalinya sama lo, pundak gue selalu ada buat lo bersandar, telinga gue juga masih berfungsi buat dengar semua keluh kesah lo dan tangan gue akan selalu mengenggam, menuntun lo supaya bisa keluar dari kerapuhan ini. Bisa lo hargai usaha gue? Bisa gak lo buka mata dan liat ke sekeliling bahwa masih ada orang yang benar-benar peduli dan pengen lo terus bahagia, jangan bikin orang-orang semakin kecewa Sha. Hidup lo berharga, masa depan lo masih panjang dan masih banyak kesempatan buat raih semuanya, setiap kegagalan pasti bakalan ada keberhasilan yang menunggu. Percaya sama gue Sha, jangan patah semangat kayak sekarang. Masih ada kesuksesan yang menunggu lo, lo hanya perlu bersabar dan terus optimis supaya bisa raih semua itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESI | COMPLETED
Novela JuvenilLove Yourself #Series1 Bagaimana jadinya? Jika Shanette Ambaswra anak tunggal yang menjadi kebanggaan keluarga karena segudang prestasi yang dia dapatkan harus menelan kenyataan pahit saat namanya tidak tercantum di jalur SNMPTN dan juga SBMPTN? Men...