EPILOG

64 5 1
                                    

Akhirnya tibalah saatnya untuk upacara kelulusan. Erena dan kawan-kawannya di kelas 3-E kembali bertemu. Dan hari kelulusan masih diiringi dengan kesedihan kelas 3-E karena kematian Koro-sensei.

'Ah, sungguh beruntung aku bisa ikut membunuh Koro-sensei.' batin Erena dalam hatinya.

Flashback on

"SUMIMASEN! MAAF AKU TERLAMBAT!"

Sosok seorang gadis berambut putih pendek berlari dengan membawa pisau anti-sensei di tangannya. Para murid kelas 3-E menoleh, dan Nagisa jadi batal menusukkan pisaunya ke jantung Koro-sensei.

"ERENA-CHAN!!"

"ASAKA!!"

Mereka tersenyum senang. Erena kembali untuk ikut membunuh Koro-sensei. Gadis bermarga Asaka itu sempat kesulitan untuk pergi ke gedung kelas 3-E, dikarenakan pengawasan para pelayannya yang sangat ketat.

"Aku kembali untuk ikut membunuh Koro-sensei menggantikan Horibe-kun." ujar Erena. Pakaian olahraganya yang lama jadi kotor dan rambutnya jadi berantakan karena sudah melewati berbagai rintangan dalam perjalanan menuju gedung kelas E.

"Untunglah sensei belum memulai absen. Karena Asaka-san sudah datang, mari sensei mulai absennya." kata Koro-sensei.

Gurita kuning itu mulai mengabsen para muridnya untuk yang terakhir kalinya. Dan tusukan Nagisa tepat pada jantung Koro-sensei menjadi bentuk perpisahan mereka untuk selamanya.

Malam hari itu, tepat sebelum upacara kelulusan, bukit belakang sekolah dipenuhi oleh suara tangisan kesedihan.

Flashback off

"Asaka Erena-san."

Erena bengong, jadi tidak mendengar namanya dipanggil. Namun beruntung ada yang menyadarkannya.

"Namamu dipanggil tuh." ujar Gakushuu sambil menepuk bahu Erena.

Gadis berambut putih pendek itu maju ke depan panggung, berdiri tepat di hadapan Direktur Asano yang merupakan guru yang dia kagumi— salah, pria pujaan hatinya.

"Kamu sudah bisa berdiri dengan tegak, Erena?" tanya Gakuhou saat itu.

"Tentu saja. Heine-sensei dan Koro-sensei yang mengajarkanku." jawab Erena dengan senyuman manis.

"Sekarang saya jadi bisa melihat wajahmu yang cantik." kata Gakuhou lagi, yang sukses membuat Erena memerah malu.

"Selamat, kamu lulus." ujar Gakuhou, lalu mengusap kepala Erena.

Erena kembali ke tempat duduknya dalam keadaan wajah yang merah padam sambil menjerit dalam hatinya. Gakushuu bingung melihatnya.

"Ayah apain kamu?"

"K— katanya... a— a— aku ca— cantik."

Gakushuu hanya tertawa melihat tingkah sahabat perempuannya yang ternyata bisa malu-malu kucing.

"Apaan sih, kamu emang cantik tau!"

"Iya deh, iya!"



~~~



Erena keluar berbarengan dengan Gakushuu dan keempat temannya. Gadis itu dikejutkan oleh kehadiran empat orang yang membawakan bunga untuknya.

"Heine-sensei, ibu, ayah, dan Erin?"

"Selamat, ojou-sama. Anda lulus." ujar Heine-sensei yang membawakan buket bunga mawar berwarna pink untuknya.

"Arigatou, sensei. Tanpa anda mungkin saya akan kesulitan." balas Erena.

"Ane-san! Aku juga lulus!" seru Erina, adik Erena yang wajahnya sangat mirip dengannya.

"Subarashi, Erin! Nee-san bangga padamu!" balas Erena.

Kedua kakak-adik itu memilih untuk bersekolah di sekolah yang berbeda karena alasan tertentu, dan kini mereka bisa bertemu kembali. Tentu saja. Karena Erina memilih untuk tinggal bersama pamannya untuk membantu bibinya merawat sepupunya yang masih bayi.

"Erena, lihatlah. Aku juga lulus, dan termasuk di peringkat kedua."

Erena menoleh. Itu Fyodor Dostoyevsky, tetangga sekaligus teman dekatnya.

"Hebat sekali, Fyo! Kau masuk peringkat kedua!" seru Erena.

"Agak disayangkan aku masuk peringkat kedua. Peringkat pertama diraih oleh murid dari kelas sebelah." ujar Fyodor. Erena menepuk-nepuk kepalanya dengan agak berjinjit karena tubuhnya kecil.

"Peringkat pertama memangnya siapa?" tanya Erena penasaran.

"Dazai Osamu." sahut Fyodor.


Kini Erena jadi semakin dekat dengan Gakushuu. Hubungan mereka sering disalahartikan oleh teman-teman yang melihat mereka, karena mereka mengira Erena dan Gakushuu berpacaran.

Meski memang benar jika Gakushuu menaruh hati pada Erena. Namun perasaan itu selalu dia pendam, karena dia tahu Erena mencintai ayahnya.

Bagaimana dengan Erena dan Gakuhou? Perasaan suka Erena pada Gakuhou memang tidak terbalas, namun ia tidak merasa sedih. Bagi Erena, perasaan sukanya pada Gakuhou hanyalah perasaan yang numpang lewat dan pergi.

Lagipula Gakushuu sudah punya calon ibu baru. Namanya Tamori, guru olahraga SMP Kunugigaoka.

"Kalau ada waktu, maukah kamu menceritakan tentang sosok Heine Wittgenstein-sensei yang kamu kagumi setelah Koro-sensei dan ayah?" tanya Gakushuu pada Erena.

"Tentu saja. Sebagai gantinya, ceritakanlah padaku tentang sosok ibumu yang cantik dan lembut seperti malaikat." sahut Erena.


Erena tadi sempat bertemu dengan Dullander. Pemuda itu kini terlihat lebih ceria sejak kematian Itona.

Kini Erena sering memberi semangat kepada Dullander untuk hidup tanpa terpengaruh bayang-bayang penyesalannya terhadap Itona. Akhirnya Dullander juga bisa lulus dengan nilai bagus. Bahkan Erena dan Dullander bisa dekat sekarang.


Kehilangan seseorang yang sangat berharga memang sangat menyedihkan. Dan penyesalan memang selalu datang terlambat. Namun itu tidak menjadi alasan untuk mengakhiri hidup demi menyusul orang itu, bukan?

"Untuk sekarang, hiduplah dengan bahagia." itulah pesan dari Erena untuk Dullander yang selalu diliputi rasa bersalah dan kehilangan.






Tamat

Musician [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang