Senin, 7 Agustus 2017

39 1 0
                                    

Seusai shalat shubuh, aku tidur lagi. Entahlah. Sepertinya aku kelelahan karena kemarin aku ngga bisa diam di posko. Aku tidur di belakang pintu. Mata terasa berat sehingga suara berisik pun tak menjadi penghalang untuk tetap tidur, sampai Gina menginjak rambutku saja, aku ngga terasa. Akhirnya saat diinjak lagi, barulah aku mengaduh dan dengan watados alias wajah tanpa dosa, Gina bilang, "Eh maaf, ngga lihat."

Jangankan untuk menjawab atau marah, bangkit dari tidur pun susah. Akhirnya, aku pun tertidur lagi. Zzz...

Pukul setengah 08, aku terbangun. Mungkin memang sudah saatnya untuk bangun karena hari ini adalah hari pertamaku untuk perkenalan dan sosialisasi awal di PAUD Miftahul Huda Al-Barakah 1 sama Ulfah. Baiklah, aku mandi dan bersih-bersih diri.

Dede minjem laptopku untuk memindahkan file desa Rejasari dari flashdisk ke hapenya. Setelah itu, aku bersiap-siap untuk berangkat. Aku ngga melihat Ulfah, aku nanya ke Dede, "De, Ulfah mana?'

"Udah berangkat,"

Yasudah, aku ke PAUDnya jalan kaki. Ulfah belum di sana. Aku chat di WhatsApp, ternyata dia lagi di posko laki-laki. Huft! Aku pun menunggunya sambil ikutan main balok susun sama anak PAUD yang sedang duduk di dekatku.

Tak lama kemudian, Ulfah datang membawa sepeda. Kami langsung ke pintu PAUD, tapi masih ada rapat. Akhirnya, kami menunggu di luar. Sepertinya Ulfah kelaparan, sehingga dia mengajakku untuk makan di sana. Ya makan seadanyalah, jajanan yang mengingatkanku pada masa lalu. Jadi flashdisk, eh flashback.

Saat rapat selesai dan para wali murid beserta anaknya pulang. Aku dan Ulfah menemui seorang guru PAUD untuk izin ikut mengajar di sekolah ini. Kami diberi air mineral, makanan di bungkusan putih, dan kue-kue. Hadeh ngiler euy! Kuenya menggoda, tapi harus ditahan, biar ngga kelihatan laparnya. Kalau seandainya boleh dibawa pulang mah, aku bawa pulang. Haha.

Pulang dari PAUD, aku naik sepeda ke posko, sedangkan Ulfah jalan kaki. Di posko, aku lihat Sarif di ruang tengah. Aku mengambil laptop di kamar, kemudian menyelesaikan tugas blogku di ruang tengah. Di samping itu, Sarif lagi main gitar. Aku ditanya sama dia, "Kamu suka lagu apa, Dha?"

Aku jawab, "Lagu Didi Kempot yang judulnya Sewu Kuto,"

"Kamu suka lagu Jawa,"

"Iya, tapi suka lagu Indonesia juga sih,"

"Lagu apa?"

"Aku lupa judulnya,"

Setelah itu, Sarif mencari chord gitar lagu Sewu Kuto di hapenya. Lalu dia menyanyikan lagu tersebut. Haha... fales... fales... begitu sih kata orang-orang, kalau suaranya kurang enak didengar.

Aku pinjam hapenya Sarif, ngga bisa kebuka karena dikunci pakai pola. Katanya usap huruf N di pojok bawah kiri. Langsunglah aku meledek dia, "Cie N, siapa tuh N?"

"Nurlela,"

"Siapa tuh?"

"Temen,"

"Ohaha,"

Dan anehnya, kenapa aku mesti cemburu coba? Kenapa aku serasa ingin menangis dan tak kuasa untuk memberontak. Duh gusti, padahal dia bukan siapa-siapa aku. Memang sih kalau masalah perasaan, aku memang menyukainya. Ya hanya suka. Ok! S U K A, bukan cinta.

Sudahlaaaaah, untuk apa aku cemburu padanya.

Baiklah, aku harus profesional. Tak mengapa, bukan masalah bagiku. Sarif hanya teman KKNku yang ditakdirkan untuk bersama-sama menuntaskan salah satu mata kuliah di jurusan masing-masing.

Adzan dzuhur berkumandang, kami ke mushola untuk menunaikan sholat. Saat Sarif sudah ke posko, aku masih di mushola. Ketika aku selesai sholat, ada tiga anak warga Sampih yang meminta bantuanku untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Oh baiklah, kubantu... bagaimana pun juga, kelak aku akan menjadi ibu untuk anak-anakku dan aku dapat belajar dari hal-hal kecil ini.

Saat kami belajar, seorang ibu masuk ke mushola, ternyata ada pengajian hari senin. Aku membuat PR untuk adik-adikku. Aku pulang ke posko untuk mengambil sesuatu, kemudian aku ke mushola lagi untuk mngikuti pengajian ibu-ibu, aku duduk di samping Mbah Jaenab. Saat pengajian itulah aku mewakili perkenalan KKN di Dusun Sampih ini. Kajian hari ini adalah pembacaan juz 29. Setelah selesai, aku main ke rumah Mbah Jaenab sampai menjelang ashar.

Setelah Ashar itulah, aku main lagi ke rumah Mbah, tapi di teras sambil melihat Pak Aceng memanjat pohon kelapa. Karena kerinduan yang mendalam, aku menelepon nenek seusai memvideo Pak Aceng. Aku menelepon nenek di dekat Mbah, aku bilang sama nenek, hari jum'at pekan ini mau main ke sana.

Setelah itu, aku pulang ke posko untuk mandi dan makan mie. Di posko banyak kelompok lain berkunjung, yaitu kelompok 325 dan 326. Karena adzan, aku bergegas ke mushola. Kemudian banyak warga bertanya, di posko kenapa ramai? Ada kumpulan apa?

Begitulah, dan kujawab seadanya.

Aku pulang lagi ke posko, khawatir ada hal penting yang akan dibicarakan. Aku duduk di ruang tengah sama para laki-laki di ruang tengah karena di ruang depan pada berisik, bercandanya sambil teriak-teriak.

Karena sudah adzan, aku ke mushola lagi. Aku ketemu sama ibunya Syifa dan aku jadinya mesen gamis yang waktu itu ditawarin oleh beliau. Sebenernya aku ingin membatalkan. Ah! Tapi ibunya Syifa selalu menanyakan, "Jadi beli ngga?"

Begitu terus. Lha! Aku jadinya ngga enak kan. Tapi sebenernya memang butuh baju, tetapi ya jangan semahal itu. Rp. 150.000 coba?

Nah, aku baru ingat. Sewaktu tadi sholat maghrib, Intan bilang bahwa besok ia ulang tahun. Aku jadi ingin memberi hadiah kepadanya. Apa ya?

Dari sanalah, aku minta tolong diantar mencari kado sekalian sabun. Karena ngga ada motor, akhirnya aku ke Langensari sama Sarif naik sepeda. Bahagianyaaaa.... dan ngga butuh waktu lama di sini, habis foto-foto kita pulang lagi. Karena banyak toko sudah mau tutup, aku beli kadonya di warung deket posko kelompok laki-laki. Lelah tapi aku bahagia, Yaa Alloh...

Malam semakin larut, bajuku masih pada basah. Akhirnya aku menyetrikanya. Agak konyol sih, tapi harus aku lakukan karena sudah dua hari susah panas. Semua sudah tidur, hanya aku yang masih di ruang tengah.

Aku menyelesaikan tugasku dan tertidur di ruang tengah. Ah, rindu kepada orang tuaku ini sulit untuk dibendung lagi.

KKN di Desa RejasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang