Hari ini aku bangun pukul 05:05 WIB, kemudian bergegas wudhu dan sholat shubuh di ruang depan karena sudah tertinggal sholat berjama’ah. Setelah sholat, aku tilawah beberapa ayat karena hari ini aku harus piket mengepel lantai posko. Saat mengepel lantai teras depan, aku minta Asiyah memotoku. Kalau dilihat-lihat, serasa seperti asisten rumah tangga. Ngga apa-apalah sementara, nanti setelah wisuda jadi asisten dosen. Aamiin.
Selesai mengepel lantai, aku dan Asiyah membeli gorengan. Terus dia mengajakku jalan-jalan mencari rumah orang gila dan tukang Aice. Haha sungguh aku ngga paham maksudnya orang gila yang mana sih? Sudahlah ikuti saja kemauannya. Belum sampai rumah orang gila yang dimaksud Asiyah, ia malah mengajakku ke posko. Yasudah aku turuti lagi kemauannya.
Sesampainya di posko, aku langsung mandi, kemudian sholat dhuha. Ngga lama kemudian, Sarif main ke posko perempuan, ia mengajakku untuk sensus penduduk. Aku izin ganti baju dulu ke Sarif.
“Kertas sensus RT 02 dimana, Dha?” Tanya Sarif saat aku keluar dari kamar tengah.
“Ngga tau, kan kemarin udah aku kasih ke kamu,”
“Kemarin kertasnya aku kasih Fey,”
“Di Fey kali kertasnya,”
“Yaudah pakai kertas ini aja,” Kata Sarif sembari mengambil kertas sensus yang masih kosong.
Kami berangkat menuju RT 02 Dusun Sampih. Aku ngga tau dimana letaknya, akhirnya Sarif yang berjalan di depanku sebagai penunjuk arah. Sepanjang perjalanan kami saling diam, aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan. Tiba-tiba ada sekumpulan burung di samping rumah salah satu warga yang membuatku ingin bertanya kepada Sarif.
“Rip, emang burung dara sama merpati beda ya?” Tanyaku membuka percakapan.
“Kata aku mah beda, Dha.”
“Bedanya apa? Aku bingung, soalnya kemarin aku nanya ke Pak Nanang, katanya burung yang dipelihara dia namanya burung merpati. Tapi kok mirip burung dara yang dipelihara adek aku,”
“Mungkin bedanya kalau merpati lebih kecil, kalau burung dara lebih gede.” Jawabnya sambil mengecek google di hape asusnya.
Kami diam sejenak karena Sarif sedang sibuk mengotak-atik hape. Tak lama kemudian, aku duduk di depan rumah salah satu warga RT 02 karena kelaparan. Sarif duduk di samping sebelah kananku sambil terus menatap layar hapenya.
“Nih, Dha. Bedanya merpati sama burung dara.” Ujar Sarif sambil memberikan hapenya kepadaku.
Aku membaca artikel hasil pencarian google perbedaan burung dara dan merpati di hapenya. Sarif bangkit dari tempat duduknya lalu mengetuk pintu rumah salah satu warga RT 02 tersebut. Namun tidak ada suara orang di dalam. Berulang kali ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tetap saja tak ada orang yang membuka pintu dan menjawab salamnya.
“Ngga ada orangnya kali, Rip. Ke rumah yang lain aja yuk?” Ajakku ke Sarif.
“Yaudah,”
Aku mengembalikan hape Sarif dan kami berjalan menuju rumah warga selanjutnya. Satu persatu rumah kami kunjungi. Banyak suka duka pokoknya, ada yang lagi bikin sale pisang, ada yang lagi menjemur padi, ada yang lagi menjaga anaknya, ada yang lagi membunuh tawon, ada yang baru pulang menjemput anaknya dari sekolah, ada yang rumahnya kosong, ada yang ngga paham bahasa Indonesia, ada yang mengajak mengobrol lama banget, dan ada juga yang mengira kami meminta sumbangan. Waduh! Memang tampang kita tampang peminta sumbangan gitu?
Waktu menunjukkan pukul 11 lewat, sebentar lagi adzan dzuhur. Aku sudah kelelahan karena belum sarapan. Baru makan gorengan beberapa potong aja. Akhirnya, aku mampir ke warung. Sayangnya ngga ada warung nasi, jadi terpaksa ke warung jajanan. Aku beli makanan ringan dan aice, Sarif juga beli aice. Kami duduk di pos samping warung sambil bercerita banyak hal, tentang pertemanan, tentang hobby, tentang kehidupan, dan lain-lain. Setelah aice habis, kami berdua menuju posko untuk istirahat dan segera menunaikan sholat dzuhur berjama’ah di Langgar.
Sesampainya di posko, aku menuju kamar mandi dan melihat Ulfah sedang duduk memeluk lututnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Aku bertanya kepada Yana, pacarnya. “Ulfah kenapa, Yan?”
“Sakit lambung,”
Aku mencoba menenangkan, Yana membuat super bubur, teh hangat, sambil memegang obat magh untuk Ulfah. Aku segera ke kamar mandi karena kebelet buang air. Kemudian aku ke dapur untuk makan siang, menu hari ini adalah nasi goreng dan ikan.
Selesai makan, aku minum dulu biar ngga seret. Lalu berwudhu karena sebentar lagi adzan dzuhur berkumandang. Aku ke Langgar, di sana ada Sarif lagi tilawah dan dua orang bapak sedang tidur di sajadah tempat shalat laki-laki.
Selesai shalat, aku ke posko membuka media sosial barangkali ada yang memerlukanku. Kalau engga, yasudah aku membaca artikel yang sekiranya bisa menyegarkan fikiran sejenak. Ngga lama kemudian, baterai wifi habis. Aku charger di ruang tengah, kemudian aku bergegas untuk tidur siang.
