Kamis, 24 Agustus 2017

17 2 0
                                    

Waktu telah menampakkan cahayanya, walaupun belum bersinar sempurna tetapi tidak segelap malam hari. Adzan shubuh telah berkumandang, aku bergegas ke kamar mandi untuk memulai aktivitas pagi. Setelah itu, menunaikan sholat shubuh. Pagi itu, mama Syifa sedang bersih-bersih rumah. dalam hati, sungguh tidak enak sebagai tamu malah berbuat kurang bertanggung jawab.
Setelah selesai sholat, aku membereskan barang-barangku dan berniat membantu mama Syifa untuk bersih-bersih rumah. Ternyata saat aku keluar kamar, ruangan sudah bersih semua. Aku diajak sarapan bersama keluarga mereka. Menu sarapan pagi ini adalah nasi, tempe, dan cipir.
Selepas makan, aku membantu membereskan bekas makanan. Kemudian mencuci piring, tetapi dilarang oleh mama Syifa. Yasudah aku langsung ke ruang depan, aku bergumam dalam hati, “Yes, Alhamdulillah!”
Sehabis makan, mama Syifa akan mengantar pakaian ke pelanggannya. Aku ikut, “Ah, kenapa harus lewat depan posko sih!” pekikku pelan.
Sepulang mengantar pakaian, aku kembali ke kamar mama Syifa untuk mengambil tas. Aku pamit kembali ke posko. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 meter, jadi tidak perlu memesan ojek online apalagi pesawat.
Sesampainya di posko, aku langsung mengcharge hape smartfrenku. Kemudian bergegas mandi dan mencuci baju. Asik! Hari ini PAUD libur, jadi aku bisa mengantar Asiyah servis hapenya yang rusak. Kami pergi ke tukang servis di dekat Alun-Alun Langensari. Yaa Allah, masa tukang servisnya galak banget, cara pelayanannya mengandung unsur kasar dan keras baik dari segi ucapan maupun tindakannya. Aku jadi gemetaran, takut digragot. Udahlah, ganti tukang aja.
Akhirnya, aku membeli pulsa mifi paket Rp. 50.000. Asiyah tidak jadi servis hape di sana. Ternyata orang keturunan Medan yang kuat itu akan luluh jika berhadapan dengan orang Medan yang tingkatannya lebih kingdom di atas dirinya.
Kami mencari bergegas pergi dari sana menaiki motor milik Fikri menuju kantor Desa Rejasari untuk wifian dan mencari tukang servis lagi. Akhirnya kami menemukan di seberang sawah dekat posko.
Pulang dari servis hape, kami kembali ke posko untuk menunaikan sholat dzuhur. Aku menuju Langgar untuk sholat berjamaah. Usai sholat, aku mendengar Sarif dari balik hijab akhwat sedang melantunkan tilawah al-Qur’an, aku juga sama. Hari itu kami tilawah bersamaan dari balik hijab. Meski tidak janjian, namun kami memiliki misi yang sama dalam hal itu.
Baru beberapa ayat yang kubaca, Intan dan Ayu muncul entah dari mana, mereka memintaku untuk belajar matematika bersama. Memang agak terganggu, tetapi aku tidak mungkin menolak hal syar’i ini.
Setelah selesai belajar, aku pulang ke posko untuk mengajar di PAUD Al-Barokah 2. Di sana aku mengajarkan materi tentang kisah pengemis buta yang mengejek Rasulullah Saw., sambil murojaah hafalan surat pendek dengan sedikit games sebelum pulang sekolah.
Setelah semua siswa TPA pulang ke rumah, aku ke ruangan Bu Lala, kami mengobrol banyak hal. Dari tentang tempat tinggal, keluarga, dan perceraian Bu Lala dengan suami. Aku ngga mengerti kenapa dia sampai begitu mempercayakan kisah keluarganya kepadaku. Aku dengarkan saja sambil sesekali merespon pembicaraannya.
Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, aku izin pulang kepada Bu Lala dan bergegas menuju posko untuk mengajar di PAUD Al-Falah. Seperti biasa, sepulang mengajar, aku membeli tahu walik di depan MIN 2 Kota Banjar yang masih dagang karena para siswa sekolah tersebut belajar sampai sore.
Aku duduk di teras depan posko sambil membaca puisi-puisi di blog catatan harianku. Ketika aku melihat Sarif ke Langgar, aku bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri dan berwudhu kemudian menuju Langgar untuk menunaikan sholat maghrib dan isya berjamaah.
Sepulang dari Langgar, banyak anak-anak warga Dusun Sampih yang berkunjung ke posko kami. Mereka mencariku untuk meninton video kartun Islami di laptopku. Hadeh, mana pengen istirahat. Akhirnya aku ke kamar untuk tiduran dan membuka aplikasi facebook di hape.
Saat melihat beranda facebook, aku melihat Ali berfoto dengan teman-teman perempuannya. Rasanya hati dan tubuh panas dingin karena terbakar cemburu. Tenang, aku punya solusinya, ada teh pucuk harum! Eh ternyata ngga ada. Hiks...
Aku ke kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan shalat sunnah, setelahnya fikiranku agak tenang dan aku kembali tiduran di kamar tengah. Ketika aku membuka instagram, kejadiannya pun sama. Ini orang memang niat membuatku cemburu atau bagaimana sih?
Akhirnya, aku upload foto panitia qurban Daarut Tauhiid di instagram. Ngga nyambung sih, tapi setidaknya di situ menerangkan bahwa aku ngga suka dia update foto sama perempuan.
Oke, aku menutup media sosial yang mengerikan itu. Beberapa menit setelah meletakkan hape,  Rafi meneleponku untuk mengundang ke acara wisudanya tanggal 20 september.
Tidak hanya itu, aku ditelpon olehnya bukan hanya sekedar mengundang wisuda tapi membicarakan hal lain sampai pukul setengah 2 pagi, walaupun lama tetapi kebanyakan diemnya. Huft! Yasudahlah aku sudah mengantuk. Akhirnya setelah Asiyah pindah ke kamar tengah, aku izin kepada Rafi untuk mengakhiri telepon. Kemudian tidur di pelukan bantal guling. Eh aku lupa. Aku kan ngga bawa bantal guling. Yasudah, aku tidur di pelukan Asiyah. Haha.

KKN di Desa RejasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang