chapter 3 - Life Of Jingga

222 13 0
                                    

.
.

" Nona Jingga, ini berkas laporan yang kemarin anda minta "

Lelaki itu membuyarkan fantasi liarku, yang tengah asyik membaca novel favoritku diwaktu senggang, mungkin tangannya dari tadi lelah mengetuk pintu ruang kerjaku, namun tak kusambut karena hobi melamunku ini.

Kutatap sekretaris tampanku yang sudah bekerja dengan ku selama dua tahun ini. Dia sangat tampan, tubuhnya bisa dibilang sangat seksi, bisa kubayangkan betapa seksinya dia saat berkeringat dengan baju tembus pandangnya dan mengekspos dada bidang dan perut sixpack nya. Ya Tuhan, aku sungguh bisa mati sesak nafas karena berlama-lama bersamanya. Namun kadang perlakuannya padaku sangat manis, kuingat waktu itu banyak media mengambil gambarku untuk menghiasi sampul majalah mereka, sekretarisku ini buru-buru membuka jasnya dan menutup kakiku yang memakai rok kepalang pendek. Yah, lelaki itu sungguh manis, dialah Jeon Jongkook sekretaris terbaikku yang tampan.

"Terimakasih Jeon, letakkan dimejaku nanti akan aku check semua datanya"

Perintahku lembut namun agak sedikit tegas, mungkin lelaki itu pikir aku tengah mempersilahkannya meninggalkan ruanganku. Sebenarnya tidak, Hanya saja aku sungguh tak sanggup menatap lama wajahnya.

" Oh ya nona, bolehkah aku sedikit membicarakan masalah pribadi denganmu"

Ucap Jeon seolah meminta ijin padaku, sebenarnya kami biasa menggunakan bahasa informal jika tak ada orang lain selain kami. Selain menjadi sekretarisku, dia adalah temanku di sekolah dulu. Jadi hubungan kami bisa dibilang cukup dekat.

"Tentu saja Jeon, kau ingin membicarakan apa"

Tanyaku penasaran.

"Hmmm Jingga"

Panggilnya akrab padaku, jika sudah seperti itu berati dia memang ingin membicarakan sesuatu beranah pribadi.

"Jingga, kau tak mengingat sesuatu"

Ucapnya mengingatkan. namun sumpah demi apapun, aku tak mengerti kemana arah pembicaraannya. Apakah hari ini adalah hari kemerdekaan negaraku ini, atau..

Oh ya Tuhan,

Aku melupakan sesuatu, aku lupa jika hari ini adalah hari ulang tahun Jeon. Sungguh aku tak becus menjadi temannya. Hari spesialnya saja aku tak mengingatnya, padahal dia selalu mengingat hal sekecil apapun tentangku.

"Tentu aku ingat, bukankah ini hari ulang tahunmu jeon"

Ucapku beralibi menutupi agar dia tak kecewa bahwa aku sebenarnya lupa hari jadinya.

Aku beranjak dari kursi nyamanku menuju Jeon yang masih berdiri menatapku. Kuraih tangannya, kugenggam erat.

"Selamat ulang tahun Jeon, terimakasih telah lahir didunia ini menjadi sahabatku, semoga semua inginmu tercapai"

Doaku padanya dibalas dengan senyum simpul, dia menatap dalam mataku, dan sungguh aku tak bisa mengkondisikan debaran di jantungku ini. Aku takut dia mengetahuinya.

"Yah semoga inginku tercapai, dan yang paling aku ingini sekarang tengah menggenggam tanganku"

Ucapnya membuatku malu, entah kata itu bermaksud apa, namun sukses membuat hatiku terbang kelangit ketujuh. jingga, jingga, sungguh murahan sekali kau ini.

"Bukankah jadwalmu hari ini tak terlalu padat ?"

Tanya Jeon dengan senyuman yang sungguh melebihi manisnya madu.

"Iyah, aku hanya akan memberi laporan keuangan bulan ini pada kakakku, dan sedikit akan mempelajari berkas yang kamu berikan padaku tadi"

Balasku dengan melepaskan genggamanku yang dari tadi tak kusadari telah betah menggenggamnya.
Senyum kliseku menutupi kegugupanku saat mata Jeon menatap dalam ke wajahku.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang