28. Surat untuk Erena

38 4 0
                                    

Hari ini tanggal 18 Februari. Angin musim dingin masih berhembus.

Syal Erena yang merupakan pemberian dari Starlight ikut mengikuti arah angin yang agak kencang. Erena tengah melangkahkan kakinya menuju rumah sakit tempat Kaori dirawat. Sebuah cake kecil berada di tangannya, dia akan memberikannya untuk Kaori.

Erena baru akan masuk ke kamar rawat Kaori, tapi dia tidak mendapati Kaori disana. Hanya ada beberapa orang dokter dan perawat disana.

"Permisi, apakah anda adalah nona Asaka Erena?" seorang dokter yang baru keluar dari kamar rawat Kaori menyapa Erena.

"Iya, ada apa ya?" Erena balik bertanya.

"Maafkan kami, tapi..."





"... Kami tidak bisa menyelamatkan nona Miyazono."

Erena terkejut bukan main. Kaori meninggal?



~~~



Saat Erena keluar dari rumah sakit, dia bertemu dengan orangtua Kaori.

"Lama tidak berjumpa, Erena-chan." sapa ibu Kaori

"Senang bertemu dengan anda, tuan dan nyonya Miyazono." Erena balik menyapa.

Kemudian ayah Kaori mengeluarkan sebuah amplop surat dari saku celananya dan memberikannya pada Erena.

"Ini surat dari Kaori. Terimakasih sudah menjadi temannya." ucapnya. Erena tau mereka sangat bersedih atas kematian putri mereka, meskipun wajah mereka tersenyum saat itu.

Erena dan kedua orangtua Kaori mengobrol selama beberapa menit di sebuah taman di dekat rumah sakit. Saat hari mulai sore, Erena pamit pulang.

"Oh iya, Erena-chan, Kaori juga memberikan ini untukmu." ibu Kaori memberikan violin milik Kaori sebelum Erena pergi.

"Maaf, tapi kenapa diberikan untuk saya?" tanya Erena bingung.

"Kami juga tidak tahu, tapi Kaori bilang dia sangat ingin kamu memilikinya." jawab ibu Kaori.

Kemudian Erena pamit pulang. Amplop bergambar kucing yang bertuliskan nama Miyazono Kaori itu dimasukkan oleh Erena ke dalam tas sekolahnya, dan tas violin itu dia bawa dengan hati-hati.



~~~



Erena memutuskan untuk membaca surat dari Kaori di kereta.

Teruntuk Asaka Erena-senpai

Bertemu dengan senpai bagaikan sebuah keberuntungan. Aku masih ingat hari-hari yang sudah kita lewati bersama.

Apa senpai ingat saat kita bertemu di Sumiya saat ada festival sekolah? Aku, Kousei, Tsubaki-chan, dan Watari-kun menghampiri dan memeluk Erena-senpai dan Itona-senpai seperti anak kecil. Aku masih ingat dengan jelas wajah kaget ketua OSIS berambut oranye dan teman-temannya. Reaksi mereka lucu sekali.

Aku juga ingat saat kita bermain bersama di studio saat sore hari di musim semi. Bunga sakura yang berguguran di balik kaca jendela itu terlihat sangat indah, bukan?

Erena-senpai terlihat sangat keren saat pertandingan beladiri. Aku sampai melongo saat melihat Erena-senpai mengeluarkan jurus-jurus untuk menaklukkan lawan.

Kejadian apa lagi yang telah kita lewati bersama yang harus kusebutkan ya? Sangat banyak hingga aku tak bisa menyebutkannya satu demi satu.

Aku pernah menceritakan pada Erena-senpai tentang sakit yang aku idap. Aku hanya ingin senpai bisa terus maju. Jangan minder atau merasa rendah diri.

Oh iya, aku sudah memakan masakan buatan Erena-senpai. Masakan Erena-senpai itu enak sekali.

Lalu, kudengar katanya Erena-senpai menaruh hati pada ayahnya Asano-senpai. Apa itu benar? Kalau itu benar, aku akan mendukung Erena-senpai agar bisa diterima oleh ayahnya Asano-senpai!

Lalu, apa Erena-senpai akan mengingatku?

Jangan lupakan aku ya!

Erena-senpai, aku sangat menyayangimu.

Terimakasih untuk semuanya.

Tertanda, Miyazono Kaori

P. S. : Aku berikan violinku untuk Erena-senpai. Senpai harus menggunakannya dengan baik ya!

Erena menghela nafas. Miyazono Kaori. Kaori-chan. Adik kelasnya yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.




~~~




Erena tak sengaja bertemu dengan Kousei saat perjalanan pulang. Wajahnya tampak suram, tidak seperti biasanya yang nampak ceria.

"Kousei—"

Baru saja Erena ingin menyapa Kousei, tiba-tiba pemuda berkacamata itu lantas memeluknya. Erena dapat mendengar isak tangis dari pemuda bermarga Arima itu.

Erena tahu, Kousei sangat kehilangan Kaori. Dan Erena juga yakin jika Kousei juga ikut berduka atas kematian Kaori.

Gadis itu balas memeluk Kousei dan mengusap punggung pemuda itu. Pelan-pelan, air matanya mengalir tanpa disadari oleh Kousei.






Bersambung

Musician [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang