Jumat, 25 Agustus 2017

26 2 0
                                    

Hari ini aku bangun jam 10 siang. Lelah cuy abis maling. Maling cinta kamu. Acieee… Langsung mabur dah. Haha. Oke lanjut ke topik. Maaf ya aku susah serius, jadi ya gini.

Bangun tidur, aku langsung otewe dapur, mencari sesuatu yang hilang dari perut. Aku kelaparan! Mataku tertuju pada telur dan kentang yang tersaji di atas meja makan.

Dengan lahap kumakan semua yang terhidang di piringku. Kecuali piring dan sendok karena keras. Lembek pun aku gak mau memakannya. Haha.

Saat makanku selesai, aku duduk di ruang tengah untuk laporan tugas bahasa Arab. Di sana ada Feri yang setia menemaniku mengerjakan tugas. Pede banget gue, padahal dia lagi ngaso abis tempur melawan penjajah dusun Sampih.

Oke, abis ngerjain tugas. Aku mandi, biar ngga pada muntah melihat penampilanku. Hahay, orang wangi begini pada muntah. Itu termasuk ke dalam HIL YANG MUSTAHAL!

Selepas mandi, aku pakai baju dulu karena mau berangkat ke Langgar tercinta untuk menunaikan sholat dhuha.

Pulang dari langgar, aku langsung ke kamar tengah untuk membaca KCH (Kumpulan Cerita Hantu) dan bermain Jewels untuk membasuh otak yang panas akibat mengenang mantan. Hahah.

Asiyah dan Fitri ke kamar tengah, kami bercanda bertiga. Asiyah dikatain bibi sama Fitri, karena dia sering bantu-bantu masak, nyapu, ngepel, dan urusan rumah tangga.

Dalam batinku, ini mah pembantu bukan bibi. Mungkin sedikit diperhalus biar ngga sakit jiwa.

Tak lama kemudian, Asiyah setengah berteriak, “Ridha!”Kaget aing. Haha.

“Abangku bilang mau kirim uang ke rekening kau, nanti kita ke ATM.” Katanya antusias karena senang mendapat kiriman uang.

“Iya,” Sebenernya mau bilang pake biaya admin, tapi aku merasa kasihan karena dia orang jauh di ujung Medan sana.

Adzan dzuhur berkumandang, aku bergegas mengambil air wudhu dan meminjam mukena Asiyah. Setelah itu, aku tilawah dan beberapa lembar untuk mengisi kekosongan jiwa.

Kemudian aku mengetik blog untuk tugas KKN sekaigus blog pribadi. Bukan sembarangan, ini gunanya agar menjadi pengalaman dan pembelajaran di masa depan. Coba noh tanya Mas Seto.

Kepala pusing, perut lapar, duit nipis. Hilang seketika saat angin segar datang. Siapakah dia? Oemji Sarif duduk di samping aku. Kirain meong, pengen dielus jadinya. Eh.

Sarif duduk sejenak, kami saling diam. Aku masih terfokus pada tulisan blogku. Tak lama kemudian, ia bertanya. “Da, kertas sensus dimana?”

Lah mana aku tau ya, kemarin kan dia yang terakhir pegang. Aku membantunya mencari di setiap sudut ruangan, ruang tamu, ruang tengah, ruang dapur, bahkan ruang hatimu. Adeuuuuuuh…Oke, kesimpulannya kertas sensus tidak ketemu. Mungkin bukan jodoh. Sabar yaw. Kemudian kami membuat kertas sensus baru lagi.

Hujan mengguyur Kota Banjar tercinta. Lantunan merdu adzan ashar berkumandang. Aku bergegas ke Langgar, kemudian mengantar Asiyah ke ATM Pasar Langkap.

Kami meminjam motor salah satu teman. Sepanjang perjalanan, kami bercerita banyak hal. Sejuk sekali udara kota ini. Ingin rasanya aku menetap di sini. Uang tak banyak tak mengapa, asal tidak stress. Kalau uang banyak dan tidak stress sih lebih baik. Iya gak?

Sesampainya di kantor BRI, aku langsung menuju ATM yang tertulis Rp. 50.000. Klik! Aku memasukkan kartu ke mesin ATM. Aku menekan tombol tarik tunai senilai Rp. 500.000, lama sekali respon dari mesin tersebut.

Tiba-tiba sesuatu yang mengerikan terjadi. Mesin ATM tidak merespon permintaanku. Uang tidak keluar dari mesin namun saldoku berkurang. Sontak aku berteriak. “HAAAH!” dengan segera aku menutup mulut dengan telapak tangan setelah sadar banyak orang yang melihat ke arahku.

KKN di Desa RejasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang