Ahad, 27 Agustus 2017

22 2 0
                                    

Pagi-pagi kudengar banyak anak-anak warga Dusun Sampih menyerang posko kami. Mau demo penurunan BBM apa ya?

Tenang... Tenang... BBM udah turun kok, tinggal download aja di aplikasi playboy, eh play store langsung deh chatan sama mantan. Ahay...

Astaghfirullah maafkan penulis ngga jelas ini. Mungkin efek terlalu merindukan mantan, eh mamah maksudnya. Tuh kan salah lagi. Cuci muka dulu lah biar fokus, daritadi ngetiknya belepotan kayak kucing mau kawin.

Setelah cuci muka dan mandi. Aku bergegas memakai kaos KKN warna merah, kerudung dan rok hitam. Cus... Lari pagi karena fans sudah menunggu. Bentar bentar bentar... Ada yang ketinggalan, apa ya? Oh jejak kaki. Udahlah ngga usah dibahas. Garing tau ngga!

Rute perjalanan lari pagi kami start di depan posko dan finish di Alun-Alun Langensari. Sepanjang jalan tugas para anggota KKN adalah menggiring anak-anak agar tidak lari ke tengah jalan raya. Susah pisan, serasa giring anak kambing. Hadeh, berhenti dulu dah di warung. Haus ane...

Sekitar 20 menit aku istirahat, kulihat ada beberapa anak yang sudah berlari menuju arah posko. Entah karena memang sudah sampai alun-alun atau sengaja putar balik karena kebelet anu. Akhirnya aku berencana untuk mengikuti anak-anak yang sudah putar balik karena memang ada beberapa teman KKNku yang sudah putar balik dari alun-alun.

Nafasku tidak teratur karena lari tanpa perhitungan, hingga akhirnya aku mampir lagi ke warung pinggir sawah untuk membeli minuman. Foto-foto dulu aku sama anak-anak Dusun Sampih. Cekrek... Ah legaaaa...

Selepas foto-foto, aku langsung menuju posko. Ada beberapa temanku yang sudah sampai duluan. Lalu kami berencana untuk masak sarapan. Hari ini aku, Uni, Asiyah, dan Ucup ke pasar Langkap membeli bahan masakan berupa kangkung, tahu, ikan asin, pecel, soto, dan lain-lain.

Sepulang dari pasar, kami menyerahkan bahan baku kepada Gina dan Fitri yang hari ini jadwal memasak. Aku membantu memasak nasi, kemudian aku membuka chat. Ahaha senangnya, Wahyu menyemangati ujian Bahasa Arabku hari ini.

Setelah makanan siap dihidangkan, kami makan bersama, aku mempercepat makanku karena ingin mandi sebab merasa ada hal yang mengganggu di dalam pikiranku.
Setelah mandi dan berpakaian, aku tertidur di kamar tengah. Sepertinya aku kelelahan selepas berperang di pasar Langkap. Tak lupa kupasang alarm, karena pukul 1 siang aku harus mengerjakan ujian Bahasa Arab.

Oke aku tertidur, kemudian bangun pukul 2 siang. Aku langsung mengecek hape karena ada sesuatu yang kurang. Astaghfirullah... Aku dikeluarin dari grup kelas Ujian Akhir BISA #29. Galau aku tuh...

Huft... Atur nafas dulu. Aku chat musyrifahku untuk meminta agar tetap bisa mengikuti ujian akhir. Kemudian aku menunaikan sholat dzuhur dan tilawah. Duh tiba-tiba perutku sakit. Oh iya aku lupa belum isi bahan bakar. Haha...

Baiklah, aku menutup mushaf kemudian dengan secepat kilat menuju dapur. Lapar ini tak tertahankan uy!

Ada kangkung, tempe, dan ikan asin. Kalau lapar melanda, makanan non favorit bisa menjadi makanan mewah di restoran Jepang. Hahay, belum pernah ke sana sih. Paling banter ya ke M*D atau K*C. Stttt! Bukan promosi ya?

Selesai makan, aku minum air dan berdoa sesudah makan. Tak lupa mencuci agar piring bisa dipakai kloter selanjutnya. Kemudian aku segera berwudhu untuk menunaikan sholat ashar karena pukul 4 sore aku harus mengajar Diniyah.

Oke, saatnya berangkat. Ngga usah dandan, nanti banyak yang naksir. Haha. Hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke sana. Ngga perlu muter dulu ke stasiun Bandung, kejauhan.