Adzan ashar berkumandang, aku bangun dari tidurku. Ya Allah, masa aku mimpiin Ahya. Ah mungkin ini hanya gangguan jin karena aku lupa berdoa sebelum tidur karena saking lelahnya. Tapi kenapa jinnya menyamar jadi Ahya? Haha.
Aku bergegas ke kamar mandi untuk mencuci baju, kemudian mandi. Selepas mandi dan mengenakan pakaian, aku makan sore karena sudah kelaparan. Efek habis tidur nih. Ternyata habis beraktivitas atau pun habis tidur, ujung-ujungnya pasti lapar. Hm, mungkin sudah begitu takdirnya.
Habis makan, aku ke warung untuk beli air minum. Teman KKNku belum ada yang sempat membeli air galon lagi, akhirnya kita harus rela ke warung untuk membeli air minum sendiri-sendiri. Untung warungnya dekat, kalau jauh bisa-bisa kekeringan. Haha emangnya tanaman.
Aku sangat kehausan sehingga mempercepat gerak langkahku, “pletak!” kakiku terbentur pintu. Sakitnya bukan main. Aku meringis kesakitan. Setelah sakitnya reda, aku segera menuju warung dengan sedikit pincang.
Sesudah minum, aku ke kamar mandi lagi untuk berwudhu, kemudian menunaikan sholat ashar. Setelah itu tilawah juz 2. Waktu semakin senja, aku baru ingat kalau pakaianku belum dijemur. Akhirnya aku ke dapur untuk mengambil cucianku untuk dijemur di belakang rumah Pak Nanang.
Adzan maghrib berkumandang, aku segera ke sumur untuk berwudhu dan menuju Langgar menunaikan sholat maghrib berjama’ah.
Selepas sholat, seharusnya anak-anak Dusun Sampih mengaji al-Qur’an, tetapi mereka malah mengajakku bercerita seputar orang-orang kecelakaan karena tertabrak kereta. Hingga fikiranku mengawang jauh ke tahun 2011, di mana ada seorang wanita bunuh diri di rel kereta depan rumahku.
Kalau mereka sudah bercerita, susah untuk dihentikannya. Sampai akhirnya adzan isya berkumandang dan itulah yang mampu menghentikan cerita-cerita dari mereka. Aku sholat di samping Mbah Zaenab. Selesai sholat isya, aku berbisik kepada Mbah bahwa aku ingin tidur di rumahnya. Tetapi ternyata tidak bisa karena ada tamu di rumahnya dan akan mengajak mbah pergi ke hajatan cucunya.
Akhirnya aku pulang ke posko dan menyetor hafalan 50 fi’il ke Musyrifah sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Bahasa Arab. Seketika posko ramai dengan anak-anak warga Dusun Sampih yang minta diajari tugas sekolah mereka. Ada beberapa anak yang mencariku, katanya mau menonton video Para Nabi dan Rasul di laptopku. Aku mengizinkannya, mereka menonton bersama di ruang tengah.
Mas Joni, guru MIN 2 Kota Banjar yang masih lajang mengundang kami untuk makan bersama. Aku tidak ingin hadir karena harus mengawasi anak-anak yang sedang menonton video di laptopku. Sebenarnya ngga ada masalah apa-apa, ngga ada konten negatif, dan lain sebagainya. Tetapi apa salahnya berjaga-jaga. Apalagi laptopku banyak sekali arsip-arsip penting, walaupun menurut orang lain tidak. Setiap orang memiliki perspektif hidup masing-masing.
Aku ke rumah Mas Joni sebentar, kemudian pulang lagi untuk mengecek keadaan anak-anak Dusun Sampih. Akhirnya mereka pulang saat waktu menunjukkan pukul 21:00 WIB. Aku kembali ke rumah Pak Joni untuk makan bersama. Di sana hanya aku yang tak dikenal oleh Mas Joni karena aku tidak pernah main ke sana sebelumnya dan tidak pernah mengobrol dengannya. Selepas makan, teman-teman KKNku yang perempuan kembali ke posko depan. Sedangkan yang laki-laki tetap di rumah Mas Joni karena memang di sini posko mereka.
Sesampainya di posko perempuan, kami semua melepas kerudung dan langsung menggaruk-garuk kepala. Sepertinya kami tertular kutu dari salah satu orang, Dian tertawa terbahak-bahak. Aku ikut tertawa tapi sebentar. Dian langsung menuju kamar mandi, cukup lama karena ia sedang mandi. Aku menunggunya sampai selesai mandi karena aku ingin buang air kecil sebelum tidur.
Malam ini aku tidur di ruang tengah. Panas sekali rasanya dan ngga nyaman. Ah! Mungkin itu hawa panas dari lampu. Tapi di sisi lain, ada suara-suara dari atap genteng dan dapur. Aku tahu itu suara tikus, tetapi sangat mengganggu tidurku, sehingga aku harus pindah ke kamar tengah. Tidur bersama Fitri dan Asiyah dengan lapang dada kuterima transferan kutu. Sudah ah, aku mau tidur. Besok aku harus ke KUA untuk meminta data laporan KKN. See you and Alhamdulillah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN di Desa Rejasari
Non-FictionKota Banjar, Kecamatan Langensari, di Desa Rejasari tepatnya, kami mengukir cerita bersama. Sebelum menyelam ke dalam isi diary KKN ini, penulis akan memperkenalkan tokoh nyata dalam cerita KKN kelompok 327 yang berjumlah 14 orang.... 1. Feri Sandri...