Jadwal mengajarku hari ini adalah kelas 4. Namun karena ada miss komunikasi, aku mengajar di kelas 2. Huft, lumayan berisik dan susah menghadapi anak-anak di kelas ini. Ada yang serius nulis, baca buku, tiduran, gigitin pensil, kejar-kejaran, pukul-pukulan, dan ijab qabul. Oke yang terakhir jangan dianggap serius.

Aku mengejar beberapa anak yang mengganggu anak lainnya yang sedang menulis. Susah, udah kayak belut kebakaran. Haduh, ada kulkas ngga sih, butuh yang segar-segar.

"Bu, bu," panggil Vian yang menepuk tanganku.

Aku menengok ke arahnya, ia membawa cicak. "Aaaaa!" teriakku, kemudian berlari meloncati meja. Tak lama kemudian, kulihat Feri masuk ke kelas dua. Aku langsung bersembunyi di belakangnya. Malu banget Uy!

Feri menyuruh Vian membuang cicak. Namun ia masih menakuti dengan mengarahkan cicak ke wajah teman-temannya. Hingga akhirnya, Feri menarik Vian untuk membuang cicak. Huft lega. Akhirnya predator itu musnah dari muka bumi.

Oh iya, hari ini adalah hari penutupan. Penutupan apa hayo? Tutup panci, tutup cangkir, tutup mata, atau tutup hatiku untukmu. Eh...

Penutupan para peserta KKN, yang artinya ini adalah hari terakhir kami mengajar di Diniyyah karena waktu kami di Banjar sudah tidak lama lagi. Anak-anak Diniyyah dikumpulkan depan kelas. Satu persatu teman KKN menyampaikan kesan pesan sekaligus berpamitan dan terakhir kami foto bersama. Chiiiiis... Eh foto yang ini jelek. Hapus hapus...

Setelah selesai berfoto, anak-anak pulang ke rumah masing-masing. Ada sebagian teman KKN yang pulang ke posko duluan. Aku dan beberapa teman yaitu Feri, Gina, Uni, Fitri, Asiyah masih duduk depan sekolah Diniyyah. Tau ngga apa bahasan mereka?

Ini rahasia ya, kukira mereka membahas bagaimana kesimpulan dari acara atau jadwal perpulangan dari Banjar mau bareng atau masing-masing. Ternyata eh ternyata, mereka membicarakan orang yang tidak berkumpul bersama mereka.

Sungguh, aku ngga suka ghibah. Akhirnya aku pamit pulang ke posko untuk mandi dan memastikan ada cicak nempel atau ngga. Haha masih khawatir dibuang di dalam. Haha.
Sebentar lagi adzan maghrib berkumandang, aku mempercepat mandiku karena aku sekaligus mencuci baju.

Aku sudah rapi dan wangi, Cie elah. Saat itulah, aku bergegas ke Langgar. Semoga tidak tertinggal sholat berjamaah.

Tiga rakaat selesai. Aku tidak mengajarkan anak-anak mengaji karena harus menjemur baju dan mengerjakan ujian Bahasa Arab.

Aku mencari tempat yang enak untuk mengerjakan ujian. Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam, langgar sudah sepi. Terlintas dalam pikiran untuk mengerjakan ujian di sana.

Oke, saat ujian Ita dan Salsa menemaniku. Mereka bermain berdua di belakangku, di shaf shalat belakang. Aku harus konsentrasi dalam mengerjakan ujian ini. Walaupun sudah pernah mengikutinya 1 tahun yang lalu.

Tak lama kemudian, Ita membawakan teh manis hangat untukku. MaasyaaAllah anak ini, pengertian dan perhatian sekali. Tau aja tenggorokanku kering karena mengingat mantan. Eh tunggu salah ketik. Maksudnya mengerjakan ujian. Haha.

Sekitar pukul 10 malam, Ita dan Salsa dipanggil ibunya untuk tidur. Waduh mana soal masih banyak. Tapi ngga apa-apa deh, ada kodok di bawah meja al-Quran. Biarkan menemani malamku ini.

Pukul 10 lewat ujianku selesai. Aku bergegas untuk pulang. Eits, aku mau foto tuan kodok dulu. Haha siapa tau berubah jadi pangeran. "Cekrek... Cekrek... Cekrek..."

Hmm, masih ngga berubah, berarti dia bukan pangeran. Tapi di film, seekor kodok harus dicium agar berubah jadi pangeran.

Huek...ngga jadi dah, nanti ngga nafsu makan jadinya. Biarin aja dah, aku pamit pulang ya, dok. Ujian udah selesai. Makasih sudah menemani.

Aku menuju posko kembali, kemudian segera tidur. Meong... Meong... Meong... Eh salah... Grok... Grok... Grok...

KKN di Desa RejasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang